Presiden Prancis Emmanuel Macron Serukan Reformasi Uni Eropa
A
A
A
PARIS - Presiden Prancis Emmanuel Macron menyerukan reformasi untuk memperkuat apa yang disebut dengan "kedaulatan Eropa" di dunia. Untuk mewujudkannya, dia meminta para pemimpin Uni Eropa (UE) melaksanakan dialog publik untuk masa depan Eropa. Sebagai bentuk perwujudkan reformasi, Macron mengungkapkan, Prancis siap membayar anggaran lebih besar untuk UE setelah Inggris keluar dari aliansi tersebut.
"UE juga harus memperkuat integrasi di tengah upaya Inggris mempersiapkan diri meninggalkan aliansi," ujar Macron. Itu termasuk dalam pajak baru untuk bisnis digital, dukungan bagi para pengungsi, kerja sama lebih erat dalam pertahanan, dan pendekatan lebih kuat dalam mata uang UE.
Dalam isu euro, Macron masih menghadapi banyak permasalahan yang belum mencapai titik temu dengan aliansi kuncinya, yakni Jerman. Kanselir Jerman Angela Merkel menentang pemberian kekuasaan Brussels tentang peningkatan biaya yang harus dibayar Berlin. Reformasi juga dialamatkan agar negara-negara UE tidak menyerah menghadapi isu nasionalisme yang terus berkembang. Macron juga meminta agar negara-negara UE membangun UE sebagai benteng untuk demokrasi liberal melawan dunia yang bahaya dan ketidakteraturan.
Pidato Macron itu disampaikan di Strasbourg, Prancis. Pemimpin berusia 40 tahun itu mendapatkan penghormatan dari sebagian anggota parlemen setelah mengutuk berkembangnya "demokrasi liberal" di dalam UE. Namun, anggota parlemen kubu nasionalis dari Prancis, Inggris, dan lainnya hanya duduk serta diam. "Menghadapi otoriter, responsnya bukan demokrasi otoriter, tetapi pemerintahan demokrasi," ucap Macron dilansir Reuters.
Kritikan Macron itu mengacu pada terpilihnya kembali Perdana Menteri Hungaria Victor Orban dan partai berkuasa di Polandia. "Nasionalisme egois tumbuh pesat dan itu mendukung atmosfer perang sipil di Eropa," katanya.
Kaum nasionalis hanya menjual ilusi. "Kembali ke kedaulatan nasional menjadi biaya mahal yang harus dibayar UE. Untuk itu, UE juga harus memberikan jaminan bagi pemilih yang menghadapi migrasi massal, kekuatan otoriter seperti China dan Rusia, serta perusahaan multinasional yang memiliki kekuatan besar," katanya.
Macron mengungkapkan UE membutuhkan kedaulatan lebih kuat dibandingkan negara-negara UE sendiri. Macron juga menuding para pemimpin nasionalis menawarkan "permainan bodoh" dengan membujuk pemilih dengan menawarkan ilusi untuk kembali kekekuatan nasional. "Kita harus mendengar kemarahan rakyat Eropa hari ini," katanya. Dia mengungkapkan proyek baru. "Siapa yang memperdagangkan itu akan memicu kemarahan dengan risiko nasionalisme bisa memecah belah Eropa," ujarnya.
Macron berbicara di depan Parlemen Eropa atas undangan lembaga itu. Parlemen Eropa kini meminta pemimpin semua negara UE untuk memberikan pandangan tentang masa depan UE menyusul Britain Exit (Brexit). Perihal Brexit, Macron mengungkapkan, cara terbaik bagi Inggris mempertahankan perdagangan yang kuat dengan Eropa adalah tetap sebagai anggota UE.
Pernyataan itu merupakan jawab anggota Parlemen Eropa mengenai keterkaitan ekonomi antara Inggris dan UE setelah Brexit. "Saya mendukung hubungan lebih erat dan kuat, dan satu solusinya adalah Inggris tetap anggota UE," kata Macron. "Itu menjadi solusi untuk mengakses pasar tunggal, mengakses kebebasan UE, dan integrasi yang baik," katanya.
