Keluar dari Perjanjian Nuklir, Merkel Kutuk Trump
A
A
A
BERLIN- Kanselir Jerman sekaligus Pemimpin Demokrat Kristen (CDU), Angela Merkel, mengutuk keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mundur dari perjanjian nuklir Iran. Hal itu diungkapkannya saat berbicara di konvensi gereja Katolik tahunan di Muenster.
Menurut Merkel langkah Washington adalah alasan untuk merasa khawatir, serta alasan untuk merasa menyesal. Dia mengkritik bahwa keputusan untuk secara sepihak mengakhiri perjanjian internasional yang penting tersebut tidak dibenarkan seperti dikutip dari Xinhua, Sabtu (12/5/2018).
Dalam percakapan telepon sebelumnya dengan presiden Iran Hassan Rouhani, Merkel bergabung dengan perwakilan dari Prancis dan Inggris. Ketiganya menekankan bahwa negaranya tetap berkomitmen pada ketentuan perjanjian nuklir.
Kesepakatan penting untuk mengakhiri program senjata nuklir Iran dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi ditandatangani pada tahun 2015.
Menurut juru bicara resmi Merkel, Steffen Seibert, kanselir Jerman itu mengusulkan pembicaraan baru yang membahas program rudal balistik Iran sebagai sarana potensial untuk menyelamatkan kesepakatan itu. Selain itu, ia mendesak Teheran untuk membantu deeskalasi konflik spiral di Timur Tengah.
Merkel menekankan bahwa nasib kesepakatan nuklir Iran adalah masalah perang dan perdamaian, menyoroti laporan permusuhan baru antara pasukan Iran dan Israel di perbatasan Suriah-Israel.
Sementara itu, Washington, bersama dengan Uni Emirat Arab (UEA), telah mengaktifkan kembali sanksi ekonomi pertama terhadap Iran.
Baca Juga: Cabut Perjanjian Nuklir, AS Hantam Iran dengan Sanksi Baru
UEA Masukkan 9 Warga dan Entitas Iran dalam Daftar Terorisme
Menteri Jerman untuk ekonomi Peter Altmaier memperingatkan bahwa pemerintahnya tidak memiliki sarana hukum untuk melindungi atau mengecualikan perusahaan Jerman dari dampak keuangan sanksi AS.
Sebaliknya, rekannya asal Prancis Bruno Le Maire menyatakan keyakinannya bahwa perdagangan Prancis dengan Iran akan terus tanpa gangguan dan mendesak masyarakat internasional untuk tidak menerima klaim Washington atas peran sebagai polisi ekonomi dunia.
Perwakilan Prancis, Inggris dan Jerman dijadwalkan mengadakan pembicaraan darurat terkait dengan Iran pada awal pekan depan.
(ian)