Wanita 128 Tahun Ini Merasa Umur Panjangnya Adalah Hukuman
A
A
A
GROZNY - Koku Istambulova, 120, seorang wanita asal Chechnya diklaim pemerintah Rusia sebagai orang tertua di dunia. Anehnya, umur panjang yang dia nikmati justru dia anggap sebagai hukuman.
Koku mengaku tidak merasa bahagia walau sehari pun dalam hidupnya. Menurutnya, umur panjangnya adalah "takdir Tuhan".
"Tidak melakukan apa-apa untuk mewujudkannya," katanya ditanya apa yang dia lakukan hingga hidupnya mencapai 128 tahun. "Saya tidak tahu bagaimana saya bisa hidup sampai sekarang," ujarnya.
Jika masih bertahan, dua minggu lagi dia akan berusia 129 tahun."Saya belum memiliki satu hari bahagia dalam hidup saya," akunya, yang dilansir Daily Mirror, Rabu (16/5/2018) malam.
Klaim Koku sebagai orang tertua di dunia muncul dari otoritas Dana Pensiun Federasi Rusia. Acuan dari klaim itu adalah paspor internal Koku yang menunjukkan tanggal lahirnya 1 Juni 1889.
Jika benar, Koku-yang menghindari daging dan membenci sup, tetapi menyukai susu yang difermentasi-sudah 27 tahun ketika tsar terakhir, Nicholas II, dipaksa untuk turun tahta pada Maret 1917.
Dia berusia 55 tahun ketika Perang Dunia Kedua berakhir pada 1945, dan berusia 102 tahun ketika Uni Soviet runtuh pada tahun 1991.
Selama perang dia ingat tank Nazi yang menakutkan melewati rumah keluarganya.
Dia dan keluarganya kemudian dideportasi bersama dengan seluruh warga Chechnya, Kazakhstan dan Siberia oleh Stalin atas tuduhan berkolaborasi dengan Nazi.
"Saya tidak memiliki satu hari bahagia dalam hidup saya. Saya selalu bekerja keras, mencangkul di kebun. Saya lelah," ujarnya.
"Hidup lama sama sekali bukan anugerah Tuhan bagi saya, tetapi hukuman," paparnya.
Kerabat Koku mengatakan bahwa lima tahun yang lalu wanita itu kehilangan satu-satunya putri yang masih hidup, Tamara, dengan usia 104 tahun.
Meski berusia 128 tahun, Koku masih mampu makan dan berjalan sendiri, meski penglihatannya sudah tak berfungsi.
"Saya selamat melewati Perang Saudara (Rusia setelah revolusi Bolshevik), Perang Dunia Kedua, deportasi bangsa pada tahun 1944 dan melewati dua perang Chechnya," katanya.
"Dan sekarang saya yakin bahwa hidup saya tidak bahagia. Saya ingat tank dengan orang Jerman yang melewati rumah kami. Itu menakutkan," lanjut dia.
"Tapi saya berusaha untuk tidak menunjukkan ini, kami bersembunyi di rumah. Kehidupan di Kazakhstan adalah yang paling sulit bagi kami," ujarnya.
"Ketika di pengasingan, di Kazakhstan kami merasakan bagaimana orang-orang Kazakh membenci kami. Setiap hari saya bermimpi pulang ke rumah."
Koku yang hidup di lingkungan keluarga Muslim masih ingat dengan aturan ketat dalam berbusana."Kami dibesarkan dengan aturan yang sangat ketat dan kami sangat sederhana dalam pakaian kami. Saya ingat nenek saya memukuli saya dan menegur karena leher saya terlihat," katanya.
"Dan kemudian zaman Soviet datang dan wanita dengan cepat mulai memakai pakaian yang lebih terbuka," paparnya.
Koku mengaku tidak merasa bahagia walau sehari pun dalam hidupnya. Menurutnya, umur panjangnya adalah "takdir Tuhan".
"Tidak melakukan apa-apa untuk mewujudkannya," katanya ditanya apa yang dia lakukan hingga hidupnya mencapai 128 tahun. "Saya tidak tahu bagaimana saya bisa hidup sampai sekarang," ujarnya.
Jika masih bertahan, dua minggu lagi dia akan berusia 129 tahun."Saya belum memiliki satu hari bahagia dalam hidup saya," akunya, yang dilansir Daily Mirror, Rabu (16/5/2018) malam.
Klaim Koku sebagai orang tertua di dunia muncul dari otoritas Dana Pensiun Federasi Rusia. Acuan dari klaim itu adalah paspor internal Koku yang menunjukkan tanggal lahirnya 1 Juni 1889.
Jika benar, Koku-yang menghindari daging dan membenci sup, tetapi menyukai susu yang difermentasi-sudah 27 tahun ketika tsar terakhir, Nicholas II, dipaksa untuk turun tahta pada Maret 1917.
Dia berusia 55 tahun ketika Perang Dunia Kedua berakhir pada 1945, dan berusia 102 tahun ketika Uni Soviet runtuh pada tahun 1991.
Selama perang dia ingat tank Nazi yang menakutkan melewati rumah keluarganya.
Dia dan keluarganya kemudian dideportasi bersama dengan seluruh warga Chechnya, Kazakhstan dan Siberia oleh Stalin atas tuduhan berkolaborasi dengan Nazi.
"Saya tidak memiliki satu hari bahagia dalam hidup saya. Saya selalu bekerja keras, mencangkul di kebun. Saya lelah," ujarnya.
"Hidup lama sama sekali bukan anugerah Tuhan bagi saya, tetapi hukuman," paparnya.
Kerabat Koku mengatakan bahwa lima tahun yang lalu wanita itu kehilangan satu-satunya putri yang masih hidup, Tamara, dengan usia 104 tahun.
Meski berusia 128 tahun, Koku masih mampu makan dan berjalan sendiri, meski penglihatannya sudah tak berfungsi.
"Saya selamat melewati Perang Saudara (Rusia setelah revolusi Bolshevik), Perang Dunia Kedua, deportasi bangsa pada tahun 1944 dan melewati dua perang Chechnya," katanya.
"Dan sekarang saya yakin bahwa hidup saya tidak bahagia. Saya ingat tank dengan orang Jerman yang melewati rumah kami. Itu menakutkan," lanjut dia.
"Tapi saya berusaha untuk tidak menunjukkan ini, kami bersembunyi di rumah. Kehidupan di Kazakhstan adalah yang paling sulit bagi kami," ujarnya.
"Ketika di pengasingan, di Kazakhstan kami merasakan bagaimana orang-orang Kazakh membenci kami. Setiap hari saya bermimpi pulang ke rumah."
Koku yang hidup di lingkungan keluarga Muslim masih ingat dengan aturan ketat dalam berbusana."Kami dibesarkan dengan aturan yang sangat ketat dan kami sangat sederhana dalam pakaian kami. Saya ingat nenek saya memukuli saya dan menegur karena leher saya terlihat," katanya.
"Dan kemudian zaman Soviet datang dan wanita dengan cepat mulai memakai pakaian yang lebih terbuka," paparnya.
(mas)