Sementara itu, PM Theresa May mengatakan, Inggris tidak akan bertahan pada pasar tunggal Inggris. Inggris juga akan memberikan kebebasan bagi warga UE untuk bekerja Inggris. London juga menawarkan bea cukai bersama setelah Brexit, tapi Brussels bersikeras kalau ada penghalang untuk ekspor Inggris. "Tidak ada hal mudah untuk masuk ke pasar tunggal. Kamu harus menyesuaikan pilihan yang kamu buat," kata Macron.
Kemudian Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker yang berbicara setelah Macron menyampaikan penentangan terhadap kemitraan Prancis-Jerman atau "motor" yang menggelar proyek UE. Mantan PM Luxembourg itu mengungkapkan, jika Inggris meninggalkan UE, masih ada 27 negara bergabung dalam UE.
Dia juga memuji Macron yang berusaha memperkuat UE setelah Paris berjuang mencari pengaruh di aliansi itu. "Prancis yang sesungguhnya telah kembali," ujar Juncker. "Sejarah besok ditulis hari ini," katanya.
Berbicara mengenai keanggotaan baru UE, Juncker mengungkapkan, aliansi perlu menerima anggota baru di Balkan Barat untuk menghindari perang baru di sana. Langkah itu bertentangan dengan Prancis dan negara lain yang menentang perluasan anggota UE. "Jika kita tidak menerima negara yang kompleks dan wilayah yang tragis, serta kita tidak membuka perspektif Eropa kepada mereka, kita akan melihat kawasan itu seperti tahun 1990-an," kata Juncker kepada Parlemen Eropa. "Saya tidak ingin melihat perang kembali ke Balkan dan kita sebaiknya membuka diri untuk mereka," ungkapnya.
Presiden Macron mengungkapkan UE harus meningkatkan tata kelola internal sebelum membuka anggota baru. "Apakah kita akan memiliki 30, 32 anggota dalam beberapa tahun mendatang? Aturannya sama di mana kita tidak mudah," ujar Macron. Kalau Polandia, Italia, dan Austria merupakan negara Eropa yang mendorong UE membuka diri dan menerima anggota baru. Mereka berpandangan pengaruh Rusia dan China sangat besar di negara-negara Balkan.
"UE juga harus memperkuat integrasi di tengah upaya Inggris mempersiapkan diri meninggalkan aliansi," ujar Macron. Itu termasuk dalam pajak baru untuk bisnis digital, dukungan bagi para pengungsi, kerja sama lebih erat dalam pertahanan, dan pendekatan lebih kuat dalam mata uang UE.
Dalam isu euro, Macron masih menghadapi banyak permasalahan yang belum mencapai titik temu dengan aliansi kuncinya, yakni Jerman. Kanselir Jerman Angela Merkel menentang pemberian kekuasaan Brussels tentang peningkatan biaya yang harus dibayar Berlin. Reformasi juga dialamatkan agar negara-negara UE tidak menyerah menghadapi isu nasionalisme yang terus berkembang. Macron juga meminta agar negara-negara UE membangun UE sebagai benteng untuk demokrasi liberal melawan dunia yang bahaya dan ketidakteraturan.
Pidato Macron itu disampaikan di Strasbourg, Prancis. Pemimpin berusia 40 tahun itu mendapatkan penghormatan dari sebagian anggota parlemen setelah mengutuk berkembangnya "demokrasi liberal" di dalam UE. Namun, anggota parlemen kubu nasionalis dari Prancis, Inggris, dan lainnya hanya duduk serta diam. "Menghadapi otoriter, responsnya bukan demokrasi otoriter, tetapi pemerintahan demokrasi," ucap Macron dilansir Reuters.
Kritikan Macron itu mengacu pada terpilihnya kembali Perdana Menteri Hungaria Victor Orban dan partai berkuasa di Polandia. "Nasionalisme egois tumbuh pesat dan itu mendukung atmosfer perang sipil di Eropa," katanya.
