Israel Luncurkan Serangan Udara ke Gaza
A
A
A
GAZA - Angkatan Udara Israel melakukan serangkaian serangan udara terhadap fasilitas militer Hamas di Gaza utara. Serangan ini sebagai pembalasan atas tembakan senapan mesin berat yang dilaporkan menyerang kota Sderot.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan serangan itu menargetkan empat bangunan dan obyek infrastruktur yang berafiliasi dengan Hamas di sebuah komplek militer organisasi itu. Sementara tiga serangan lain diluncurkan ke fasilitas produksi senjata.
Israel mengatakan itu adalah jawaban yang dibenarkan atas sejumlah insiden penembakan sepanjang Rabu, termasuk tembakan senapan mesin, yang menargetkan kota Sderot di Distrik Selatan Israel.
"Hamas bertanggung jawab atas peristiwa yang terjadi di Gaza, dan bertanggung jawab atas semua aktivitas teroris yang berasal dari Gaza yang menargetkan warga sipil Israel dan kedaulatan Israel," kata IDF.
"IDF siap untuk terus memenuhi misinya untuk memastikan keamanan dan rasa aman warga sipil Israel," sambung pernyataan itu seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (17/5/2018).
Serangan itu diikuti pembalasan oleh IDF terhadap posisi Hamas pada hari Rabu, ketika sebuah tank Israel menargetkan kelompok yang dilaporkan melepaskan tembakan senapan mesin terhadap tentaranya. Meskipun tidak diyakini ada korban, tembakan senapan mesin dari Gaza dikatakan telah menyerang setidaknya enam rumah di Sderot.
Ketegangan Israel-Palestina telah meningkat sejak Desember, ketika Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan pengakuan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Pengumuman ini memicu aksi protes yang ditindas dengan keras oleh IDF. Bentrokan mematikan telah semakin meningkat selama apa yang disebut 'Great March of Return', yang memuncak pada hari Senin lalu ketika kedutaan AS secara resmi dibuka di Yerusalem.
Setidaknya 60 orang kehilangan nyawa mereka dalam apa yang menjadi hari paling mematikan dalam konflik Israel-Palestina sejak 2014. Lebih dari 2.700 orang luka-luka, banyak dari mereka diakibatkan oleh amunisi hidup.
Sementara pemerintah Palestina menyebut tindakan keras Israel sebagai "pembantaian yang mengerikan," Israel membantah tuduhan menggunakan kekuatan berlebihan terhadap para pengunjuk rasa. Negara Zionis itu bersikeras tindakan keras itu dibenarkan untuk melindungi perbatasannya.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan serangan itu menargetkan empat bangunan dan obyek infrastruktur yang berafiliasi dengan Hamas di sebuah komplek militer organisasi itu. Sementara tiga serangan lain diluncurkan ke fasilitas produksi senjata.
Israel mengatakan itu adalah jawaban yang dibenarkan atas sejumlah insiden penembakan sepanjang Rabu, termasuk tembakan senapan mesin, yang menargetkan kota Sderot di Distrik Selatan Israel.
"Hamas bertanggung jawab atas peristiwa yang terjadi di Gaza, dan bertanggung jawab atas semua aktivitas teroris yang berasal dari Gaza yang menargetkan warga sipil Israel dan kedaulatan Israel," kata IDF.
"IDF siap untuk terus memenuhi misinya untuk memastikan keamanan dan rasa aman warga sipil Israel," sambung pernyataan itu seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (17/5/2018).
Serangan itu diikuti pembalasan oleh IDF terhadap posisi Hamas pada hari Rabu, ketika sebuah tank Israel menargetkan kelompok yang dilaporkan melepaskan tembakan senapan mesin terhadap tentaranya. Meskipun tidak diyakini ada korban, tembakan senapan mesin dari Gaza dikatakan telah menyerang setidaknya enam rumah di Sderot.
Ketegangan Israel-Palestina telah meningkat sejak Desember, ketika Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan pengakuan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Pengumuman ini memicu aksi protes yang ditindas dengan keras oleh IDF. Bentrokan mematikan telah semakin meningkat selama apa yang disebut 'Great March of Return', yang memuncak pada hari Senin lalu ketika kedutaan AS secara resmi dibuka di Yerusalem.
Setidaknya 60 orang kehilangan nyawa mereka dalam apa yang menjadi hari paling mematikan dalam konflik Israel-Palestina sejak 2014. Lebih dari 2.700 orang luka-luka, banyak dari mereka diakibatkan oleh amunisi hidup.
Sementara pemerintah Palestina menyebut tindakan keras Israel sebagai "pembantaian yang mengerikan," Israel membantah tuduhan menggunakan kekuatan berlebihan terhadap para pengunjuk rasa. Negara Zionis itu bersikeras tindakan keras itu dibenarkan untuk melindungi perbatasannya.
(ian)