Arab Saudi Ancam Serang Qatar
A
A
A
RIYADH - Kawasan Timur Tengah memanas. Raja Arab Saudi Salman bin Abdul aziz al-Saud mengancam akan menempuh opsi militer jika Qatar tetap memasang sistem pertahanan Rusia, S-400.
Arab Saudi, Mesir, Bahrain, dan Uni Emirat Arab (UEA) memutuskan hubungan ekonomi dan diplomatik dengan Qatar tahun lalu. Mereka menuding Doha mendukung terorisme dan melakukan intervensi politik dalam negeri di negara-negara Arab. Qatar dan Rusia telah menandatangani kesepakatan kerja sama teknis dan militer tahun lalu saat kunjungan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu ke negara tersebut.
Duta Besar Qatar untuk Rusia juga menyatakan bahwa perundingan tersebut untuk membeli sis tem pertahanan udara S-400. Harian Prancis Le Monde me la porkan Raja Salman telah menulis sebuah su rat kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron. Isi surat tersebut mengenai kepedulian terhadap negosiasi antara Doha dan Moskow soal kemungkinan pembelian sistem pertahanan rudal tersebut.
“Saudi siap mengambil segala langkah untuk mengeliminasi sistem pertahanan itu, termasuk aksi militer,” demikian bunyi surat dari Raja Salman yang dikutip Le Monde. Media itu menyatakan surat Raja dikirim baru-baru ini, tapi tidak ada tanggal spesifik kapan surat itu ditulis.Dalam surat itu Raja Salman meminta Macron untuk membantu mencegah penjualan misil tersebut dan mempertahankan perdamaian di kawasan. Sebagaimana dilansir Reuters, Kantor Presiden Prancis dan Kantor Komunikasi Pemerintah Saudi menolak memberikan komentar mengenai isi surat tersebut.
Sebagaimana ditulis Al Jazeera, politikus senior Rusia Aleksei Kondratyev mengungkapkan, Moskow masih memiliki rencana untuk mengirimkan sistem pertahanan udara S- 400 ke Qatar meskipun Saudi menentang keputusan tersebut.
“Rusia memiliki tujuan tertentu untuk menentukan penjualan sistem pertahanan misil udara S-400,” katanya. Kondratyev menjelaskan, penjualan S-400 kepada Qatar akan menghasilkan uang bagi negara.
Adapun posisi Saudi tidak memiliki keterkaitan dengan Yahudi. “Rencana Rusia tidak akan berubah,” paparnya. Faktanya memang belum jelas bagaimana peranan dominasi Riyadh di Timur Tengah. “Tapi Qatar mendapatkan keuntungan untuk memperkuat pasukannya dengan mendapatkan S-400,” tutur Kondratyev. Rusia, menurut dia, sangat memahami ketegangan antara Qatar dan Saudi.
Kondratyev juga mengungkapkan bahwa Amerika Serikat (AS) memiliki kepentingan untuk mencegah penjualan S-400. Pasalnya Washington akan kehilangan pasar utama penjualan senjata di Timur Tengah. Sebenarnya bukan hanya Qatar yang ingin membeli S-400.Pada Oktober 2017 silam, Saudi dikabarkan sepakat membeli S-400. Kabar itu terungkap ketika Raja Salman berkunjung ke Moskow. Manuver Saudi itu bertujuan mengurangi ketergantungan Riyadh terhadap sistem pertahanan AS. Sistem pertahanan S-400 merupakan salah satu model pertahanan rudal paling canggih di dunia.
Suriah juga telah membuktikan sistem tersebut saat digempur AS, Inggris, dan Prancis beberapa waktu lalu. S-400 merupakan sistem rudal anti-pesawat terbang, antirudal balistik dan sistem antirudal peluncur yang telah beroperasi dengan Angkatan Darat Rusia sejak 2007.
Sistem ini menggunakan empat rudal, yakni rudal jarak jauh 400 km, rudal jarak jauh 250 km, rudal jarak menengah 120 km dan rudal jarak de kat 40 km. S-400 akan menjadikan Arab Saudi memiliki kemam puan pertahanan beberapa lapis dalam melawan ancaman udara dari musuh. Selama ini Saudi menggunakan sistem rudal Patriot Raytheon.
