Korsel Bantah Paksa Belasan Pelayan Korut untuk Membelot
A
A
A
SEOUL - Korea Selatan (Korsel) bersikeras menyatakan tidak memaksa belasan pelayan asal Korea Utara (Korut) untuk membelot pada tahun 2016 lalu. Mereka melakukan hal itu atas keinginan sendiri.
Kasus ini menarik perhatian global pada saat itu karena Korut menuduh Seoul menculik kelompok pelayan itu, yang diketahui telah meninggalkan pos mereka di China pada April 2016.
Korsel secara resmi menyambut ribuan pembelot yang berusaha melarikan diri dari rezim otoriter Pyongyang, tetapi para pelayan restoran itu adalah warga Korut yang diizinkan untuk bekerja di luar negeri.
"Saya mengerti bahwa para pekerja datang ke (Korea) Selatan dengan keinginan bebas mereka sendiri," kata juru bicara Kementerian Unifikasi Baik Tae-hyun.
"Saya tidak punya apa-apa lagi untuk dikatakan tentang hal itu," imbuhnya seperti dikutip dari Anadolu, Rabu (11/7/2018).
Sehari sebelumnya, pelapor khusus PBB tentang hak asasi manusia di Korut meminta penyelidikan independen, setelah berbicara dengan beberapa pembelot yang bersangkutan.
"Jelas bahwa ada beberapa kekurangan dalam hal bagaimana mereka dibawa ke Korea Selatan," kata Tomas Ojea Quintana seperti dikutip oleh Yonhap.
"Dari informasi yang saya terima dari beberapa dari mereka, mereka dibawa ke Korea Selatan tanpa mengetahui mereka datang ke sini," tambahnya.
Selain itu, mantan manajer restoran para pembelot itu melibatkan agen intelijen Seoul ketika dia mengatakan kepada penyiar lokal pada Mei lalu bahwa dia telah menipu anggota stafnya ketika membawa mereka ke Korsel.
Jaksa penuntut Korsel sedang menyelidiki kasus tersebut, yang telah diselimuti kerahasiaan untuk melindungi identitas para pembelot, mengingat bahwa Korut secara teratur dituduh menganiaya keluarga warga yang rela melarikan diri dari negara itu.
Kasus ini menarik perhatian global pada saat itu karena Korut menuduh Seoul menculik kelompok pelayan itu, yang diketahui telah meninggalkan pos mereka di China pada April 2016.
Korsel secara resmi menyambut ribuan pembelot yang berusaha melarikan diri dari rezim otoriter Pyongyang, tetapi para pelayan restoran itu adalah warga Korut yang diizinkan untuk bekerja di luar negeri.
"Saya mengerti bahwa para pekerja datang ke (Korea) Selatan dengan keinginan bebas mereka sendiri," kata juru bicara Kementerian Unifikasi Baik Tae-hyun.
"Saya tidak punya apa-apa lagi untuk dikatakan tentang hal itu," imbuhnya seperti dikutip dari Anadolu, Rabu (11/7/2018).
Sehari sebelumnya, pelapor khusus PBB tentang hak asasi manusia di Korut meminta penyelidikan independen, setelah berbicara dengan beberapa pembelot yang bersangkutan.
"Jelas bahwa ada beberapa kekurangan dalam hal bagaimana mereka dibawa ke Korea Selatan," kata Tomas Ojea Quintana seperti dikutip oleh Yonhap.
"Dari informasi yang saya terima dari beberapa dari mereka, mereka dibawa ke Korea Selatan tanpa mengetahui mereka datang ke sini," tambahnya.
Selain itu, mantan manajer restoran para pembelot itu melibatkan agen intelijen Seoul ketika dia mengatakan kepada penyiar lokal pada Mei lalu bahwa dia telah menipu anggota stafnya ketika membawa mereka ke Korsel.
Jaksa penuntut Korsel sedang menyelidiki kasus tersebut, yang telah diselimuti kerahasiaan untuk melindungi identitas para pembelot, mengingat bahwa Korut secara teratur dituduh menganiaya keluarga warga yang rela melarikan diri dari negara itu.
(ian)