Trump Pesimis Denuklirisasi Korut Terwujud dalam Waktu Singkat
A
A
A
NEW YORK - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengesampingkan kemungkinan terjadinya kesepakatan denuklirisasi Korea Utara (Korut) dalam waktu dekat. Hal ini tidak terlepas dari rencana pertemuannya dengan delegasi Pyongyang yang membawa surat dari pemimpin Korut Kim Jong-un.
Trump mengatakan bahwa ia masih berharap pertemuan dengan Kim Jong-un pada 12 Juni di Singapura untuk mendorong denuklirisasi Korut. Namun pemimpin Korut itu mengatakan posisinya pada masalah sentral tersebut tidak berubah.
"Saya ingin melihatnya selesai dalam satu pertemuan," kata Trump dalam sebuah wawancara di Air Force One.
“Tetapi sering kali itu bukan cara kerja transaksi. Ada peluang yang sangat bagus bahwa itu tidak akan dilakukan dalam satu pertemuan atau dua pertemuan atau tiga pertemuan. Tetapi itu akan selesai pada titik tertentu," tuturnya seperti dikutip dari Reuters, Jumat (1/6/2018).
Korut sebelumnya telah menolak permintaan AS untuk perlucutan senjata nuklir sepihak dan meminta pendekatan "bertahap" terhadap denuklirisasi menyeluruh Semenanjung Korea, yang di masa lalu berarti penghapusan payung nuklir AS yang melindungi Korea Selatan (Korsel) dan Jepang.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan delegasi Korut, yang dipimpin oleh pejabat tinggi Kim Yong Chol, yang telah melakukan pembicaraan dua hari di New York, akan melakukan kunjungan langka ke Gedung Putih pada hari Jumat waktu setempat dan memberikan Trump sebuah surat dari Kim.
Surat itu tampaknya menanggapi komentar dari Trump Kamis lalu ketika ia membatalkan KTT, menuduh Pyongyang menunjukkan sikap bermusuhan, tetapi mendesak pemimpin Korut itu untuk "memanggil saya atau menulis surat" jika ia memiliki perubahan hati.
Surat Kim tampaknya menjadi tanda bahwa konferensi tingkat tinggi (KTT) saat ini mungkin berjalan. Ada beberapa upaya diplomatik dalam beberapa hari terakhir untuk membawa KTT tersebut kembali ke jalurnya.
Korea Utara, yang ambisi nuklirnya telah menjadi sumber ketegangan selama beberapa dekade, telah membuat kemajuan teknologi rudal dalam beberapa tahun terakhir dan persenjataan nuklirnya sekarang mengancam Amerika Serikat.
Trump telah bersumpah tidak akan mengizinkannya mengembangkan rudal nuklir yang bisa menghantam Amerika Serikat. Dia ingin Korea Utara menyerahkan senjata nuklirnya sebagai imbalan atas keringanan sanksi, tetapi kepemimpinan Pyongyang telah melihat program nuklir itu penting bagi kelangsungan hidupnya dan mengatakan tidak dapat melepaskannya tanpa jaminan keamanan.
Kunjungan pejabat tinggi Korut ke Gedung Putih akan menjadi yang pertama oleh pejabat tingkat tinggi dari negara penuh rahasia itu sejak tahun 2000. Kala itu tokoh senior Jo Myong-rok bertemu dengan Presiden Bill Clinton dalam putaran sebelumnya dari upaya perlucutan senjata AS yang gagal.
Trump mengatakan bahwa ia masih berharap pertemuan dengan Kim Jong-un pada 12 Juni di Singapura untuk mendorong denuklirisasi Korut. Namun pemimpin Korut itu mengatakan posisinya pada masalah sentral tersebut tidak berubah.
"Saya ingin melihatnya selesai dalam satu pertemuan," kata Trump dalam sebuah wawancara di Air Force One.
“Tetapi sering kali itu bukan cara kerja transaksi. Ada peluang yang sangat bagus bahwa itu tidak akan dilakukan dalam satu pertemuan atau dua pertemuan atau tiga pertemuan. Tetapi itu akan selesai pada titik tertentu," tuturnya seperti dikutip dari Reuters, Jumat (1/6/2018).
Korut sebelumnya telah menolak permintaan AS untuk perlucutan senjata nuklir sepihak dan meminta pendekatan "bertahap" terhadap denuklirisasi menyeluruh Semenanjung Korea, yang di masa lalu berarti penghapusan payung nuklir AS yang melindungi Korea Selatan (Korsel) dan Jepang.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan delegasi Korut, yang dipimpin oleh pejabat tinggi Kim Yong Chol, yang telah melakukan pembicaraan dua hari di New York, akan melakukan kunjungan langka ke Gedung Putih pada hari Jumat waktu setempat dan memberikan Trump sebuah surat dari Kim.
Surat itu tampaknya menanggapi komentar dari Trump Kamis lalu ketika ia membatalkan KTT, menuduh Pyongyang menunjukkan sikap bermusuhan, tetapi mendesak pemimpin Korut itu untuk "memanggil saya atau menulis surat" jika ia memiliki perubahan hati.
Surat Kim tampaknya menjadi tanda bahwa konferensi tingkat tinggi (KTT) saat ini mungkin berjalan. Ada beberapa upaya diplomatik dalam beberapa hari terakhir untuk membawa KTT tersebut kembali ke jalurnya.
Korea Utara, yang ambisi nuklirnya telah menjadi sumber ketegangan selama beberapa dekade, telah membuat kemajuan teknologi rudal dalam beberapa tahun terakhir dan persenjataan nuklirnya sekarang mengancam Amerika Serikat.
Trump telah bersumpah tidak akan mengizinkannya mengembangkan rudal nuklir yang bisa menghantam Amerika Serikat. Dia ingin Korea Utara menyerahkan senjata nuklirnya sebagai imbalan atas keringanan sanksi, tetapi kepemimpinan Pyongyang telah melihat program nuklir itu penting bagi kelangsungan hidupnya dan mengatakan tidak dapat melepaskannya tanpa jaminan keamanan.
Kunjungan pejabat tinggi Korut ke Gedung Putih akan menjadi yang pertama oleh pejabat tingkat tinggi dari negara penuh rahasia itu sejak tahun 2000. Kala itu tokoh senior Jo Myong-rok bertemu dengan Presiden Bill Clinton dalam putaran sebelumnya dari upaya perlucutan senjata AS yang gagal.
(ian)