Senat AS Restui Haspel Jadi Bos Perempuan Pertama CIA

Jum'at, 18 Mei 2018 - 04:19 WIB
Senat AS Restui Haspel...
Senat AS Restui Haspel Jadi Bos Perempuan Pertama CIA
A A A
WASHINGTON - Senat Amerika Serikat (AS) merestui Gina Haspel menjadi direktur perempuan pertama Central Intelligence Agency (CIA). Haspel sempat dilaporkan mengundurkan diri dari pencalonan tersebut setelah menuai kritik terkait program penyiksaan yang dia jalankan terhadap para tersangka kasus terorisme.

Perempuan yang dijagokan Presiden Donald Trump untuk memimpin badan intelijen Amerika itu telah menjadi pelaksana tugas Direktur CIA sejak 26 April 2018. Status sebagai pelaksana tugas itu dia sandang setelah direktur sebelumnya, Michael Pompeo, diangkat Trump sebagai menjadi Menteri Luar Negeri AS.

Melalui pemungutan suara pada hari Kamis (17/5/2018), Haspel meraih dukungan 54 senator. Senat AS yang beranggotakan 100 orang dikuasai Partai Republik memiliki 51 kursi. Sisanya dimiliki Partai Demokrat dan beberapa partai lain.

Senator Richard Burr dari Partai Republik, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Haspel adalah orang terbaik untuk memimpin CIA. "Dia telah bertindak secara moral, etis, dan sesuai hukum selama kariernya," katanya.

Haspel dikenal menjalankan metode waterboarding dalam menginterogasi para anggota al-Qaeda di penjara rahasia CIA. Metode itu telah dinyatakan sebagai bentuk penyiksaan.

Senator Partai Mark Warner dari Virginia, dan empat rekan separtainya juga mendukung Haspel menjabat sebagai bos CIA.

"Sebagai direktur CIA, Gina Haspel akan menjadi perwira operasi pertama dalam lebih dari lima dekade untuk memimpin agensi," kata Warner dalam sebuah pernyataan.

"Yang terpenting, saya percaya dia adalah seseorang yang bisa dan akan membela presiden jika diperintahkan untuk melakukan sesuatu yang ilegal atau tidak bermoral-seperti kembali menjalankan penyiksaan," katanya, yang dilansir Al Jazeera, Jumat (18/5/2018).

Selama sidang konfirmasi pada 9 Mei, Haspel mengatakan CIA tidak akan melanjutkan program penyiksaan, bahkan jika dia diperintahkan untuk melakukannya oleh presiden sekalipun.

Padahal, Trump saat kampanye pemilu 2016 bersumpah untuk melanjutkan teknik waterboarding dan menjanjikan "neraka yang jauh lebih buruk" bagi para tersangka kasus terorisme.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0698 seconds (0.1#10.140)