Militer Jepang Turunkan Level Kesiapan terhadap Rudal Korut
A
A
A
TOKYO - Jepang telah menurunkan level kesiapan militernya terhadap ancaman rudal Korea Utara (Korut) saat Washington memulai negosiasi nuklir dengan Pyongyang. Laporan Asahi Shimbun mengungkap kebijakan militer Tokyo tersebut.
Laporan yang dirilis hari Minggu itu mengutip beberapa sumber yang mengetahui kebijakan militer. Laporan muncul di saat Jepang didesak untuk melunakkan sikap kerasnya terhadap Pyongyang menyusul suksenya pertemuan puncak Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Singapura bulan lalu.
Pasukan Bela Diri Jepang pada hari Jumat telah menghentikan program mereka untuk selalu menempatkan kapal perang berudal Aegis di Laut Jepang (Laut Timur) yang mendeteksi dan mencegat rudal-rudal musuh yang masuk.
Namun, menurut laporan Asahi, pasukan Jepang akan tetap siap untuk mencegat rudal yang terdeteksi melalui citra satelit mata-mata.
Seorang pejabat pertahanan Jepang mengatakan kepada Asahi bahwa Tokyo mengikuti jejak AS, yang telah menurunkan tingkat siaga di kawasan Indo-Pasifik. Jepang juga menangguhkan latihan evakuasi publik yang mensimulasikan serangan rudal Korea Utara.
Kendati demikian, Kementerian pertahanan Jepang hingga Senin (2/7/2018) belum bersedia berkomentar terkait kebijakannya yang menurunkan level kesiapan terhadap ancaman rudal Korea Utara.
Jepang telah lama mempertahankan sikap keras terkait pertahanannya dalam menghadapi ancaman dari Korea Utara. Salah satunya penyiagaan kapal perang dengan rudal Aegis berteknologi tinggi.
Presiden Trump sebelumnya secara tak terduga mengumumkan rencana untuk menghentikan latihan militer gabungan antara AS dan Korea Selatan yang sebelumnya dianggap sebagai langkah penting untuk menahan ancaman Korea Utara.
Presiden baru Korea Selatan Moon Jae-in juga menyukai pendekatan yang lebih lembut terhadap Pyongyang. Dia telah bertemu Kim Jong-un dua kali selama baru-baru ini.
Rencana denuklirisasi oleh rezim Kim Jong-un hingga kini belum jelas. Sementara itu, Washington Post melaporkan pada Sabtu lalu bahwa Pyongyang berencana untuk menyimpan beberapa persediaan nuklir dan fasilitas produksinya sebagai upaya untuk menyembunyikannya dari AS.
Laporan yang dirilis hari Minggu itu mengutip beberapa sumber yang mengetahui kebijakan militer. Laporan muncul di saat Jepang didesak untuk melunakkan sikap kerasnya terhadap Pyongyang menyusul suksenya pertemuan puncak Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Singapura bulan lalu.
Pasukan Bela Diri Jepang pada hari Jumat telah menghentikan program mereka untuk selalu menempatkan kapal perang berudal Aegis di Laut Jepang (Laut Timur) yang mendeteksi dan mencegat rudal-rudal musuh yang masuk.
Namun, menurut laporan Asahi, pasukan Jepang akan tetap siap untuk mencegat rudal yang terdeteksi melalui citra satelit mata-mata.
Seorang pejabat pertahanan Jepang mengatakan kepada Asahi bahwa Tokyo mengikuti jejak AS, yang telah menurunkan tingkat siaga di kawasan Indo-Pasifik. Jepang juga menangguhkan latihan evakuasi publik yang mensimulasikan serangan rudal Korea Utara.
Kendati demikian, Kementerian pertahanan Jepang hingga Senin (2/7/2018) belum bersedia berkomentar terkait kebijakannya yang menurunkan level kesiapan terhadap ancaman rudal Korea Utara.
Jepang telah lama mempertahankan sikap keras terkait pertahanannya dalam menghadapi ancaman dari Korea Utara. Salah satunya penyiagaan kapal perang dengan rudal Aegis berteknologi tinggi.
Presiden Trump sebelumnya secara tak terduga mengumumkan rencana untuk menghentikan latihan militer gabungan antara AS dan Korea Selatan yang sebelumnya dianggap sebagai langkah penting untuk menahan ancaman Korea Utara.
Presiden baru Korea Selatan Moon Jae-in juga menyukai pendekatan yang lebih lembut terhadap Pyongyang. Dia telah bertemu Kim Jong-un dua kali selama baru-baru ini.
Rencana denuklirisasi oleh rezim Kim Jong-un hingga kini belum jelas. Sementara itu, Washington Post melaporkan pada Sabtu lalu bahwa Pyongyang berencana untuk menyimpan beberapa persediaan nuklir dan fasilitas produksinya sebagai upaya untuk menyembunyikannya dari AS.
(mas)