Time Line Krisis Nuklir Korut, dari Era Clinton hingga Trump
A
A
A
SINGAPURA - Presiden Donald Trump dan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un akan melakukan pertemuan bersejarah Selasa (12/6/2018) besok di Singapura. Pertemuan ini berpotensi untuk mengakhiri krisis nuklir Pyongyang dari tahun ke tahun.
Sekadar diketahui, Korut menjalankan program senjata nuklir sejak tahun 1990-an yang membuat Washington risau. Pemimpin AS sejak era Presiden Bill Clinton sudah gencar melakukan lobi untuk mengekang program senjata pemusnah massal rezim komunis di Korea itu.
Program senjata nuklir Korut kembali menjadi sorotan dunia di era Kim Jong-un, pemimpin muda yang berkuasa di Pyongyang. Di era Kim Jong-un, negara itu sudah beberapa kali melakukan uji coba rudal balistik dan senjata nuklir. Bahkan, Kim kerap mengancam akan menyerang wilayah AS yang dipimpin Presiden Donald Trump dengan rudal balistik antarbenua berhulu ledak nuklir.
Berikut time line jalan panjang krisis nuklir Korut dari era Bill Clinton hingga era Donald Trump.
1994
Pemerintahan Presiden Bill Clinton dan Korea Utara menandatangani perjanjian yang dikenal sebagai Agreed Framework (Kerangka Kesepakatan). Berdasarkan ketentuan tersebut, Pyongyang berkomitmen untuk membekukan program senjata plutonium terlarangnya dengan imbalan pembangunan reaktor nuklir ringan, normalisasi hubungan dan jaminan formal terhadap ancaman atau penggunaan senjata nuklir.
2002
Korea Utara memulai lagi operasinal fasilitas nuklirnya.
2003
Diskusi multilateral antara China, Jepang, Korea Utara, Rusia, Korea Selatan, dan AS yang dikenal sebagai Pembicaraan Enam Pihak pada awalnya mengalami kemajuan ketika Korea Utara berjanji untuk meninggalkan program nuklirnya. Pyongyang kala itu juga berjanji untuk kembali ke Perjanjian Nonproliferasi, yang telah ditinggalkan negara itu dua tahun sebelumnya.
Sekadar diketahui, Korut pernah bergabung dalam Perjanjian Nonproliferasi pada 1980-an. Kesepakatan enam negara itu dianggap sebagai kemenangan diplomatik bagi pemerintahan George W. Bush di AS.
2006
Pyongyang meluncurkan uji coba nuklir pertamanya, tetapi Pembicaraan Enam Pihak terus berlanjut.
2007
Korea Utara mulai melumpuhkan pabrik nuklir Yongbyon. Tapi tindakan baik itu tidak bertahan lama.
2008
Rezim Korut memulai lagi program nuklirnya dan melarang pengawas nuklir.
2009
Korea Utara secara resmi berhenti terlibat dalam pembicaraan nuklir.
17 Desember 2011
Kim Jong-un mengambil alih kekuasaan sebagai pemimpin Korea Utara setelah ayahnya, Kim Jong-il, meninggal.
Maret 2013
Korea Utara mengadopsi kebijakan resmi untuk mengembangkan ekonomi dan kemampuan senjata nuklirnya.
Januari 2016
Korea Utara, yang terus menguji teknologi rudal balistiknya, mengklaim berhasil menguji coba bom hidrogen pertamanya. Beberapa ahli menyangkal karakterisasi senjata Pyongyang tersebut.
Agustus 2016
Korea Utara mengklaim meluncurkan rudal Pukkuksong-1 yang mampu menyerang Amerika Serikat. Rudal itu adalah rudal balistik yang diluncurkan oleh kapal selam.
Oktober 2016
Ada dua peluncuran misil yang gagal, yakni rudal balistik dan rudal jarak menengah.
Januari 2017
Trump berkuasa sebagai Presiden AS setelah menang pemilu. Pendahulunya, Barack Obama, telah memperingatkan Trump bahwa Korea Utara harus menjadi prioritas keamanan utama untuk pemerintahan AS yang akan datang.