Tidak Ada Solusi
Ketegangan antara Doha dan Riyadh berawal ketika Arab Saudi, UEA, Bahrain, Mesir, dan sekutu-sekutunya memutus hubungan dengan Qatar pada 5 Juni 2017. Negara-negara itu mengusir warga negara Qatar, mem bekukan hubungan diplomatik, menutup satu-satunya perbatasan darat Qatar, menutup ruang angkasa mereka, dan menghentikan relasi dagang.
Kuartet antiteror pimpinan putra mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, lalu merilis 13 tuntutan yang harus dipenuhi Qatar dalam 10 hari. Tuntutan itu antara lain penutupan stasiun televisi Al Jazeera dan penghentian kerja sama dengan Iran. Tapi semua tuntutan itu ditolak mentah-mentah oleh Qatar.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang baru melawat Arab Saudi menyambut aksi terhadap Qatar dalam serangkaian komentarnya di Twitter. Menurut Trump, aksi Arab Saudi dan kawan-kawan merupakan bukti bahwa kebijakan antiterornya berjalan.
Pandangan Trump menambah panas perang propaganda yang sudah berlangsung di Twitter. Menjelang satu tahun blokade Qatar, Doha dengan bangga mengatakan bahwa hal itu tidak berdampak signifikan terhadap negaranya. Ekonomi Qatar tetap stabil. Itu bisa menjadi sinyal kegagalan Saudi dan koalisi dalam melaksanakan aksi blokade terhadap Qatar yang dinilai tidak efek tif dalam me nekan Doha. Banyak negara yang mencoba memediasi ketegangan antara Qatar dan Saudi.
Emir Kuwait Sheikh Sabah al-Ahmad al-Jaber al-Sabah berulang kali mengirim kan surat kepada negara yang memblokade untuk memediasi. Tapi tidak ada respons positif. “Mediasi kita tidak mudah,” kata Duta Besar Kuwait untuk Inggris Khaled al-Duwaisan seperti dilansir kantor berita China Xinhua.
“Padahal, ketegangan itu seharusnya bisa disele saikan melalui negosiasi,” ujarnya. Dalam pandangan Rory Miller, pakar hubungan internasional dari Universitas Georgetown di Qatar, tidak ada pihak yang memiliki alasan tepat untuk membuat konsesi besar.
“Krisis tersebut tetap berlangsung ketika kawasan Timur Tengah disibukkan dengan konflik yang lebih serius,” kata Miller. Adapun Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir menganggap krisis Qatar sangat kecil dibandingkan dengan tantangan di kawasan. (Andika Hendra)
Arab Saudi, Mesir, Bahrain, dan Uni Emirat Arab (UEA) memutuskan hubungan ekonomi dan diplomatik dengan Qatar tahun lalu. Mereka menuding Doha mendukung terorisme dan melakukan intervensi politik dalam negeri di negara-negara Arab. Qatar dan Rusia telah menandatangani kesepakatan kerja sama teknis dan militer tahun lalu saat kunjungan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu ke negara tersebut.
Duta Besar Qatar untuk Rusia juga menyatakan bahwa perundingan tersebut untuk membeli sis tem pertahanan udara S-400. Harian Prancis Le Monde me la porkan Raja Salman telah menulis sebuah su rat kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron. Isi surat tersebut mengenai kepedulian terhadap negosiasi antara Doha dan Moskow soal kemungkinan pembelian sistem pertahanan rudal tersebut.
“Saudi siap mengambil segala langkah untuk mengeliminasi sistem pertahanan itu, termasuk aksi militer,” demikian bunyi surat dari Raja Salman yang dikutip Le Monde. Media itu menyatakan surat Raja dikirim baru-baru ini, tapi tidak ada tanggal spesifik kapan surat itu ditulis.Dalam surat itu Raja Salman meminta Macron untuk membantu mencegah penjualan misil tersebut dan mempertahankan perdamaian di kawasan. Sebagaimana dilansir Reuters, Kantor Presiden Prancis dan Kantor Komunikasi Pemerintah Saudi menolak memberikan komentar mengenai isi surat tersebut.
Sebagaimana ditulis Al Jazeera, politikus senior Rusia Aleksei Kondratyev mengungkapkan, Moskow masih memiliki rencana untuk mengirimkan sistem pertahanan udara S- 400 ke Qatar meskipun Saudi menentang keputusan tersebut.
“Rusia memiliki tujuan tertentu untuk menentukan penjualan sistem pertahanan misil udara S-400,” katanya. Kondratyev menjelaskan, penjualan S-400 kepada Qatar akan menghasilkan uang bagi negara.
