3 Hal yang Perlu Diketahui soal Program Senjata Nuklir Israel
A
A
A
TEL AVIV - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membuat heboh dunia dengan mempresentasikan arsip program pembuatan bom nuklir Iran yang dirahasikan. Namun, presentasi itu justru membuat Tel Aviv jadi sorotan para pakar karena juga merahasiakan program senjata nuklir.
Israel sudah lama diyakini memiliki senjata pemusnah massal, yang dilaporkan telah dikembangkan mulai tahun 1948-1949. Musuh bebuyutan Iran, Hamas dan Hizbullah Lebanon ini pernah disebut memiliki 400 hulu ledak nuklir di gudang senjatanya.
Negara yang dipimpin PM Netanyahu ini tidak pernah bersedia mengonfirmasi laporan tentang program senjata nuklirnya. Namun, fakta bahwa Mordechai Vanunu, mantan pekerja di reaktor nuklir Dimona Israel, pernah membocorkan program nuklir Tel Aviv pada tahun 1986. Sejak itu, Tel Aviv mempertahankan kebijakan "ambiguitas nuklir"—tidak pernah menyangkal atau pun mengakui memiliki senjata nuklir.
Ada tiga hal yang perlu diketahui tentang program senjata nuklir Israel yang dikenal sangat rahasia. Berikut rinciannya;
1. Israel Bohong soal Senjata Nuklir
Pada 1950-an dan 1960-an, pemerintah Israel di bawah kepemimpinan Perdana Menteri David Ben-Gurion dilaporkan berbohong pada Amerika Serikat (AS) dan menghalangi permintaan Washington untuk memberikan informasi tentang pengembangan senjata.
Tel Aviv menolak untuk menerima kunjungan dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Pemerintah Ben-Gurion saat itu menyembunyikan sebuah kebenaran dari inspektur nuklir Amerika tentang reaktor Dimona dengan klaim hanya situs "pabrik tekstil" dan "instalasi penelitian metalurgi".
"Saya tidak tahu ada bangsa lain, yang tetangganya menyatakan bahwa mereka ingin menghentikannya, dan tidak hanya menyatakan, tetapi mempersiapkannya dengan segala cara yang tersedia bagi mereka. Kita tidak harus memiliki ilusi bahwa apa yang dinyatakan setiap hari di Kairo, Damaskus, Irak hanyalah kata-kata. Ini adalah pemikiran yang membimbing para pemimpin Arab," kata Ben-Gurion setelah pengunduran dirinya sebagai perdana menteri kala itu.
2. Jumlah Senjata Nuklir
Ada banyak spekulasi tentang kepemilikan senjata nuklir Israel, tapi tak ada yang benar-benar tahu secara pasti seberapa besar stok persenjataan tersebut. Pada tahun 2008, mantan Presiden AS Jimmy Carter memperkirakan bahwa Israel memiliki setidaknya 150 senjata atom di gudang senjatanya.
“AS memiliki lebih dari 12.000 senjata nuklir; Uni Soviet (Rusia) hampir sama; Inggris dan Prancis memiliki beberapa ratus, dan Israel memiliki 150 atau lebih," kata Carter.
Pada tahun 2014, Carter mempertimbangkan kembali perkiraannya. "Israel memiliki 300 atau lebih, tidak ada yang tahu persis berapa banyak," katanya mengacu pada jumlah stok senjata nuklir Israel.
Dalam pesan email pribadi, yang ditulis beberapa bulan sebelum kesepakatan nuklir Iran 2015 ditandatangani, dan bocor pada September 2016, mantan Menteri Luar Negeri AS Colin Powell mengungkap jumlah sebenarnya hulu ledak nuklir Israel pada saat itu.
"Anak-anak di Teheran tahu Israel memiliki 200, semua ditargetkan di Teheran, dan kami memiliki ribuan," bunyi bocoran email Powell.
Selama pembicaraan program nuklir antara Iran dengan enam negara kekuatan dunia (AS, Rusia, Inggris, Prancis, Jerman dan China), Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif mengatakan kepada wartawan di PBB bahwa Israel memiliki sekitar 400 hulu ledak nuklir.
3. Masih Menolak Masuk NPT
Penandatangan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) telah secara konsisten mendorong zona bebas nuklir di Timur Tengah, dengan PBB berusaha untuk membuat Israel menandatangani perjanjian tersebut. Tapi, Tel Aviv hingga saat ini dengan tegas menolak untuk bergabung dengan komunitas internasional tersebut.
Israel, yang tidak mengakui maupun tidak menyangkal memiliki program nuklirnya, telah berulang kali menyatakan bahwa masalah senjata nuklir tidak dapat dipisahkan dari isu keamanan di kawasan itu, termasuk hubungan historis Israel yang bermusuhan dengan tetangga Arab-nya.
Pada tahun 2010, 189 pihak dalam perjanjian itu mendesak diadakannya sebuah konferensi pada 2012 untuk membahas denuklirisasi Timur Tengah, menyerukan Israel untuk menandatangani perjanjian itu dan membuat fasilitas atomnya tunduk pada inspeksi PBB. Israel, lagi-lagi menolaknya dan menganggapnya sebagai dokumen "cacat dan munafik".
"Sebagai negara non-penandatangan NPT, Israel tidak diwajibkan oleh keputusan konferensi ini, yang tidak memiliki otoritas atas Israel," kata pemerintah Israel dalam sebuah pernyataan. "Mengingat sifat terdistorsi dari resolusi ini, Israel tidak akan dapat mengambil bagian dalam implementasinya."