Februari 2017
Korea Utara melakukan uji coba tembak rudal balistik jarak menengah yang baru, KN-15 (Pukkuksong-2). Senjata itu diluncurkan dari provinsi Pyongan Utara dan melakukan perjalanan 310 mil sebelum mendarat di Laut Jepang.
Maret 2017
Korea Utara menembakkan empat rudal, dengan beberapa di antaranya jatuh ke Laut Jepang. Para pejabat Jepang menggambarkan peluncuran itu sebagai ancaman serius dan Tokyo mengajukan protes keras terhadap Pyongyang yang terus mengembangkan senjata nuklir.
April-Juni 2017
Korea Utara melakukan beberapa uji coba rudal yang meningkatkan kekhawatiran internasional. Selama periode ini, pemimpin liberal Moon Jae-In menang pemilu Korea Selatan dan menjadi presiden. Dia bersumpah untuk melakukan terobosan dengan Pyongyang. Presiden baru mengakui ada kemungkinan besar bahwa konflik dengan Korut akan pecah.
Juli 2017
Korea Utara menguji rudal balistik antarbenua pertamanya pada 4 Juli. Itu dengan cepat diikuti oleh tes kedua pada akhir bulan.
Agustus 2017
Korea Utara menguji empat rudal balistik selama tiga hari, dengan satu di antaranya terbang di atas Jepang Utara. Presiden Moon dari Korea Selatan berjanji akan melakukan segala cara untuk mencegah perang dengan Korea Utara. Sementara itu, di AS, Trump memperingatkan Korea Utara untuk tidak mengancam AS lagi, karena akan mendapat respons "api dan amarah" yang belum pernah dilihat sebelumnya.
September 2017
Korea Utara mengklaim memiliki bom hidrogen yang sudah berhasil diuji coba.H-bomb adalah bentuk senjata atom yang lebih sulit untuk dikembangkan dan membawa kekuatan destruktif yang besar. Pada bulan yang sama, Korut juga meluncurkan rudal yang terbang di atas Jepang Utara. Sejak itu, Trump dan Kim Jong-un mulai saling bertukar ancaman dan penghinaan.
November 2017
Korea Utara meluncurkan rudal balistik antarbenua yang terbang ke Laut Jepang.
Januari 2018
Korea Utara menerima tawaran Korea Selatan untuk melakukan pembicaraan.
Februari 2018
Kesatuan Korea dipamerkan di Olimpiade karena Seoul menjadi tuan rumah di mana ratusan kontingen dari Korea Utara ikut serta. Kedua Korea menggabungkan tim hoki es perempuan mereka di Pyeongchang dalam simbol perdamaian.
Maret 2018
Korea Utara meminta pembicaraan nuklir dengan Amerika Serikat, dan Trump mempertimbangkan untuk melakukan pembicaraan. Kim mengunjungi Beijing dengan kereta api dan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping. Kunjungan ini menjadi perjalanan pertamanya ke luar negeri sejak mengambil alih kekuasaan.
April 2018
Pyongyang mengatakan akan menghentikan uji coba nuklir. Kim dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in bertemu, berpelukan dan berpegangan tangan di perbatasan Korea saat melakukan pertemuan bersejarah kedua Korea.
Mei 2018
Trump mengatakan pertemuannya dengan Kim akan berlangsung pada 12 Juni di Singapura. Hanya dua minggu kemudian, Trump membatalkan pertemuan dengan Kim, dengan menuduh Pyongyang mengobarkan kemarahan yang luar biasa dan permusuhan secara terbuka terhadap AS. Namun, beberapa hari kemudian, Gedung Putih mengatakan pertemuan yang dibatalkan Trump akan dipulihkan.
