AS Jalin Kontak dengan Kubu Sadr
A
A
A
BAGHDAD - Amerika Serikat (AS) telah berkomunikasi dengan para anggota kubu pemenang pemilu Irak yang dipimpin ulama Moqtada al-Sadr.
Sadr saat ini memiliki pengaruh kuat untuk membentuk pemerintahan baru Irak. Kemenangan mengejutkan Sadr itu membuat AS dalam posisi canggung. Milisi Tentara Mehdi yang dibentuk Sadr pernah memerangi pasukan AS setelah Saddam Hussein tumbang pada 2003.
Meski kedua pihak pernah bermusuhan, AS dan Sadr sepakat dengan perlawanan terhadap pengaruh Iran di Irak yang semakin kuat. Sadr merupakan tokoh nasionalis yang menentang menguatnya pengaruh Iran dalam persenjataan, pelatihan dan pendanaan milisi Syiah dan sangat dekat dengan banyak politisi Irak.
Ajudan Sadr, Dhiaa al-Asadi menjelaskan, para pejabat AS menggunakan orang penengah untuk mengawali kontak dengan anggota aliansi Sairoon yang dipimpin Sadr. “Mereka bertanya tentang posisi gerakan Sadr saat mereka berkuasa. Apakah mereka akan melibatkan kembali atau merekrut Tentara Mahdi atau mempekerjakan mereka? Apakah mereka akan menyerang pasukan AS di Irak,” ujar dia pada kantor berita Reuters.
Menurut Asadi, tidak ada lagi Tentara Mahdi karena Sadr telah membubarkannya pada 2008. “Mereka tidak akan kembali terbentuk. Kami tidak ingin memiliki pasukan militer selain pasukan militer resmi, pasukan kepolisian dan pasukan keamanan,” kata Asadi.
Sadr tak dapat menjadi perdana menteri (PM) karena dia tidak maju dalam pemilu tapi dia telah bertemu para pemimpin dari blok lain dan membentuk kondisi untuk dukungannya pada setiap kandidat PM. Dia menyatakan ingin seseorang yang menolak sektarianisme, intervensi asing dan korupsi di Irak.
Kesuksesan Sairoon menjadi pukulan bagi Iran dan keuntungan bagi AS yang bersedia melupakan pertikaian sebelumnya dengan Sadr. “Kami tetap terbuka bertemu dan bekerja sama dengan pemerintahan yang terbentuk dan dengan demikian Sairoon memenangkan kursi beragam dan mereka tentu menjadi bagian dari pemerintahan ini,” ujar pejabat AS secara anonim. (Syarifudin)
Sadr saat ini memiliki pengaruh kuat untuk membentuk pemerintahan baru Irak. Kemenangan mengejutkan Sadr itu membuat AS dalam posisi canggung. Milisi Tentara Mehdi yang dibentuk Sadr pernah memerangi pasukan AS setelah Saddam Hussein tumbang pada 2003.
Meski kedua pihak pernah bermusuhan, AS dan Sadr sepakat dengan perlawanan terhadap pengaruh Iran di Irak yang semakin kuat. Sadr merupakan tokoh nasionalis yang menentang menguatnya pengaruh Iran dalam persenjataan, pelatihan dan pendanaan milisi Syiah dan sangat dekat dengan banyak politisi Irak.
Ajudan Sadr, Dhiaa al-Asadi menjelaskan, para pejabat AS menggunakan orang penengah untuk mengawali kontak dengan anggota aliansi Sairoon yang dipimpin Sadr. “Mereka bertanya tentang posisi gerakan Sadr saat mereka berkuasa. Apakah mereka akan melibatkan kembali atau merekrut Tentara Mahdi atau mempekerjakan mereka? Apakah mereka akan menyerang pasukan AS di Irak,” ujar dia pada kantor berita Reuters.
Menurut Asadi, tidak ada lagi Tentara Mahdi karena Sadr telah membubarkannya pada 2008. “Mereka tidak akan kembali terbentuk. Kami tidak ingin memiliki pasukan militer selain pasukan militer resmi, pasukan kepolisian dan pasukan keamanan,” kata Asadi.
Sadr tak dapat menjadi perdana menteri (PM) karena dia tidak maju dalam pemilu tapi dia telah bertemu para pemimpin dari blok lain dan membentuk kondisi untuk dukungannya pada setiap kandidat PM. Dia menyatakan ingin seseorang yang menolak sektarianisme, intervensi asing dan korupsi di Irak.
Kesuksesan Sairoon menjadi pukulan bagi Iran dan keuntungan bagi AS yang bersedia melupakan pertikaian sebelumnya dengan Sadr. “Kami tetap terbuka bertemu dan bekerja sama dengan pemerintahan yang terbentuk dan dengan demikian Sairoon memenangkan kursi beragam dan mereka tentu menjadi bagian dari pemerintahan ini,” ujar pejabat AS secara anonim. (Syarifudin)
(nfl)