WHO Kategorikan Kecanduan Seks Sebagai Penyakit Mental

Selasa, 10 Juli 2018 - 11:35 WIB
WHO Kategorikan Kecanduan...
WHO Kategorikan Kecanduan Seks Sebagai Penyakit Mental
A A A
JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini menyatakan, untuk pertama kalinya, bahwa kecanduan seks adalah gangguan mental. Pasalnya, terlalu banyak bercinta bisa menjadi hal yang buruk.

Kecanduan seks atau yang juga dikenal sebagai gangguan perilaku seksual kompulsif ditambahkan ke edisi 11 dari Klasifikasi Penyakit Internasional WHO yang terbit pada 18 Juni lalu.

Menurut WHO, seseorang kecanduan seks ketika mereka menunjukkan pola kegagalan yang terus-menerus untuk mengendalikan dorongan seksual yang intens dan berulang-ulang atau dorongan yang menghasilkan perilaku seksual berulang. Untuk seorang pecandu seks, seks menjadi fokus utama dari kehidupan seseorang dengan mengorbankan kesehatan dan tanggung jawab pribadi lainnya, bahkan ketika mereka tidak lagi mendapatkan kesenangan dari aktivitas tersebut. Sebelum seseorang didiagnosis dengan gangguan tersebut, mereka harus mengalami tekanan yang cukup besar sebagai akibat kecanduan setidaknya selama enam bulan.

Belum jelas apakah Dinas Kesehatan Nasional Inggris (NHS) akan mengikutinya dan menambahkan kecanduan seks pada daftar gangguannya juga. Sementara American Psychological Association menganggap kecanduan seks sebagai gangguan mental dan tidak terdaftar sebagai salah satu dalam The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders.

Menurut Dr Valerie Voon, seorang anggota Royal College of Psychiatrists sebuah organisasi profesional psikiater utama di Inggris, antara 2 hingga 4 persen orang di Inggris kemungkinan menderita kecanduan seks. Tiga hingga enam persen dari populasi AS juga diperkirakan memiliki kondisi tersebut.

"Ini adalah perilaku yang cenderung disembunyikan karena itu memalukan dan seringkali pecandu seks tidak mau mengakuinya," kata Voon seperti dikutip Sputnik dari The Sun, Selasa (10/7/2018).

"Menambahkan ini ke daftar WHO adalah langkah yang sangat baik untuk pasien karena memungkinkan mereka untuk mengenali bahwa mereka menderita masalah. Itu membawanya keluar dari bayang-bayang dan mereka dapat mencari bantuan untuk itu," tambahnya.

Beberapa tokoh masyarakat telah mengungkapkan bahwa mereka telah menderita kecanduan seks.

Dalam sebuah wawancara 2017 dengan US Weekly, komedian terkenal Russell Brand mengatakan kepada majalah itu, "Ketika saya menjadi sadar secara seksual saat remaja, saya menjadi sangat obsesif tentang seks dan wanita serta pornografi."

Dalam laporan eksklusif yang diterbitkan oleh Guardian pada 2007, Brand juga mengakui bahwa seks memberinya ruang untuk bernafas, ketika berada di luar diri dan kepala sendiri. Dalam laporan itu, ia juga mengungkapkan bahwa ia pergi ke rehabilitasi untuk memerangi kecanduan seksnya.

Dalam serial terbarunya Facebook Watch Red Table Talk, aktris Jada Pinkett Smith juga membuka tentang kecanduan seksnya.

"Kecanduan saya seperti melompat. Mereka melompat-lompat," dia menjelaskan di acara bincang-bincangnya. "Ketika saya masih muda, saya pasti berpikir saya memiliki kecanduan seks sejenis, ya, bahwa semuanya bisa diperbaiki dengan seks. Anda tahu apa yang saya katakan?"

Kecanduan video game juga menerima entri sendiri dalam Klasifikasi Penyakit terbaru WHO sebagai gangguan kesehatan mental.

Menurut Joan Harvey, juru bicara untuk Masyarakat Psikologi Inggris, bermain video game selama berjam-jam bukanlah, dengan sendirinya, merupakan kecanduan game. Hobi berubah menjadi kecanduan ketika itu mengganggu "fungsi yang diharapkan" dari kehidupan seseorang, termasuk impartemen dalam fungsi pribadi, keluarga, sosial, pendidikan atau pekerjaan.

"Orang-orang perlu memahami ini tidak berarti setiap anak yang menghabiskan berjam-jam di kamar mereka bermain game adalah seorang pecandu; jika tidak, petugas medis akan dibanjiri permintaan bantuan," kata Harvey, seperti dilaporkan AP pada bulan Juni lalu.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0978 seconds (0.1#10.140)