Juni 2018
Trump dan Kim mendarat secara terpisah di Singapura pada 10 Juni. Keduanya secara terpisah bertemu dengan perdana menteri negara tetangga Indonesia tersebut. Trump dan Kim Jong-un dijadwalkan bertemu satu sama lain pada pukul 09.00 pagi waktu Singapura pada 12 Juni.Sumber: CNBC
Sekadar diketahui, Korut menjalankan program senjata nuklir sejak tahun 1990-an yang membuat Washington risau. Pemimpin AS sejak era Presiden Bill Clinton sudah gencar melakukan lobi untuk mengekang program senjata pemusnah massal rezim komunis di Korea itu.
Program senjata nuklir Korut kembali menjadi sorotan dunia di era Kim Jong-un, pemimpin muda yang berkuasa di Pyongyang. Di era Kim Jong-un, negara itu sudah beberapa kali melakukan uji coba rudal balistik dan senjata nuklir. Bahkan, Kim kerap mengancam akan menyerang wilayah AS yang dipimpin Presiden Donald Trump dengan rudal balistik antarbenua berhulu ledak nuklir.
Berikut time line jalan panjang krisis nuklir Korut dari era Bill Clinton hingga era Donald Trump.
1994
Pemerintahan Presiden Bill Clinton dan Korea Utara menandatangani perjanjian yang dikenal sebagai Agreed Framework (Kerangka Kesepakatan). Berdasarkan ketentuan tersebut, Pyongyang berkomitmen untuk membekukan program senjata plutonium terlarangnya dengan imbalan pembangunan reaktor nuklir ringan, normalisasi hubungan dan jaminan formal terhadap ancaman atau penggunaan senjata nuklir.
2002
Korea Utara memulai lagi operasinal fasilitas nuklirnya.
2003
Diskusi multilateral antara China, Jepang, Korea Utara, Rusia, Korea Selatan, dan AS yang dikenal sebagai Pembicaraan Enam Pihak pada awalnya mengalami kemajuan ketika Korea Utara berjanji untuk meninggalkan program nuklirnya. Pyongyang kala itu juga berjanji untuk kembali ke Perjanjian Nonproliferasi, yang telah ditinggalkan negara itu dua tahun sebelumnya.
Sekadar diketahui, Korut pernah bergabung dalam Perjanjian Nonproliferasi pada 1980-an. Kesepakatan enam negara itu dianggap sebagai kemenangan diplomatik bagi pemerintahan George W. Bush di AS.
2006
Pyongyang meluncurkan uji coba nuklir pertamanya, tetapi Pembicaraan Enam Pihak terus berlanjut.
2007
Korea Utara mulai melumpuhkan pabrik nuklir Yongbyon. Tapi tindakan baik itu tidak bertahan lama.
2008
Rezim Korut memulai lagi program nuklirnya dan melarang pengawas nuklir.
2009
Korea Utara secara resmi berhenti terlibat dalam pembicaraan nuklir.
17 Desember 2011
Kim Jong-un mengambil alih kekuasaan sebagai pemimpin Korea Utara setelah ayahnya, Kim Jong-il, meninggal.
Maret 2013
Korea Utara mengadopsi kebijakan resmi untuk mengembangkan ekonomi dan kemampuan senjata nuklirnya.
Januari 2016
Korea Utara, yang terus menguji teknologi rudal balistiknya, mengklaim berhasil menguji coba bom hidrogen pertamanya. Beberapa ahli menyangkal karakterisasi senjata Pyongyang tersebut.
Agustus 2016
Korea Utara mengklaim meluncurkan rudal Pukkuksong-1 yang mampu menyerang Amerika Serikat. Rudal itu adalah rudal balistik yang diluncurkan oleh kapal selam.
Oktober 2016
Ada dua peluncuran misil yang gagal, yakni rudal balistik dan rudal jarak menengah.
Januari 2017
Trump berkuasa sebagai Presiden AS setelah menang pemilu. Pendahulunya, Barack Obama, telah memperingatkan Trump bahwa Korea Utara harus menjadi prioritas keamanan utama untuk pemerintahan AS yang akan datang.
