Irlandia Ancang-ancang Usir Diplomat Rusia
A
A
A
DUBLIN - Aksi pengusiran terhadap diplomat Rusia oleh sejunlah negara di Eropa terus berlangsung. Terbaru, Irlandia juga akan mengambil langkah yang sama terhadap diplomat Moskow.
Irlandia akan mengusir seorang diplomat Rusia sebagai tanggapan atas serangan zat saraf di Inggris. Langkah ini pun menuai tanggapan dari Dubes Rusia untuk Dublin, yang menilai keputusan tersebut bukanlah sebuah jawaban.
Irlandia menghargai kenetralannya dan bukan bagian dari aliansi NATO pimpinan Amerika Serikat (AS), tetapi Perdana Menteri Leo Varadkar mengatakan kenetralan itu tidak berlaku terhadap serangan seperti itu. Keputusan itu juga untuk menunjukkan solidaritas dengan tetangga terdekatnya.
“Irlandia adalah negara netral, kita tidak bergabung dengan aliansi militer. Namun ketika menyangkut terorisme, pembunuhan, penggunaan senjata kimia dan terorisme siber, kita tidak netral sedikit pun,” tegas Varadkar kepada parlemen.
"Tentu saja kita bergabung dalam pengusiran diplomat Rusia dengan negara-negara lain yang netral, termasuk Finlandia dan Swedia, yang telah mengambil tindakan yang sama seperti kita," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Kamis (29/3/2018).
Varadkar mengatakan keputusan tentang status diplomatiknya akan dihentikan didasarkan pada intelijen dari polisi dan pasukan pertahanan. Irlandia telah mengusir diplomat Rusia sebelumnya, terakhir pada tahun 2011 berturut-turut atas penggunaan paspor palsu Irlandia.
Duta besar Rusia untuk Irlandia, Yury Filatov, mengatakan diplomat yang diusir itu tidak melakukan kesalahan atau tindakan ilegal. Ia pun menyerahkan keputusan mengenai aksi balasa yang tepat sekarang terserah pada pemerintah Rusia.
“Keputusan semacam ini tidak berdasar, tidak beralasan, tidak masuk akal dan disesalkan. Jelas semua tanggung jawab untuk setiap efek dari langkah ini, pada kondisi positif hubungan Irlandia-Rusia bertumpu pada pemerintah Irlandia,” kata Filatov pada konferensi pers di kedutaan Rusia di Dublin.
"Anda mungkin berasumsi bahwa keputusan dan tindakan sewenang-wenang semacam ini tidak akan terjawab, itu pasti," tegasnya.
Irlandia akan mengusir seorang diplomat Rusia sebagai tanggapan atas serangan zat saraf di Inggris. Langkah ini pun menuai tanggapan dari Dubes Rusia untuk Dublin, yang menilai keputusan tersebut bukanlah sebuah jawaban.
Irlandia menghargai kenetralannya dan bukan bagian dari aliansi NATO pimpinan Amerika Serikat (AS), tetapi Perdana Menteri Leo Varadkar mengatakan kenetralan itu tidak berlaku terhadap serangan seperti itu. Keputusan itu juga untuk menunjukkan solidaritas dengan tetangga terdekatnya.
“Irlandia adalah negara netral, kita tidak bergabung dengan aliansi militer. Namun ketika menyangkut terorisme, pembunuhan, penggunaan senjata kimia dan terorisme siber, kita tidak netral sedikit pun,” tegas Varadkar kepada parlemen.
"Tentu saja kita bergabung dalam pengusiran diplomat Rusia dengan negara-negara lain yang netral, termasuk Finlandia dan Swedia, yang telah mengambil tindakan yang sama seperti kita," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Kamis (29/3/2018).
Varadkar mengatakan keputusan tentang status diplomatiknya akan dihentikan didasarkan pada intelijen dari polisi dan pasukan pertahanan. Irlandia telah mengusir diplomat Rusia sebelumnya, terakhir pada tahun 2011 berturut-turut atas penggunaan paspor palsu Irlandia.
Duta besar Rusia untuk Irlandia, Yury Filatov, mengatakan diplomat yang diusir itu tidak melakukan kesalahan atau tindakan ilegal. Ia pun menyerahkan keputusan mengenai aksi balasa yang tepat sekarang terserah pada pemerintah Rusia.
“Keputusan semacam ini tidak berdasar, tidak beralasan, tidak masuk akal dan disesalkan. Jelas semua tanggung jawab untuk setiap efek dari langkah ini, pada kondisi positif hubungan Irlandia-Rusia bertumpu pada pemerintah Irlandia,” kata Filatov pada konferensi pers di kedutaan Rusia di Dublin.
"Anda mungkin berasumsi bahwa keputusan dan tindakan sewenang-wenang semacam ini tidak akan terjawab, itu pasti," tegasnya.
(ian)