Lila, Bayi 8 Bulan Palestina yang Terbunuh Gas Beracun Israel
A
A
A
GAZA - Lila Anwar bayi perempuan Palestina berusia delapan bulan meninggal setelah menghirup gas beracun yang ditembakkan pasukan Israel ke kamp demonstran di Gaza, pada hari Selasa. Bayi ini jadi korban tewas ke-60 di Gaza.
Demo selama berminggu-minggu di perbatasan Gaza itu untuk memperingati Hari Nakba sekaligus memprotes pembukaan Kedutaan Amerika Serikat di Yerusalem.
Gas beracun yang menewaskan Lila berasal dari tabung gas air mata yang ditembakkan pasukan Israel. Para dokter telah berusaha menyelamatkan nyawa Lila, namun upaya mereka tidak berhasil.
Baca Juga: 60 Warga Palestina Dibantai, Turki Usir Dubes Israel
Jenazah bayi tersebut masih berada di sebuah rumah sakit di Gaza dan sedang dipersiapkan untuk dimakamkan. Sang nenek, Heyam Omar, mengatakan serangan gas beracun terjadi saat bayi tersebut berada di salah satu tenda demonstran yang berlokasi beberapa ratus meter dari perbatasan Gaza.
"Kami berada di kamp tenda di timur Gaza ketika Israel menembakkan banyak gas air mata," kata Heyam Omar.
"Tiba-tiba putra saya menangis pada saya, Lolo menangis dan menjerit. Saya membawanya lebih jauh," ujarnya, yang menyebut Lila dengan nama Lolo.
"Ketika kami kembali ke rumah, bayi itu berhenti menangis dan saya pikir dia tertidur," lanjut Heyam Omar.
"Saya membawanya ke rumah sakit anak-anak dan dokter memberi tahu saya dia mati syahid," imbuh dia, yang dilansir Daily Mirror, Rabu (16/5/2018).
Kematian tragis Lila menyebabkan jumlah warga Palestina yang tewas dalam protes kemarin menjadi 60 orang.
Lebih dari 40.000 warga Palestina turun ke jalan-jalan Gaza untuk berdemonstrasi menentang pembukaan Kedutaan AS di Yerusalem. Kedutaan itu pindahan dari Tel Aviv atas perintah Presiden AS Donald Trump yang secara sepihak mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
Demo besar itu juga bagian dari peringatan Hari Nakba untuk memperingati 70 tahun ribuan warga Palestina terusir dari tanah mereka yang diduduki Israel.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyatakan tiga hari berkabung nasional atas kematian puluhan warganya oleh pasukan Israel. Pemerintah Palestina menganggap tragedi di Gaza itu sebagai pembantaian.
Demo selama berminggu-minggu di perbatasan Gaza itu untuk memperingati Hari Nakba sekaligus memprotes pembukaan Kedutaan Amerika Serikat di Yerusalem.
Gas beracun yang menewaskan Lila berasal dari tabung gas air mata yang ditembakkan pasukan Israel. Para dokter telah berusaha menyelamatkan nyawa Lila, namun upaya mereka tidak berhasil.
Baca Juga: 60 Warga Palestina Dibantai, Turki Usir Dubes Israel
Jenazah bayi tersebut masih berada di sebuah rumah sakit di Gaza dan sedang dipersiapkan untuk dimakamkan. Sang nenek, Heyam Omar, mengatakan serangan gas beracun terjadi saat bayi tersebut berada di salah satu tenda demonstran yang berlokasi beberapa ratus meter dari perbatasan Gaza.
"Kami berada di kamp tenda di timur Gaza ketika Israel menembakkan banyak gas air mata," kata Heyam Omar.
"Tiba-tiba putra saya menangis pada saya, Lolo menangis dan menjerit. Saya membawanya lebih jauh," ujarnya, yang menyebut Lila dengan nama Lolo.
"Ketika kami kembali ke rumah, bayi itu berhenti menangis dan saya pikir dia tertidur," lanjut Heyam Omar.
"Saya membawanya ke rumah sakit anak-anak dan dokter memberi tahu saya dia mati syahid," imbuh dia, yang dilansir Daily Mirror, Rabu (16/5/2018).
Kematian tragis Lila menyebabkan jumlah warga Palestina yang tewas dalam protes kemarin menjadi 60 orang.
Lebih dari 40.000 warga Palestina turun ke jalan-jalan Gaza untuk berdemonstrasi menentang pembukaan Kedutaan AS di Yerusalem. Kedutaan itu pindahan dari Tel Aviv atas perintah Presiden AS Donald Trump yang secara sepihak mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
Demo besar itu juga bagian dari peringatan Hari Nakba untuk memperingati 70 tahun ribuan warga Palestina terusir dari tanah mereka yang diduduki Israel.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyatakan tiga hari berkabung nasional atas kematian puluhan warganya oleh pasukan Israel. Pemerintah Palestina menganggap tragedi di Gaza itu sebagai pembantaian.
(mas)