Lawan Kebencian, Yahudi dan Muslim Boncengan Sepeda di Berlin
A
A
A
BERLIN - Sekitar 25 orang Yahudi dan Muslim kompak mengayuh sepeda dengan berboncengan melintasi Ibu Kota Jerman, Berlin, pada hari Minggu. Aksi lintas iman ini untuk melawan kebencian atas nama agama di negara tersebut.
Komunitas Yahudi dan Muslim di Jerman prihatin dengan tumbuhnya perilaku anti-Semitisme dan serangan terhadap kaum Muslim.
Puluhan warga dua komunitas agama yang ambil bagian dalam kampanye melawan kebencian itu termasuk adalah para rabbi Yahudi dan imam Muslim. Para Muslimah dengan busana jilbab juga ambil bagian dalam tur keliling kota Berlin.
Rabbi Elias Dray, salah satu penyelenggara tur mengatakan aksi mengayuh sepeda berboncengan dimaksudkan untuk meningkatkan kontak antara orang Yahudi dan Muslim dan orang Jerman lainnya.
"Sering terjadi prasangka di tempat-tempat di mana ada sedikit kontak," kata Dray, yang bekerja sebagai rabbi komunitas di kota Amberg di Bavaria, seperti dikutip AP, Senin (25/6/2018). "Di mana pun itu adalah keuntungan besar untuk mengenal Yudaisme dan Islam."
Dia mengayuh sepeda dan berboncengan dengan imam Muslim Berlin, Ender Cetin. "Yahudi dan Muslim untuk saling menghormati dan toleransi," kata keduanya yang sama-sama mengenakan baju putih.
Selain 25 bikers lintas iman, puluhan orang juga bergabung dengan tur sepeda tersebut melewati pusat kota Berlin untuk menunjukkan solidaritas.
Ketegangan telah meningkat ketika Jerman "bergulat" dengan masuknya lebih dari 1 juta migran yang kebanyakan Muslim. Sentimen anti-Muslim bermunculan seiring dengan masuknya partai nasionalis, Alternatif untuk Jerman (AfD), berhasil masuk ke parlemen untuk pertama kalinya dalam pemilu tahun lalu.
Sekadar diketahui, para pemimpin AfD dikenal karena sikapnya yang anti-Muslim dan mereka suarakan secara terbuka. Sikap anti-Semitisme juga kerap mereka suarakan, meski tak sekeras terhadap komunitas Muslim.
Laporan bullying terhadap anak-anak Yahudi oleh anak-anak imigran Muslim di sekolah-sekolah di seluruh negeri juga telah membuat takut banyak orang Yahudi. Sementara itu, para perempuan Muslim dilaporkan kerap menerima penghinaan dan diskriminasi karena mengenakan jilbab.
Terlepas dari ketegangan ini, Imam Cetin mengatakan, "mayoritas Muslim dan Yahudi ingin hidup bersama dengan damai."
"Ini harus menjadi hal yang alami bahwa kita hidup bersama di kota ini dan, bahwa kita dapat mengekspresikan agama kita secara terbuka," ujar Cetin.
Komunitas Yahudi dan Muslim di Jerman prihatin dengan tumbuhnya perilaku anti-Semitisme dan serangan terhadap kaum Muslim.
Puluhan warga dua komunitas agama yang ambil bagian dalam kampanye melawan kebencian itu termasuk adalah para rabbi Yahudi dan imam Muslim. Para Muslimah dengan busana jilbab juga ambil bagian dalam tur keliling kota Berlin.
Rabbi Elias Dray, salah satu penyelenggara tur mengatakan aksi mengayuh sepeda berboncengan dimaksudkan untuk meningkatkan kontak antara orang Yahudi dan Muslim dan orang Jerman lainnya.
"Sering terjadi prasangka di tempat-tempat di mana ada sedikit kontak," kata Dray, yang bekerja sebagai rabbi komunitas di kota Amberg di Bavaria, seperti dikutip AP, Senin (25/6/2018). "Di mana pun itu adalah keuntungan besar untuk mengenal Yudaisme dan Islam."
Dia mengayuh sepeda dan berboncengan dengan imam Muslim Berlin, Ender Cetin. "Yahudi dan Muslim untuk saling menghormati dan toleransi," kata keduanya yang sama-sama mengenakan baju putih.
Selain 25 bikers lintas iman, puluhan orang juga bergabung dengan tur sepeda tersebut melewati pusat kota Berlin untuk menunjukkan solidaritas.
Ketegangan telah meningkat ketika Jerman "bergulat" dengan masuknya lebih dari 1 juta migran yang kebanyakan Muslim. Sentimen anti-Muslim bermunculan seiring dengan masuknya partai nasionalis, Alternatif untuk Jerman (AfD), berhasil masuk ke parlemen untuk pertama kalinya dalam pemilu tahun lalu.
Sekadar diketahui, para pemimpin AfD dikenal karena sikapnya yang anti-Muslim dan mereka suarakan secara terbuka. Sikap anti-Semitisme juga kerap mereka suarakan, meski tak sekeras terhadap komunitas Muslim.
Laporan bullying terhadap anak-anak Yahudi oleh anak-anak imigran Muslim di sekolah-sekolah di seluruh negeri juga telah membuat takut banyak orang Yahudi. Sementara itu, para perempuan Muslim dilaporkan kerap menerima penghinaan dan diskriminasi karena mengenakan jilbab.
Terlepas dari ketegangan ini, Imam Cetin mengatakan, "mayoritas Muslim dan Yahudi ingin hidup bersama dengan damai."
"Ini harus menjadi hal yang alami bahwa kita hidup bersama di kota ini dan, bahwa kita dapat mengekspresikan agama kita secara terbuka," ujar Cetin.
(mas)