Kaum nasionalis hanya menjual ilusi. "Kembali ke kedaulatan nasional menjadi biaya mahal yang harus dibayar UE. Untuk itu, UE juga harus memberikan jaminan bagi pemilih yang menghadapi migrasi massal, kekuatan otoriter seperti China dan Rusia, serta perusahaan multinasional yang memiliki kekuatan besar," katanya.
Macron mengungkapkan UE membutuhkan kedaulatan lebih kuat dibandingkan negara-negara UE sendiri. Macron juga menuding para pemimpin nasionalis menawarkan "permainan bodoh" dengan membujuk pemilih dengan menawarkan ilusi untuk kembali kekekuatan nasional. "Kita harus mendengar kemarahan rakyat Eropa hari ini," katanya. Dia mengungkapkan proyek baru. "Siapa yang memperdagangkan itu akan memicu kemarahan dengan risiko nasionalisme bisa memecah belah Eropa," ujarnya.
Macron berbicara di depan Parlemen Eropa atas undangan lembaga itu. Parlemen Eropa kini meminta pemimpin semua negara UE untuk memberikan pandangan tentang masa depan UE menyusul Britain Exit (Brexit). Perihal Brexit, Macron mengungkapkan, cara terbaik bagi Inggris mempertahankan perdagangan yang kuat dengan Eropa adalah tetap sebagai anggota UE.
Pernyataan itu merupakan jawab anggota Parlemen Eropa mengenai keterkaitan ekonomi antara Inggris dan UE setelah Brexit. "Saya mendukung hubungan lebih erat dan kuat, dan satu solusinya adalah Inggris tetap anggota UE," kata Macron. "Itu menjadi solusi untuk mengakses pasar tunggal, mengakses kebebasan UE, dan integrasi yang baik," katanya.
Sementara itu, PM Theresa May mengatakan, Inggris tidak akan bertahan pada pasar tunggal Inggris. Inggris juga akan memberikan kebebasan bagi warga UE untuk bekerja Inggris. London juga menawarkan bea cukai bersama setelah Brexit, tapi Brussels bersikeras kalau ada penghalang untuk ekspor Inggris. "Tidak ada hal mudah untuk masuk ke pasar tunggal. Kamu harus menyesuaikan pilihan yang kamu buat," kata Macron.
Kemudian Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker yang berbicara setelah Macron menyampaikan penentangan terhadap kemitraan Prancis-Jerman atau "motor" yang menggelar proyek UE. Mantan PM Luxembourg itu mengungkapkan, jika Inggris meninggalkan UE, masih ada 27 negara bergabung dalam UE.
Dia juga memuji Macron yang berusaha memperkuat UE setelah Paris berjuang mencari pengaruh di aliansi itu. "Prancis yang sesungguhnya telah kembali," ujar Juncker. "Sejarah besok ditulis hari ini," katanya.
Berbicara mengenai keanggotaan baru UE, Juncker mengungkapkan, aliansi perlu menerima anggota baru di Balkan Barat untuk menghindari perang baru di sana. Langkah itu bertentangan dengan Prancis dan negara lain yang menentang perluasan anggota UE. "Jika kita tidak menerima negara yang kompleks dan wilayah yang tragis, serta kita tidak membuka perspektif Eropa kepada mereka, kita akan melihat kawasan itu seperti tahun 1990-an," kata Juncker kepada Parlemen Eropa. "Saya tidak ingin melihat perang kembali ke Balkan dan kita sebaiknya membuka diri untuk mereka," ungkapnya.
Presiden Macron mengungkapkan UE harus meningkatkan tata kelola internal sebelum membuka anggota baru. "Apakah kita akan memiliki 30, 32 anggota dalam beberapa tahun mendatang? Aturannya sama di mana kita tidak mudah," ujar Macron. Kalau Polandia, Italia, dan Austria merupakan negara Eropa yang mendorong UE membuka diri dan menerima anggota baru. Mereka berpandangan pengaruh Rusia dan China sangat besar di negara-negara Balkan.
(amm)