Kata Khamenei, Negosiasi dengan Israel Jadi Kesalahan Tak Termaafkan
A
A
A
TEHERAN - Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan setiap langkah untuk bernegosiasi dengan Israel akan menjadi kesalahan tak termaafkan. Komentar ini diduga sebagai sindiran terhadap Riyadh setelah calon raja Arab Saudi membela hak orang Israel untuk hidup damai di tanahnya.
Arab Saudi—tempat kelahiran Nabi Muhammad penyebar agama Islam dan tempat bagi situs-situs suci Muslim—tidak mengakui Israel secara resmi. Namun, putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman dalam wawancara dengan majalah The Atlantic membuka peluang normalisasi hubungan kedua negara di masa depan dengan prasyarat perjanjian damai Israel dan Palestina terwujud.
Israel dan Saudi selama ini juga menganggap Iran sebagai ancaman utama.
"Pergerakan menuju negosiasi dengan kecurangan, kebohongan dan rezim (Israel) yang menindas adalah kesalahan besar dan tak termaafkan yang akan mendorong kembali kemenangan rakyat Palestina," kata Khamenei dalam pernyataan yang dirilis di situs resminya.
Kendati demikian, pernyataan Khamenei tidak secara eksplisit menyebutkan nama Arab Saudi yang negara yang dia sindir. Menurut Khamenei, kewajiban semua Muslim untuk mendukung gerakan perlawanan Palestina. Dia berjanji akan meneruskan dukungan Iran bagi kelompok Hamas Palestina.
Baca Juga: Raja Saudi Dukung Palestina usai Putranya Bela Hak Israel
Setelah komentar Pangeran Mohammed jadi sorotan media, Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud mengeluarka pernyataan penegasan bahwa Arab Saudi mendukung kemerdekaan Palestina dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya.
Riyadh selama ini memberikan syarat jika Israel ingin menormalisasi hubungan dengan Saudi. Syarat tersebut adalah penarikan Israel dari tanah Arab yang diduduki setelah perang Timur Tengah 1967 dan jaminan bagi Palestina untuk memiliki negara.
Meski tidak menjalin hubungan diplomatik, Saudi telah membuka wilayah udaranya untuk pertama kalinya bagi penerbangan komersial ke Israel pada bulan lalu. Pejabat Tel Aviv memuji keputusan Riyadh itu sebagai momen bersejarah setelah Israel melakukan upaya selama dua tahun.
Khamenei mengeluarkan pernyataan sebagai balasan atas surat yang baru-baru ini dia terima dari pemimpin Hamas Ismail Haniya yang mengkritik dukungan pemerintah Arab kepada Amerika Serikat.
Khamenei menyerukan kepada orang-orang dari negara-negara Muslim untuk mengalahkan Israel. "Dengan perjuangan yang intens dan terencana, mereka harus memaksa musuh mundur ke titik kematian," ujarnya, seperti dikutip Reuters, Kamis (5/4/2018).
Arab Saudi—tempat kelahiran Nabi Muhammad penyebar agama Islam dan tempat bagi situs-situs suci Muslim—tidak mengakui Israel secara resmi. Namun, putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman dalam wawancara dengan majalah The Atlantic membuka peluang normalisasi hubungan kedua negara di masa depan dengan prasyarat perjanjian damai Israel dan Palestina terwujud.
Israel dan Saudi selama ini juga menganggap Iran sebagai ancaman utama.
"Pergerakan menuju negosiasi dengan kecurangan, kebohongan dan rezim (Israel) yang menindas adalah kesalahan besar dan tak termaafkan yang akan mendorong kembali kemenangan rakyat Palestina," kata Khamenei dalam pernyataan yang dirilis di situs resminya.
Kendati demikian, pernyataan Khamenei tidak secara eksplisit menyebutkan nama Arab Saudi yang negara yang dia sindir. Menurut Khamenei, kewajiban semua Muslim untuk mendukung gerakan perlawanan Palestina. Dia berjanji akan meneruskan dukungan Iran bagi kelompok Hamas Palestina.
Baca Juga: Raja Saudi Dukung Palestina usai Putranya Bela Hak Israel
Setelah komentar Pangeran Mohammed jadi sorotan media, Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud mengeluarka pernyataan penegasan bahwa Arab Saudi mendukung kemerdekaan Palestina dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya.
Riyadh selama ini memberikan syarat jika Israel ingin menormalisasi hubungan dengan Saudi. Syarat tersebut adalah penarikan Israel dari tanah Arab yang diduduki setelah perang Timur Tengah 1967 dan jaminan bagi Palestina untuk memiliki negara.
Meski tidak menjalin hubungan diplomatik, Saudi telah membuka wilayah udaranya untuk pertama kalinya bagi penerbangan komersial ke Israel pada bulan lalu. Pejabat Tel Aviv memuji keputusan Riyadh itu sebagai momen bersejarah setelah Israel melakukan upaya selama dua tahun.
Khamenei mengeluarkan pernyataan sebagai balasan atas surat yang baru-baru ini dia terima dari pemimpin Hamas Ismail Haniya yang mengkritik dukungan pemerintah Arab kepada Amerika Serikat.
Khamenei menyerukan kepada orang-orang dari negara-negara Muslim untuk mengalahkan Israel. "Dengan perjuangan yang intens dan terencana, mereka harus memaksa musuh mundur ke titik kematian," ujarnya, seperti dikutip Reuters, Kamis (5/4/2018).
(mas)