Adapun posisi Saudi tidak memiliki keterkaitan dengan Yahudi. “Rencana Rusia tidak akan berubah,” paparnya. Faktanya memang belum jelas bagaimana peranan dominasi Riyadh di Timur Tengah. “Tapi Qatar mendapatkan keuntungan untuk memperkuat pasukannya dengan mendapatkan S-400,” tutur Kondratyev. Rusia, menurut dia, sangat memahami ketegangan antara Qatar dan Saudi.
Kondratyev juga mengungkapkan bahwa Amerika Serikat (AS) memiliki kepentingan untuk mencegah penjualan S-400. Pasalnya Washington akan kehilangan pasar utama penjualan senjata di Timur Tengah. Sebenarnya bukan hanya Qatar yang ingin membeli S-400.Pada Oktober 2017 silam, Saudi dikabarkan sepakat membeli S-400. Kabar itu terungkap ketika Raja Salman berkunjung ke Moskow. Manuver Saudi itu bertujuan mengurangi ketergantungan Riyadh terhadap sistem pertahanan AS. Sistem pertahanan S-400 merupakan salah satu model pertahanan rudal paling canggih di dunia.
Suriah juga telah membuktikan sistem tersebut saat digempur AS, Inggris, dan Prancis beberapa waktu lalu. S-400 merupakan sistem rudal anti-pesawat terbang, antirudal balistik dan sistem antirudal peluncur yang telah beroperasi dengan Angkatan Darat Rusia sejak 2007.
Sistem ini menggunakan empat rudal, yakni rudal jarak jauh 400 km, rudal jarak jauh 250 km, rudal jarak menengah 120 km dan rudal jarak de kat 40 km. S-400 akan menjadikan Arab Saudi memiliki kemam puan pertahanan beberapa lapis dalam melawan ancaman udara dari musuh. Selama ini Saudi menggunakan sistem rudal Patriot Raytheon.
Tidak Ada Solusi
Ketegangan antara Doha dan Riyadh berawal ketika Arab Saudi, UEA, Bahrain, Mesir, dan sekutu-sekutunya memutus hubungan dengan Qatar pada 5 Juni 2017. Negara-negara itu mengusir warga negara Qatar, mem bekukan hubungan diplomatik, menutup satu-satunya perbatasan darat Qatar, menutup ruang angkasa mereka, dan menghentikan relasi dagang.
Kuartet antiteror pimpinan putra mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, lalu merilis 13 tuntutan yang harus dipenuhi Qatar dalam 10 hari. Tuntutan itu antara lain penutupan stasiun televisi Al Jazeera dan penghentian kerja sama dengan Iran. Tapi semua tuntutan itu ditolak mentah-mentah oleh Qatar.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang baru melawat Arab Saudi menyambut aksi terhadap Qatar dalam serangkaian komentarnya di Twitter. Menurut Trump, aksi Arab Saudi dan kawan-kawan merupakan bukti bahwa kebijakan antiterornya berjalan.
Pandangan Trump menambah panas perang propaganda yang sudah berlangsung di Twitter. Menjelang satu tahun blokade Qatar, Doha dengan bangga mengatakan bahwa hal itu tidak berdampak signifikan terhadap negaranya. Ekonomi Qatar tetap stabil. Itu bisa menjadi sinyal kegagalan Saudi dan koalisi dalam melaksanakan aksi blokade terhadap Qatar yang dinilai tidak efek tif dalam me nekan Doha. Banyak negara yang mencoba memediasi ketegangan antara Qatar dan Saudi.
Emir Kuwait Sheikh Sabah al-Ahmad al-Jaber al-Sabah berulang kali mengirim kan surat kepada negara yang memblokade untuk memediasi. Tapi tidak ada respons positif. “Mediasi kita tidak mudah,” kata Duta Besar Kuwait untuk Inggris Khaled al-Duwaisan seperti dilansir kantor berita China Xinhua.
“Padahal, ketegangan itu seharusnya bisa disele saikan melalui negosiasi,” ujarnya. Dalam pandangan Rory Miller, pakar hubungan internasional dari Universitas Georgetown di Qatar, tidak ada pihak yang memiliki alasan tepat untuk membuat konsesi besar.
“Krisis tersebut tetap berlangsung ketika kawasan Timur Tengah disibukkan dengan konflik yang lebih serius,” kata Miller. Adapun Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir menganggap krisis Qatar sangat kecil dibandingkan dengan tantangan di kawasan. (Andika Hendra)
(nfl)