Februari 2017
Korea Utara melakukan uji coba tembak rudal balistik jarak menengah yang baru, KN-15 (Pukkuksong-2). Senjata itu diluncurkan dari provinsi Pyongan Utara dan melakukan perjalanan 310 mil sebelum mendarat di Laut Jepang.
Maret 2017
Korea Utara menembakkan empat rudal, dengan beberapa di antaranya jatuh ke Laut Jepang. Para pejabat Jepang menggambarkan peluncuran itu sebagai ancaman serius dan Tokyo mengajukan protes keras terhadap Pyongyang yang terus mengembangkan senjata nuklir.
April-Juni 2017
Korea Utara melakukan beberapa uji coba rudal yang meningkatkan kekhawatiran internasional. Selama periode ini, pemimpin liberal Moon Jae-In menang pemilu Korea Selatan dan menjadi presiden. Dia bersumpah untuk melakukan terobosan dengan Pyongyang. Presiden baru mengakui ada kemungkinan besar bahwa konflik dengan Korut akan pecah.
Juli 2017
Korea Utara menguji rudal balistik antarbenua pertamanya pada 4 Juli. Itu dengan cepat diikuti oleh tes kedua pada akhir bulan.
Agustus 2017
Korea Utara menguji empat rudal balistik selama tiga hari, dengan satu di antaranya terbang di atas Jepang Utara. Presiden Moon dari Korea Selatan berjanji akan melakukan segala cara untuk mencegah perang dengan Korea Utara. Sementara itu, di AS, Trump memperingatkan Korea Utara untuk tidak mengancam AS lagi, karena akan mendapat respons "api dan amarah" yang belum pernah dilihat sebelumnya.
September 2017
Korea Utara mengklaim memiliki bom hidrogen yang sudah berhasil diuji coba.H-bomb adalah bentuk senjata atom yang lebih sulit untuk dikembangkan dan membawa kekuatan destruktif yang besar. Pada bulan yang sama, Korut juga meluncurkan rudal yang terbang di atas Jepang Utara. Sejak itu, Trump dan Kim Jong-un mulai saling bertukar ancaman dan penghinaan.
November 2017
Korea Utara meluncurkan rudal balistik antarbenua yang terbang ke Laut Jepang.
Januari 2018
Korea Utara menerima tawaran Korea Selatan untuk melakukan pembicaraan.
Februari 2018
Kesatuan Korea dipamerkan di Olimpiade karena Seoul menjadi tuan rumah di mana ratusan kontingen dari Korea Utara ikut serta. Kedua Korea menggabungkan tim hoki es perempuan mereka di Pyeongchang dalam simbol perdamaian.
Maret 2018
Korea Utara meminta pembicaraan nuklir dengan Amerika Serikat, dan Trump mempertimbangkan untuk melakukan pembicaraan. Kim mengunjungi Beijing dengan kereta api dan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping. Kunjungan ini menjadi perjalanan pertamanya ke luar negeri sejak mengambil alih kekuasaan.
April 2018
Pyongyang mengatakan akan menghentikan uji coba nuklir. Kim dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in bertemu, berpelukan dan berpegangan tangan di perbatasan Korea saat melakukan pertemuan bersejarah kedua Korea.
Mei 2018
Trump mengatakan pertemuannya dengan Kim akan berlangsung pada 12 Juni di Singapura. Hanya dua minggu kemudian, Trump membatalkan pertemuan dengan Kim, dengan menuduh Pyongyang mengobarkan kemarahan yang luar biasa dan permusuhan secara terbuka terhadap AS. Namun, beberapa hari kemudian, Gedung Putih mengatakan pertemuan yang dibatalkan Trump akan dipulihkan.
Juni 2018
Trump dan Kim mendarat secara terpisah di Singapura pada 10 Juni. Keduanya secara terpisah bertemu dengan perdana menteri negara tetangga Indonesia tersebut. Trump dan Kim Jong-un dijadwalkan bertemu satu sama lain pada pukul 09.00 pagi waktu Singapura pada 12 Juni.Sumber: CNBC
(mas)