Meteor Meledak di Atas Pangkalan AS Nyaris Picu Serangan Nuklir
A
A
A
WASHINGTON - Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) mengakui ada meteor yang meledak saat memasuki atmosfer bumi di atas pangkalan rudal Thule di Greenland. Pihak Proyek Informasi Nuklir di Federasi Ilmuwan Amerika menyatakan, insiden itu hampir memicu serangan nuklir.
Sekadar diketahui, pangkalan Thule merupakan rumah untuk sistem deteksi dini rudal musuh yang masuk ke wilayah AS. Sistem tersebut dilengkapi rudal berhulu ledak nuklir yang setiap saat siap diluncurkan jika terjadi perang nuklir.
Menurut Angkatan Udara AS dalam situsnya, lokasi pangkalan Thule berada di wilayah 750 mil sebelah utara Lingkaran Arktik. Serangan nuklir bisa saja tak terlekkan jika meteor berhasil menembus atmofer bumi yang memicu respons kilat dari sistem deteksi rudal pangkalan Thule.
Baca Juga: Meteor Meledak di Dekat Pangkalan Udara, Militer AS Bungkam
Angkatan Udara AS awalnya merahasiakan ledakan meteor tersebut. Namun, mereka akhirnya mengonfirmasi bahwa insiden itu terjadi sesaat sebelum tengah malam pada 25 Juli 2018.
"(Pangkalan) Thule baik-baik saja," kata pihak Angkatan Udara AS kepada Military Times, yang dilansir semalam (4/8/2018).
Masuknya meteor ke atmosfer bumi itu menyebabkan ledakan 2,1 kiloton. Beruntung, fasilitas pangkalan rudal AS tidak mengalami kerugian atau kerusakan.
Menurut laporan Military Times, pangkalan Thule masih melakukan fungsi lain secara normal termasuk pengawasan ruang angkasa dan kontrol ruang untuk Komando Pertahanan Udara Amerika Utara dan Komando Ruang Angkasa Angkatan Udara.
Badan Penerbangan dan Antariksa atau NASA pertama kali mengonfirmasi bahwa objek yang tidak diketahui sedang melakukan perjalanan pada kecepatan 24,4 kilometer per detik (54.000 mph) ketika meledak di area udara 43 kilometer (27 mil) di atas sistem deteksi rudal Thule.
Hans M. Kristensen, direktur Proyek Informasi Nuklir di Federasi Ilmuwan Amerika, yang merupakan salah satu orang pertama yang men-tweet tentang ledakan meteor tersebut, mengatakan; "Kami masih di sini, jadi mereka dengan benar menyimpulkan bahwa itu bukan serangan pertama Rusia."
"Ada hampir 2.000 nuklir yang siap siaga, siap diluncurkan," katanya lagi, mengacu pada rudal-rudal berhulu ledak nuklir.
Steve Brady, seorang juru bicara di pangkalan Angkatan Udara Peterson di Colarado, juga menegaskan bahwa tidak ada kerusakan terkait ledakan meteor di atas Pangkalan Thule."Tidak, kami tidak memiliki laporan kerusakan apa pun, mengapa kami mendapat panggilan untuk ini sekarang?," ujarnya.
Pangkalan Peterson dimintai konfirmasi oleh wartawan tentang insiden di sekitar Pangkalan Thule, meskipun jaraknya lebih dari 3.000 mil dari Greenland.
Sekadar diketahui, pangkalan Thule merupakan rumah untuk sistem deteksi dini rudal musuh yang masuk ke wilayah AS. Sistem tersebut dilengkapi rudal berhulu ledak nuklir yang setiap saat siap diluncurkan jika terjadi perang nuklir.
Menurut Angkatan Udara AS dalam situsnya, lokasi pangkalan Thule berada di wilayah 750 mil sebelah utara Lingkaran Arktik. Serangan nuklir bisa saja tak terlekkan jika meteor berhasil menembus atmofer bumi yang memicu respons kilat dari sistem deteksi rudal pangkalan Thule.
Baca Juga: Meteor Meledak di Dekat Pangkalan Udara, Militer AS Bungkam
Angkatan Udara AS awalnya merahasiakan ledakan meteor tersebut. Namun, mereka akhirnya mengonfirmasi bahwa insiden itu terjadi sesaat sebelum tengah malam pada 25 Juli 2018.
"(Pangkalan) Thule baik-baik saja," kata pihak Angkatan Udara AS kepada Military Times, yang dilansir semalam (4/8/2018).
Masuknya meteor ke atmosfer bumi itu menyebabkan ledakan 2,1 kiloton. Beruntung, fasilitas pangkalan rudal AS tidak mengalami kerugian atau kerusakan.
Menurut laporan Military Times, pangkalan Thule masih melakukan fungsi lain secara normal termasuk pengawasan ruang angkasa dan kontrol ruang untuk Komando Pertahanan Udara Amerika Utara dan Komando Ruang Angkasa Angkatan Udara.
Badan Penerbangan dan Antariksa atau NASA pertama kali mengonfirmasi bahwa objek yang tidak diketahui sedang melakukan perjalanan pada kecepatan 24,4 kilometer per detik (54.000 mph) ketika meledak di area udara 43 kilometer (27 mil) di atas sistem deteksi rudal Thule.
Hans M. Kristensen, direktur Proyek Informasi Nuklir di Federasi Ilmuwan Amerika, yang merupakan salah satu orang pertama yang men-tweet tentang ledakan meteor tersebut, mengatakan; "Kami masih di sini, jadi mereka dengan benar menyimpulkan bahwa itu bukan serangan pertama Rusia."
"Ada hampir 2.000 nuklir yang siap siaga, siap diluncurkan," katanya lagi, mengacu pada rudal-rudal berhulu ledak nuklir.
Steve Brady, seorang juru bicara di pangkalan Angkatan Udara Peterson di Colarado, juga menegaskan bahwa tidak ada kerusakan terkait ledakan meteor di atas Pangkalan Thule."Tidak, kami tidak memiliki laporan kerusakan apa pun, mengapa kami mendapat panggilan untuk ini sekarang?," ujarnya.
Pangkalan Peterson dimintai konfirmasi oleh wartawan tentang insiden di sekitar Pangkalan Thule, meskipun jaraknya lebih dari 3.000 mil dari Greenland.
(mas)