Eks Agen Ganda MI6 di al-Qaeda Akui Tak Bisa Cegah Serangan 9/11
A
A
A
LONDON - Seorang mantan agen ganda MI6 Inggris mengaku pernah menjadi salah satu pembuat bom yang paling dihormati di kelompok al-Qaeda. Dia bahkan pernah mengusap bahu dalang serangan 11 September 2001 atau 9/11 di Amerika Serikat (AS).
Eks agen ganda bernama Aimen Dean ini pernah bersumpah setia kepada Osama bin Laden ketika bergabung dengan al-Qaeda, meski akhirnya dia mengkhianati kelompok tersebut.
Dia pernah tercatat sebagai mata-mata top untuk badan intelijen Inggris, MI6, selama perang melawan teror. Dia pernah bekerja pada program senjata kimia rezim al-Qaeda dan berhasil mencegah serangan senjata kimia di New York Subway dengan mempertaruhkan nyawanya sendiri.
Dalam wawancara dengan Channel 4 News untuk mempromosikan memoar terbarunya, Dean mengatakan bahwa dia tidak khawatir dengan serangan balas dendam terhadap dirinya setelah mantan agen ganda Rusia Sergei Skripal diserang racun di Salisbury, Inggris, pada Maret lalu.
"Perbedaannya (antara Skripal dan Saya) adalah bahwa dia dikejar oleh salah satu kekuatan besar dunia, dan banyak dari mantan rekan saya tewas atau di penjara," katanya.
"Saya mengambil tindakan pencegahan. Saya tidak terlalu khawatir, tetapi saya mengambil tindakan pencegahan untuk memastikan bahwa saya tidak berakhir di suatu tempat di mana ada konsentrasi yang sangat besar dari mantan rekan saya," ujarnya.
Ketika bekerja sebagai agen ganda, Dean mengaku rutin melapor ke Inggris di lokasi kamp al-Qaeda. Dia melapor tentang metode pelatihan baru rezim tersebut, rekan-rekannya, serta tentang program senjata pemusnah massal.
Dia mengaku tak mampu mencegah serangan 9/11 dengan intelijen MI6 pada saat itu, meskipun dia bertemu dengan salah satu orang yang diatur menjadi salah satu pembajak pesawat untuk serangan.
"Jika Anda ingin menghentikan 9/11, Anda harus memiliki setidaknya 12 mata-mata di dalam al-Qaeda dan masing-masing di dalam departemen yang berbeda. Kemudian Anda bisa menghentikannya," katanya, seperti dikutip Mirror, Rabu (6/6/2018) malam.
"Saya tidak tahu (berapa banyak mata-mata MI6) yang jujur, tapi saya akan terkejut jika ada lebih dari dua atau tiga," imbuh dia.
Berbicara tentang kudeta selama bekerja sebagai agen ganda, Dean mengatakan dia membantu mencegah serangan kimia di New York Subway.
"Ada rencana untuk menyerang New York Subway dengan senjata kimia, alat kimia yang ditemukan pada waktu saya di laboratorium spesialis di Afghanistan. Dan saya melaporkannya secara teratur ke dinas rahasia Inggris," paparnya.
Mantan mata-mata ini percaya perang melawan teror akan terus terjadi selama bertahun-tahun.
"Saya pikir ini akan berlangsung selama bertahun-tahun yang akan datang. Pertama-tama, gelombang migrasi datang dari Timur Tengah dan Afrika Utara dengan membawa mereka pada dasarnya jumlah risikonya tak terhitung, dan potensi ancaman ke negara ini serta Eropa secara umum, ini akan menjadi ancaman selama bertahun-tahun yang akan datang," katanya.
"Terutama dengan (militan) radikal yang dibebaskan dari penjara, dengan lebih banyak kebencian terhadap negara ini, dan bahkan mungkin niat yang lebih besar."
Ditanya bagaimana perasaannya mengkhianati rekan-rekan al-Qaeda-nya, Dean mengatakan apa yang dia lakukan bukan pengkhianatan di mata Tuhan.
"Imam Ali mengatakan bahwa kesetiaan kepada si pengkhianat adalah pengkhianatan di mata Tuhan. Pengkhianatan terhadap si pengkhianat adalah kesetiaan sejati di mata Tuhan," ujarnya.
