Korut-Korsel Buka Kembali Saluran Maritim
A
A
A
SEOUL - Korea Utara (Korut) dan Korea Selatan (Korsel) membuka kembali saluran komunikasi maritim pada hari Minggu (1/7/2018), dengan kapal dari kedua negara melakukan kontak radio untuk pertama kalinya dalam satu dekade. Demikian pernyataan yang dikeluarkan Kementerian Pertahanan Korsel.
"Sebuah kapal patroli Korea Utara segera menanggapi ketika Angkatan Laut Korea Selatan mengontaknya melalui saluran radio internasional pada pukul 9 pagi di laut barat, menormalkan saluran komunikasi maritim untuk pertama kalinya dalam 10 tahun," kata kementerian tersebut seperti dikutip dari Reuters.
Pejabat Pertahanan Kementerian Korsel mengatakan langkah itu menunjukkan kedua Korea "mengambil langkah praktis" untuk menjunjung kesepakatan yang dibuat pada tanggal 27 April ketika para pemimpin mereka memutuskan untuk meredakan ketegangan militer secara bertahap.
Keputusan untuk mengembalikan komunikasi hot line dilakukan selama pertemuan antara pejabat militer tingkat tinggi Korut dan Korsel pada akhir Juni lalu seperti disitat dari Sputnik.
Situasi di Semenanjung Korea telah meningkat secara signifikan dalam beberapa bulan terakhir, dengan pemimpin Korut Kim Jong-un telah mengadakan dua putaran pembicaraan dengan Presiden Korsel Moon Jae-in. Kemudian disusul dengan pertemuan puncak dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Singapura.
Pertemuan tersebut diakhiri dengan penandatanganan dokumen yang mengharuskan Pyongyang untuk melakukan denuklirisasi dengan imbalan pembekuan pada latihan militer AS-Korsel dan akhirnya bantuan sanksi.
"Sebuah kapal patroli Korea Utara segera menanggapi ketika Angkatan Laut Korea Selatan mengontaknya melalui saluran radio internasional pada pukul 9 pagi di laut barat, menormalkan saluran komunikasi maritim untuk pertama kalinya dalam 10 tahun," kata kementerian tersebut seperti dikutip dari Reuters.
Pejabat Pertahanan Kementerian Korsel mengatakan langkah itu menunjukkan kedua Korea "mengambil langkah praktis" untuk menjunjung kesepakatan yang dibuat pada tanggal 27 April ketika para pemimpin mereka memutuskan untuk meredakan ketegangan militer secara bertahap.
Keputusan untuk mengembalikan komunikasi hot line dilakukan selama pertemuan antara pejabat militer tingkat tinggi Korut dan Korsel pada akhir Juni lalu seperti disitat dari Sputnik.
Situasi di Semenanjung Korea telah meningkat secara signifikan dalam beberapa bulan terakhir, dengan pemimpin Korut Kim Jong-un telah mengadakan dua putaran pembicaraan dengan Presiden Korsel Moon Jae-in. Kemudian disusul dengan pertemuan puncak dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Singapura.
Pertemuan tersebut diakhiri dengan penandatanganan dokumen yang mengharuskan Pyongyang untuk melakukan denuklirisasi dengan imbalan pembekuan pada latihan militer AS-Korsel dan akhirnya bantuan sanksi.
(ian)