Pada 2015, Mesir berusaha untuk meyakinkan masyarakat internasional agar membahas dugaan senjata nuklir Israel melalui resolusi. Tapi, upayanya untuk mendorong kawasan bebas nuklir tanpa diskusi masalah keamanan regional pada konferensi PBB diblokir oleh Amerika Serikat, Kanada dan Inggris.
Israel sudah lama diyakini memiliki senjata pemusnah massal, yang dilaporkan telah dikembangkan mulai tahun 1948-1949. Musuh bebuyutan Iran, Hamas dan Hizbullah Lebanon ini pernah disebut memiliki 400 hulu ledak nuklir di gudang senjatanya.
Negara yang dipimpin PM Netanyahu ini tidak pernah bersedia mengonfirmasi laporan tentang program senjata nuklirnya. Namun, fakta bahwa Mordechai Vanunu, mantan pekerja di reaktor nuklir Dimona Israel, pernah membocorkan program nuklir Tel Aviv pada tahun 1986. Sejak itu, Tel Aviv mempertahankan kebijakan "ambiguitas nuklir"—tidak pernah menyangkal atau pun mengakui memiliki senjata nuklir.
Ada tiga hal yang perlu diketahui tentang program senjata nuklir Israel yang dikenal sangat rahasia. Berikut rinciannya;
1. Israel Bohong soal Senjata Nuklir
Pada 1950-an dan 1960-an, pemerintah Israel di bawah kepemimpinan Perdana Menteri David Ben-Gurion dilaporkan berbohong pada Amerika Serikat (AS) dan menghalangi permintaan Washington untuk memberikan informasi tentang pengembangan senjata.
Tel Aviv menolak untuk menerima kunjungan dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Pemerintah Ben-Gurion saat itu menyembunyikan sebuah kebenaran dari inspektur nuklir Amerika tentang reaktor Dimona dengan klaim hanya situs "pabrik tekstil" dan "instalasi penelitian metalurgi".
"Saya tidak tahu ada bangsa lain, yang tetangganya menyatakan bahwa mereka ingin menghentikannya, dan tidak hanya menyatakan, tetapi mempersiapkannya dengan segala cara yang tersedia bagi mereka. Kita tidak harus memiliki ilusi bahwa apa yang dinyatakan setiap hari di Kairo, Damaskus, Irak hanyalah kata-kata. Ini adalah pemikiran yang membimbing para pemimpin Arab," kata Ben-Gurion setelah pengunduran dirinya sebagai perdana menteri kala itu.
2. Jumlah Senjata Nuklir
Ada banyak spekulasi tentang kepemilikan senjata nuklir Israel, tapi tak ada yang benar-benar tahu secara pasti seberapa besar stok persenjataan tersebut. Pada tahun 2008, mantan Presiden AS Jimmy Carter memperkirakan bahwa Israel memiliki setidaknya 150 senjata atom di gudang senjatanya.
“AS memiliki lebih dari 12.000 senjata nuklir; Uni Soviet (Rusia) hampir sama; Inggris dan Prancis memiliki beberapa ratus, dan Israel memiliki 150 atau lebih," kata Carter.
Pada tahun 2014, Carter mempertimbangkan kembali perkiraannya. "Israel memiliki 300 atau lebih, tidak ada yang tahu persis berapa banyak," katanya mengacu pada jumlah stok senjata nuklir Israel.
Dalam pesan email pribadi, yang ditulis beberapa bulan sebelum kesepakatan nuklir Iran 2015 ditandatangani, dan bocor pada September 2016, mantan Menteri Luar Negeri AS Colin Powell mengungkap jumlah sebenarnya hulu ledak nuklir Israel pada saat itu.
"Anak-anak di Teheran tahu Israel memiliki 200, semua ditargetkan di Teheran, dan kami memiliki ribuan," bunyi bocoran email Powell.
Selama pembicaraan program nuklir antara Iran dengan enam negara kekuatan dunia (AS, Rusia, Inggris, Prancis, Jerman dan China), Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif mengatakan kepada wartawan di PBB bahwa Israel memiliki sekitar 400 hulu ledak nuklir.
3. Masih Menolak Masuk NPT
Penandatangan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) telah secara konsisten mendorong zona bebas nuklir di Timur Tengah, dengan PBB berusaha untuk membuat Israel menandatangani perjanjian tersebut. Tapi, Tel Aviv hingga saat ini dengan tegas menolak untuk bergabung dengan komunitas internasional tersebut.
Israel, yang tidak mengakui maupun tidak menyangkal memiliki program nuklirnya, telah berulang kali menyatakan bahwa masalah senjata nuklir tidak dapat dipisahkan dari isu keamanan di kawasan itu, termasuk hubungan historis Israel yang bermusuhan dengan tetangga Arab-nya.
Pada tahun 2010, 189 pihak dalam perjanjian itu mendesak diadakannya sebuah konferensi pada 2012 untuk membahas denuklirisasi Timur Tengah, menyerukan Israel untuk menandatangani perjanjian itu dan membuat fasilitas atomnya tunduk pada inspeksi PBB. Israel, lagi-lagi menolaknya dan menganggapnya sebagai dokumen "cacat dan munafik".
"Sebagai negara non-penandatangan NPT, Israel tidak diwajibkan oleh keputusan konferensi ini, yang tidak memiliki otoritas atas Israel," kata pemerintah Israel dalam sebuah pernyataan. "Mengingat sifat terdistorsi dari resolusi ini, Israel tidak akan dapat mengambil bagian dalam implementasinya."
Pada 2015, Mesir berusaha untuk meyakinkan masyarakat internasional agar membahas dugaan senjata nuklir Israel melalui resolusi. Tapi, upayanya untuk mendorong kawasan bebas nuklir tanpa diskusi masalah keamanan regional pada konferensi PBB diblokir oleh Amerika Serikat, Kanada dan Inggris.
(mas)