Macron Bujuk Trump Tidak Tarik Pasukan dari Suriah
A
A
A
PARIS - Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mengatakan dia telah meyakinkan Presiden Donald Trump untuk menjaga pasukan Amerika Serikat (AS) tetap di Suriah untuk jangka panjang. Selain itu keberadaan pasukan AS untuk membatasi serangan bersama terhadap fasilitas senjata kimia.
"Sepuluh hari yang lalu, Presiden Trump mengatakan 'Amerika Serikat harus mundur dari Suriah'. Kami meyakinkannya bahwa keberadaan pasukan itu perlu untuk dipertahankan,” kata Macron dalam wawancara yang disiarkan oleh BFM TV, radio RMC, dan berita online Mediapart.
"Kami meyakinkannya bahwa tentara AS perlu tinggal untuk jangka panjang," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Senin (16/4/2018).
Pada Sabtu pagi, AS, Prancis, dan Inggris meluncurkan 105 rudal yang menargetkan apa yang mereka katakan adalah tiga fasilitas senjata kimia di Suriah. Serangan ini sebagai pembalasan atas dugaan serangan gas beracun di Douma pada 7 April.
Ketiga negara sekutu itu mengatakan mereka hanya menyerang kemampuan senjata kimia Suriah. Mereka meyakinkan jika serangan itu tidak ditujukan untuk menjatuhkan Presiden Suriah Bashar al-Assad atau campur tangan dalam perang saudara.
Macron mengatakan membatasi serangan ke target spesifik ini tidak selalu merupakan rencana awal Trump.
"Kami juga membujuknya bahwa kami perlu membatasi serangan hanya untuk (situs) senjata kimia, setelah hal-hal sedikit terbawa selama tweet," katanya.
Macron dan Trump telah mengembangkan hubungan persahabatan selama setahun terakhir. Macron mengundang Trump untuk menghadiri perayaan hari Bastille tahun lalu dan akan melakukan perjalanan ke Washington pada kunjungan kenegaraan akhir bulan ini.
Serangan Sabtu di Suriah adalah operasi militer besar pertama sejak terpilihnya Macron sebagai Presiden Prancis pada Mei tahun lalu.
Dia menegaskan kembali bahwa ada bukti serangan kimia, menambahkan: "Kami telah mencapai titik di mana serangan ini diperlukan untuk memberikan kembali kredibilitas komunitas (internasional)."
Macron menambahkan bahwa serangan di Suriah telah "dilakukan dengan sempurna". "Semua rudal kami mencapai target mereka," katanya.
Macron, yang dikritik oleh pihak kiri-jauh dan kanan-jauh serta bagian dari kaum konservatif atas serangan-serangan itu, menegaskan jika Prancis, Inggris, dan AS memiliki "legitimasi internasional untuk bertindak."
"Sepuluh hari yang lalu, Presiden Trump mengatakan 'Amerika Serikat harus mundur dari Suriah'. Kami meyakinkannya bahwa keberadaan pasukan itu perlu untuk dipertahankan,” kata Macron dalam wawancara yang disiarkan oleh BFM TV, radio RMC, dan berita online Mediapart.
"Kami meyakinkannya bahwa tentara AS perlu tinggal untuk jangka panjang," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Senin (16/4/2018).
Pada Sabtu pagi, AS, Prancis, dan Inggris meluncurkan 105 rudal yang menargetkan apa yang mereka katakan adalah tiga fasilitas senjata kimia di Suriah. Serangan ini sebagai pembalasan atas dugaan serangan gas beracun di Douma pada 7 April.
Ketiga negara sekutu itu mengatakan mereka hanya menyerang kemampuan senjata kimia Suriah. Mereka meyakinkan jika serangan itu tidak ditujukan untuk menjatuhkan Presiden Suriah Bashar al-Assad atau campur tangan dalam perang saudara.
Macron mengatakan membatasi serangan ke target spesifik ini tidak selalu merupakan rencana awal Trump.
"Kami juga membujuknya bahwa kami perlu membatasi serangan hanya untuk (situs) senjata kimia, setelah hal-hal sedikit terbawa selama tweet," katanya.
Macron dan Trump telah mengembangkan hubungan persahabatan selama setahun terakhir. Macron mengundang Trump untuk menghadiri perayaan hari Bastille tahun lalu dan akan melakukan perjalanan ke Washington pada kunjungan kenegaraan akhir bulan ini.
Serangan Sabtu di Suriah adalah operasi militer besar pertama sejak terpilihnya Macron sebagai Presiden Prancis pada Mei tahun lalu.
Dia menegaskan kembali bahwa ada bukti serangan kimia, menambahkan: "Kami telah mencapai titik di mana serangan ini diperlukan untuk memberikan kembali kredibilitas komunitas (internasional)."
Macron menambahkan bahwa serangan di Suriah telah "dilakukan dengan sempurna". "Semua rudal kami mencapai target mereka," katanya.
Macron, yang dikritik oleh pihak kiri-jauh dan kanan-jauh serta bagian dari kaum konservatif atas serangan-serangan itu, menegaskan jika Prancis, Inggris, dan AS memiliki "legitimasi internasional untuk bertindak."
(ian)