Di Yerusalem AS-Israel Pesta, di Gaza Pembantaian Horor....
A
A
A
YERUSALEM - Pada waktu yang bersamaan, pemandangan kontras terjadi di Yerusalem dan Gaza yang hanya berjarak kurang dari 50 mil atau 80 km. Pemandangan kontras itu antara pesta pora dengan pembantaian lebih dari 50 orang.
Di Yerusalem para pejabat Amerika Serikat (AS), Israel dan beberapa negara berpesta merayakan pembukaan Kedutaan Besar Amerika Serikat pindahan dari Tel Aviv, pada Senin petang. Sedangkan di Gaza, lebih dari 50 demonstran Palestina yang menggelar aksi "Great March of Return" dibunuh pasukan Israel dengan tembakan sejak Senin hingga Selasa (15/5/2018).
Senyum nyaris tanpa henti dipamerkan putri Presiden Donald Trump, Ivanka Trump selama perayaan pembukaan Kedubes AS di Yerusalem. Ekspresi serupa juga ditampikan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Perayaan pembukaan kedutaan tersebut juga bersamaan dengan perayaan kemenangan kontestan Israel dalam ajang Eurovision. Ribuan warga Israel di Tel Aviv berpesta menyambut penyanyi Netta Barzilai, 25, yang diumumkan sebagai pemenang kontes Eurovision pada hari Sabtu lalu.
Kemenangan Barzilai di Lisbon ditonton oleh lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia. Ini juga menjamin hak Israel untuk menyelenggarakan acara itu pertama kalinya sejak 1998 pada tahun depan.
Sebaliknya, pertumpahan darah di Gaza oleh tembakan pasukan Israel telah membuat publik Palestina berduka. Banyak yang menangisi para korban yang dimakamkan, dan sebagian lagi terus melanjutkan demonstrasi di perbatasan Gaza.
Hingga malam ini, korban tewas telah bertambah menjadi 60 orang setelah bayi berusia delapan bulan meninggal karena menghirup gas air mata dari pasukan Israel yang ditembakkan ke sebuah kamp demonstran hari Senin. Lebih dari 2.200 warga Palestina juga terluka oleh tembakan senjata maupun oleh gas air mata.
Para pemimpin Palestina menyebut peristiwa hari Senin sebagai pembantaian. Beberapa negara, termasuk Indonesia bersolidaritas pada rakyat Palestina dengan mengutuk keras tindakan pasukan Israel.
Senator AS, Tim Kaine, pemimpin Partai Demokrat di sub komite hubungan luar negeri, mengatakan kepada Reuters bahwa situasinya tragis."Itu tidak dipandang sebagai upaya AS untuk memecahkan masalah, itu dilihat sebagai langkah AS yang menjauh dari masalahnya, dan itu menyedihkan," katanya.
Di Yerusalem para pejabat Amerika Serikat (AS), Israel dan beberapa negara berpesta merayakan pembukaan Kedutaan Besar Amerika Serikat pindahan dari Tel Aviv, pada Senin petang. Sedangkan di Gaza, lebih dari 50 demonstran Palestina yang menggelar aksi "Great March of Return" dibunuh pasukan Israel dengan tembakan sejak Senin hingga Selasa (15/5/2018).
Senyum nyaris tanpa henti dipamerkan putri Presiden Donald Trump, Ivanka Trump selama perayaan pembukaan Kedubes AS di Yerusalem. Ekspresi serupa juga ditampikan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Perayaan pembukaan kedutaan tersebut juga bersamaan dengan perayaan kemenangan kontestan Israel dalam ajang Eurovision. Ribuan warga Israel di Tel Aviv berpesta menyambut penyanyi Netta Barzilai, 25, yang diumumkan sebagai pemenang kontes Eurovision pada hari Sabtu lalu.
Kemenangan Barzilai di Lisbon ditonton oleh lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia. Ini juga menjamin hak Israel untuk menyelenggarakan acara itu pertama kalinya sejak 1998 pada tahun depan.
Sebaliknya, pertumpahan darah di Gaza oleh tembakan pasukan Israel telah membuat publik Palestina berduka. Banyak yang menangisi para korban yang dimakamkan, dan sebagian lagi terus melanjutkan demonstrasi di perbatasan Gaza.
Hingga malam ini, korban tewas telah bertambah menjadi 60 orang setelah bayi berusia delapan bulan meninggal karena menghirup gas air mata dari pasukan Israel yang ditembakkan ke sebuah kamp demonstran hari Senin. Lebih dari 2.200 warga Palestina juga terluka oleh tembakan senjata maupun oleh gas air mata.
Para pemimpin Palestina menyebut peristiwa hari Senin sebagai pembantaian. Beberapa negara, termasuk Indonesia bersolidaritas pada rakyat Palestina dengan mengutuk keras tindakan pasukan Israel.
Senator AS, Tim Kaine, pemimpin Partai Demokrat di sub komite hubungan luar negeri, mengatakan kepada Reuters bahwa situasinya tragis."Itu tidak dipandang sebagai upaya AS untuk memecahkan masalah, itu dilihat sebagai langkah AS yang menjauh dari masalahnya, dan itu menyedihkan," katanya.
(mas)