Ubi Rebus hingga Nasi Kuning Diburu Jamaah

Kamis, 02 Agustus 2018 - 13:33 WIB
Ubi Rebus hingga Nasi Kuning Diburu Jamaah
Ubi Rebus hingga Nasi Kuning Diburu Jamaah
A A A
Hari masih gelap. Jarum jam baru menunjukkan pukul 04.05 waktu Arab Saudi (WAS). Irsyad, 26, pria warga negara Bangladesh, sibuk menurunkan barang dagangan dari mobilnya.

Baya Ahmad, 34, seorang wanita bercadar, tampak membantu merapikan berbagai macam barang dagangan itu. Baya adalah istri Irsyad. Dia merupakan warga negara Indonesia (WNI) asal Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Pasangan suami-istri (pasutri) itu saban pagi menggelar dagangan berupa makanan khas Indonesia di depan Royal Makkah Hotel di kawasan Syisya, Mekkah, Arab Saudi.

Pasutri ini menyasar tempat itu lantaran merupakan lokasi pemondokan jamaah haji Indonesia. “Baru pagi ini kami jualan di sini,” kata Irsyad yang fasih berbahasa Indonesia, Selasa (31/7). Dagangan yang dijual antara lain ubi rebus, bakwan, tempe goreng, urap, dadar gulung, kue pancong, nasi kuning, nasi putih, sayur asem, bakso, dan sayur sop.

Baya mengaku gembira karena makanan yang dijualnya cepat ludes dibeli jamaah. Kebetulan jamaah yang menginap di Royal Makkah Hotel berasal dari Embarkasi Palembang. “Alhamdulillah laris manis. Selain enak, makanan yang saya jual tidak mahal. Citarasanya juga seperti di Indonesia,” ungkap Baha.

Makanan seperti bakwan dijual 1 riyal (setara Rp4.000), sedangkan soto, bakso, dan sop 5 riyal Saudi. Baya mengaku berjualan makanan khas Indonesia ini hanya pada musim haji saja. Tentu saja sasarannya adalah jamaah haji asal Indonesia.

Jamaah haji Indonesia selama di Mekkah hanya mendapatkan sarapan pagi berupa roti yang diberikan pada malam hari sebelumnya, bersamaan dengan ransum makan malam. Di luar musim haji, pasutri ini menjalankan aktivitas lain.

Baha melaksanakan aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga biasa, sementara sang suami berdagang sayuran di salah satu pasar di Mekkah. “Kadang kalau ada orang hajatan, saya kerja menjadi pelayan,” kata Baya yang dikaruniai seorang anak ini. Aktivitas jualan makanan khas Indonesia ini dilakoni pasutri ini sejak 2010 lalu.

Jamaah Indonesia yang membeli makanan umumnya untuk sarapan seusai menjalankan salat subuh di Masjidilharam. Ujang Basri, 68, anggota jamaah haji asal Kabupaten Empat Lawang, Sumatera Selatan, mengaku terbantu dengan keberadaan jajanan khas Indonesia ini.

“Rasanya enak, perkedel harganya 1 riyal (sekitar Rp4.000). Kalau di Empat Lawang Rp2.000. Tapi nggak apa-apa, yang penting perut terisi dan ada yang jual,” katanya. Herlina, 40, jamaah asal Palembang, Sumatera Selatan, mengaku senang bertemu dengan makanan Indonesia di Kota Suci.

“Rindu terobati ketemu bakwan. Rasanya oke juga. Alhamdulillah,” ujarnya semringah. Irsyad dan Baya berjualan di trotoar depan hotel tersebut hanya sampai pukul 08.00 WAS. Mereka harus buruburu mengemasi dagangannya sebelum ditertibkan baladiah (semacam Satpol PP).
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4718 seconds (0.1#10.140)