Korban Selamat Serangan Kimia Suriah Ingin Traktir Trump Minum Bir
A
A
A
WASHINGTON - Seorang korban selamat dari serangan kimia Suriah pada 2013 ingin mentraktir Presiden Donald Trump bir. Ia ingin berbagi pengalamannya tentang kondisi di negara itu.
Kassem Eid mengatakan kepada pembaca berita CNN Ana Cabrera bahwa ia tinggal di bawah pengepungan dan pemboman oleh pemerintah Suriah selama dua tahun. Ia pun mengaku senang Presiden Trump telah berusaha melakukan sesuatu untuk rakyat Suriah.
"Saya hanya ingin memberi tahu Tuan Trump secara langsung: saya pengungsi Suriah yang selamat dari serangan senjata kimia, yang hidup di bawah pengepungan dan pemboman selama dua tahun oleh pemerintah," kata Eid.
"Aku ingin sekali, seperti, membelikanmu bir, dan hanya duduk di depanmu serta memberitahumu betapa buruknya di Suriah," sambungnya.
"Ia sekali lagi, kemarin, membuktikan bahwa Anda memiliki hati yang besar. Setidaknya jauh lebih besar daripada Obama karena Anda benar-benar mencoba melakukan sesuatu. Kita perlu komitmen nyata, jangka panjang untuk membawa perdamaian ke Suriah," tukasnya seperti dikutip dari CNN, Senin (16/4/2018)
AS, bersama dengan Inggris dan Perancis, meluncurkan serangan udara terkoordinasi pada Sabtu pagi. Serangan itu ditujukan kepada situs-situs senjata kimia Suriah dalam menanggapi dugaan serangan kimia. Dalam pidatonya yang mengumumkan serangan itu, Trump menyalahkan rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad atas dugaan serangan itu.
Trump menyebut serangan itu "dilaksanakan dengan sempurna," di Twitter, menulis, "misi selesai!"
Pemerintah Suriah sendiri membantah terlibat dalam serangan kimia.
Pada Agustus 2013, saat itu Presiden Barack Obama mengatakan bahwa AS telah menetapkan Suriah telah meluncurkan serangan senjata kimia yang menargetkan rakyatnya sendiri. Obama memilih untuk mencari persetujuan kongres atas penggunaan kekuatan militer di Suriah.
"Ketika Obama mempertimbangkan meluncurkan serangan udara di Suriah 2013, ia memutuskan untuk pergi ke Kongres sebelum menyerang, dan perlawanan yang ia hadapi di sana meyakinkan presiden untuk tidak menyerang Assad," lapor CNN.
Pada tahun 2014, Obama mengumumkan serangkaian serangan udara terhadap apa yang digambarkan oleh presiden sebagai "target ISIS di Suriah," menggunakan istilah alternatif untuk kelompok teroris yang lebih dikenal sebagai ISIS.
Trump melancarkan serangan militer terhadap rezim Suriah hampir satu tahun lalu menargetkan pangkalan udara pemerintah juga sebagai tanggapan terhadap serangan senjata kimia yang menewaskan warga sipil.
Kassem Eid mengatakan kepada pembaca berita CNN Ana Cabrera bahwa ia tinggal di bawah pengepungan dan pemboman oleh pemerintah Suriah selama dua tahun. Ia pun mengaku senang Presiden Trump telah berusaha melakukan sesuatu untuk rakyat Suriah.
"Saya hanya ingin memberi tahu Tuan Trump secara langsung: saya pengungsi Suriah yang selamat dari serangan senjata kimia, yang hidup di bawah pengepungan dan pemboman selama dua tahun oleh pemerintah," kata Eid.
"Aku ingin sekali, seperti, membelikanmu bir, dan hanya duduk di depanmu serta memberitahumu betapa buruknya di Suriah," sambungnya.
"Ia sekali lagi, kemarin, membuktikan bahwa Anda memiliki hati yang besar. Setidaknya jauh lebih besar daripada Obama karena Anda benar-benar mencoba melakukan sesuatu. Kita perlu komitmen nyata, jangka panjang untuk membawa perdamaian ke Suriah," tukasnya seperti dikutip dari CNN, Senin (16/4/2018)
AS, bersama dengan Inggris dan Perancis, meluncurkan serangan udara terkoordinasi pada Sabtu pagi. Serangan itu ditujukan kepada situs-situs senjata kimia Suriah dalam menanggapi dugaan serangan kimia. Dalam pidatonya yang mengumumkan serangan itu, Trump menyalahkan rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad atas dugaan serangan itu.
Trump menyebut serangan itu "dilaksanakan dengan sempurna," di Twitter, menulis, "misi selesai!"
Pemerintah Suriah sendiri membantah terlibat dalam serangan kimia.
Pada Agustus 2013, saat itu Presiden Barack Obama mengatakan bahwa AS telah menetapkan Suriah telah meluncurkan serangan senjata kimia yang menargetkan rakyatnya sendiri. Obama memilih untuk mencari persetujuan kongres atas penggunaan kekuatan militer di Suriah.
"Ketika Obama mempertimbangkan meluncurkan serangan udara di Suriah 2013, ia memutuskan untuk pergi ke Kongres sebelum menyerang, dan perlawanan yang ia hadapi di sana meyakinkan presiden untuk tidak menyerang Assad," lapor CNN.
Pada tahun 2014, Obama mengumumkan serangkaian serangan udara terhadap apa yang digambarkan oleh presiden sebagai "target ISIS di Suriah," menggunakan istilah alternatif untuk kelompok teroris yang lebih dikenal sebagai ISIS.
Trump melancarkan serangan militer terhadap rezim Suriah hampir satu tahun lalu menargetkan pangkalan udara pemerintah juga sebagai tanggapan terhadap serangan senjata kimia yang menewaskan warga sipil.
(ian)