Pertama Kali, Saudi Izinkan Pesawat Melintas Menuju Israel
A
A
A
TEL AVIV - Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Arab Saudi dilaporkan telah mengizinkan sebuah maskapai komersial untuk melintasi wilayah udaranya untuk penerbangan langsung ke Israel.
Menteri Pariwisata Israel, Yariv Levin, membenarkan bahwa Saudi telah mengizinkan pesawat komersil yang dari atau menuju Israel, untuk melitasi wilayah udara mereka. "Ini adalah hari yang benar-benar bersejarah," kata Levin, seperti dilansir Russia Today pada Minggu (25/2).
Pesawat pertama yang diizinkan untuk melintasi wilayah udara Saudi adalah Air India 139, Kamis lalu, Air India 139 dalam perjalanan dari New Delhi, yang mendarat di Bandara Ben Gurion di Tel Aviv terbang di atas kerajaan Saudi selama sekitar tiga jam.
Penerbangan dari dan menuju Israel yang melintasi Saudi akan memungkinkan maskapai penerbangan untuk memotong waktu penerbangan dan biaya bahan bakar dari perjalanan ke dan dari tujuan tertentu.
Namun, izin ini hanya berlaku bagi maskapai asing. Maskapai Israel sampai saat ini masih dilarang menggunakan wilayah udara Saudi, yang mereka anggap sebagai keuntungan yang tidak adil dan bertentangan dengan prinsip timbal balik.
Menteri Pariwisata Israel, Yariv Levin, membenarkan bahwa Saudi telah mengizinkan pesawat komersil yang dari atau menuju Israel, untuk melitasi wilayah udara mereka. "Ini adalah hari yang benar-benar bersejarah," kata Levin, seperti dilansir Russia Today pada Minggu (25/2).
Pesawat pertama yang diizinkan untuk melintasi wilayah udara Saudi adalah Air India 139, Kamis lalu, Air India 139 dalam perjalanan dari New Delhi, yang mendarat di Bandara Ben Gurion di Tel Aviv terbang di atas kerajaan Saudi selama sekitar tiga jam.
Penerbangan dari dan menuju Israel yang melintasi Saudi akan memungkinkan maskapai penerbangan untuk memotong waktu penerbangan dan biaya bahan bakar dari perjalanan ke dan dari tujuan tertentu.
Namun, izin ini hanya berlaku bagi maskapai asing. Maskapai Israel sampai saat ini masih dilarang menggunakan wilayah udara Saudi, yang mereka anggap sebagai keuntungan yang tidak adil dan bertentangan dengan prinsip timbal balik.
(esn)