Wapres Iran Bantah Ada Konflik Sunni-Syiah di Negaranya
A
A
A
BOGOR - Wakil Presiden Iran Bidang Wanita dan Urusan Keluarga, Masumeh Ebtekar, menyatakan bahwa tidak pernah ada konflik antara Sunni dan Syiah, khususnya di dalam negeri Iran. Informasi mengenai konflik tersebut, menurut Ebtekar, adalah buatan satu negara yang tidak suka dengan Islam.
"Saya pikir kami tidak memiliki konflik terkait dengan Sunni dan Syiah. Dengan masyarakat Sunni kami sudah tinggal bersama sejak negara kami berdiri. Sunni dan Syiah tinggal bersama di berbagai daerah di Iran, banyak dari mereka menikah, jadi kami tidak memiliki masalah," ucap Ebtekar, Bogor, Selasa (1/5/2018).
"Di dunia Islam masalahnya bukan pada Sunni dan Syiah, masalahnya adalah adanya pandangan yang diciptakan oleh musuh-musuh Islam. Masalah adalah adanya satu negara dan sekutunya di wilayah yang menciptakan perpecahan diantara Muslim dan menghasut kebencian," tuturnya.
"Mereka mendukung sejumlah negara, mereka mendukung terciptanya ISIS, yang sangat menyimpang dari Islam, yang sebenarnya tidak ada kaitanya dengan ajaran Islam. Mereka mencoba menciptakan perpecahan diantara Muslim," tukasnya.
Lebih jauh ia lalu menuturkan, negara tersebut mencoba menunjukan versi yang menyimpang dari Islam untuk menciptakan perpecahan diantara Muslim, untuk menciptakan gambaran yang buruk mengenai Islam.
Mereka yang tidak suka dengan Islam, lanjut wapres wanita pertama Iran itu, menyampaikan kepada dunia bahwa Islam adalah ajaran penuh kekerasan, kebencian, brutal, yang sejatinya tidak sesuai dengan Islam, dan ini tidak ada hubungan dengan Sunni dan Syiah.
"Ini adalah isu yang didorong oleh dunia luar yang harus disadari oleh umat Muslim. Muslim harus berdiri bersama, baik itu Sunni atau Syiah, semua Muslim yang mendukung dunia yang saling menghargai, bahkan dari agama lain, harus bangkit dan melawan ekstrimisme, radikalisme, melawan terorisme baik itu mencatut nama agama atau perdamaian atau kebebasan, ini adalah masalah yang kita hadapi saat ini," tutupnya.
"Saya pikir kami tidak memiliki konflik terkait dengan Sunni dan Syiah. Dengan masyarakat Sunni kami sudah tinggal bersama sejak negara kami berdiri. Sunni dan Syiah tinggal bersama di berbagai daerah di Iran, banyak dari mereka menikah, jadi kami tidak memiliki masalah," ucap Ebtekar, Bogor, Selasa (1/5/2018).
"Di dunia Islam masalahnya bukan pada Sunni dan Syiah, masalahnya adalah adanya pandangan yang diciptakan oleh musuh-musuh Islam. Masalah adalah adanya satu negara dan sekutunya di wilayah yang menciptakan perpecahan diantara Muslim dan menghasut kebencian," tuturnya.
"Mereka mendukung sejumlah negara, mereka mendukung terciptanya ISIS, yang sangat menyimpang dari Islam, yang sebenarnya tidak ada kaitanya dengan ajaran Islam. Mereka mencoba menciptakan perpecahan diantara Muslim," tukasnya.
Lebih jauh ia lalu menuturkan, negara tersebut mencoba menunjukan versi yang menyimpang dari Islam untuk menciptakan perpecahan diantara Muslim, untuk menciptakan gambaran yang buruk mengenai Islam.
Mereka yang tidak suka dengan Islam, lanjut wapres wanita pertama Iran itu, menyampaikan kepada dunia bahwa Islam adalah ajaran penuh kekerasan, kebencian, brutal, yang sejatinya tidak sesuai dengan Islam, dan ini tidak ada hubungan dengan Sunni dan Syiah.
"Ini adalah isu yang didorong oleh dunia luar yang harus disadari oleh umat Muslim. Muslim harus berdiri bersama, baik itu Sunni atau Syiah, semua Muslim yang mendukung dunia yang saling menghargai, bahkan dari agama lain, harus bangkit dan melawan ekstrimisme, radikalisme, melawan terorisme baik itu mencatut nama agama atau perdamaian atau kebebasan, ini adalah masalah yang kita hadapi saat ini," tutupnya.
(ian)