"Tidak. Saya tidak mengkhianati negara, saya mengkhianati sekelompok penjahat, sesederhana itu."
Eks agen ganda bernama Aimen Dean ini pernah bersumpah setia kepada Osama bin Laden ketika bergabung dengan al-Qaeda, meski akhirnya dia mengkhianati kelompok tersebut.
Dia pernah tercatat sebagai mata-mata top untuk badan intelijen Inggris, MI6, selama perang melawan teror. Dia pernah bekerja pada program senjata kimia rezim al-Qaeda dan berhasil mencegah serangan senjata kimia di New York Subway dengan mempertaruhkan nyawanya sendiri.
Dalam wawancara dengan Channel 4 News untuk mempromosikan memoar terbarunya, Dean mengatakan bahwa dia tidak khawatir dengan serangan balas dendam terhadap dirinya setelah mantan agen ganda Rusia Sergei Skripal diserang racun di Salisbury, Inggris, pada Maret lalu.
"Perbedaannya (antara Skripal dan Saya) adalah bahwa dia dikejar oleh salah satu kekuatan besar dunia, dan banyak dari mantan rekan saya tewas atau di penjara," katanya.
"Saya mengambil tindakan pencegahan. Saya tidak terlalu khawatir, tetapi saya mengambil tindakan pencegahan untuk memastikan bahwa saya tidak berakhir di suatu tempat di mana ada konsentrasi yang sangat besar dari mantan rekan saya," ujarnya.
Ketika bekerja sebagai agen ganda, Dean mengaku rutin melapor ke Inggris di lokasi kamp al-Qaeda. Dia melapor tentang metode pelatihan baru rezim tersebut, rekan-rekannya, serta tentang program senjata pemusnah massal.
Dia mengaku tak mampu mencegah serangan 9/11 dengan intelijen MI6 pada saat itu, meskipun dia bertemu dengan salah satu orang yang diatur menjadi salah satu pembajak pesawat untuk serangan.
"Jika Anda ingin menghentikan 9/11, Anda harus memiliki setidaknya 12 mata-mata di dalam al-Qaeda dan masing-masing di dalam departemen yang berbeda. Kemudian Anda bisa menghentikannya," katanya, seperti dikutip Mirror, Rabu (6/6/2018) malam.
"Saya tidak tahu (berapa banyak mata-mata MI6) yang jujur, tapi saya akan terkejut jika ada lebih dari dua atau tiga," imbuh dia.
Berbicara tentang kudeta selama bekerja sebagai agen ganda, Dean mengatakan dia membantu mencegah serangan kimia di New York Subway.
"Ada rencana untuk menyerang New York Subway dengan senjata kimia, alat kimia yang ditemukan pada waktu saya di laboratorium spesialis di Afghanistan. Dan saya melaporkannya secara teratur ke dinas rahasia Inggris," paparnya.
Mantan mata-mata ini percaya perang melawan teror akan terus terjadi selama bertahun-tahun.
"Saya pikir ini akan berlangsung selama bertahun-tahun yang akan datang. Pertama-tama, gelombang migrasi datang dari Timur Tengah dan Afrika Utara dengan membawa mereka pada dasarnya jumlah risikonya tak terhitung, dan potensi ancaman ke negara ini serta Eropa secara umum, ini akan menjadi ancaman selama bertahun-tahun yang akan datang," katanya.
"Terutama dengan (militan) radikal yang dibebaskan dari penjara, dengan lebih banyak kebencian terhadap negara ini, dan bahkan mungkin niat yang lebih besar."
Ditanya bagaimana perasaannya mengkhianati rekan-rekan al-Qaeda-nya, Dean mengatakan apa yang dia lakukan bukan pengkhianatan di mata Tuhan.
"Imam Ali mengatakan bahwa kesetiaan kepada si pengkhianat adalah pengkhianatan di mata Tuhan. Pengkhianatan terhadap si pengkhianat adalah kesetiaan sejati di mata Tuhan," ujarnya.
"Tidak. Saya tidak mengkhianati negara, saya mengkhianati sekelompok penjahat, sesederhana itu."
(mas)