Serangan Udara Hantam Sekolah di Ghouta, 15 Bocah Tewas
A
A
A
DAMASKUS - Sebuah serangan udara menghantam sebuah sekolah di Ghouta timur. Akibatnya, 15 anak yang tengah berlindung di ruang bawah tanah bersama dua wanita tewas. Demikian laporan pemantau konflik Suriah.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) mengatakan serangan itu menghantam Arbin. Arbin adalah kota utama Ghouta timur yang dikuasa kelompok pejuang. Kota ini telah menjadi sasaran serangan pasukan pemerintah Suriah selama lebih dari satu bulan.
"Tiga rudal dari sebuah serangan udara menghantam sekolah, di mana lantai bawah tanah digunakan sebagai tempat penampungan," kata Rami Abdel Rahman, yang mengepalai kelompok monitor yang berbasis di Inggris itu.
"Petugas penyelamat masih mencari orang-orang yang selamat," katanya seperti dikutip dari Al-Arabiya, Selasa (20/3/2018).
SOHR mengatakan serangan pada Senin malam itu diduga dilakukan oleh Rusia. Hal itu berdasarkan pola terbang, amunisi yang digunakan, dan pesawat terbang yang digunakan.
Moskow mengatakan pihaknya membantu pemerintah Suriah "menghabisi" para pejuang di Ghouta tetapi membantah melakukan serangan udara terhadap warga sipil.
Sejak 18 Februari, pasukan Suriah dan milisi sekutunya telah melakukan serangan ganas dan serangan udara untuk mengusir pejuang dari Ghouta, sebelah timur Damaskus.
Mereka telah menguasai lebih dari 80 persen bekas wilayah oposisi dan telah memecah wilayah yang tersisa menjadi tiga bagian, masing-masing dikuasai oleh kelompok pejuang yang terpisah.
Arbin yang merupakan salah satu wilayah kantong dikuasai oleh faksi Islam Faylaq al-Rahman.
Pasukan Suriah telah melakukan serangan balik terhadap mereka dalam beberapa hari ini, membuka "koridor" bagi warga sipil yang ketakutan untuk melarikan diri ke wilayah yang dikuasai pemerintah.
Penduduk lain memilih untuk melarikan diri lebih dalam ke daerah pejuang yang menyusut.
Pasukan Bantuan Helm Putih, yang bekerja untuk mengeluarkan orang-orang keluar dari puing setelah serangan udara, mengatakan timnya di Arbin telah memberikan tanggapan atas serangan terhadap "ruang bawah tanah" di sana.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) mengatakan serangan itu menghantam Arbin. Arbin adalah kota utama Ghouta timur yang dikuasa kelompok pejuang. Kota ini telah menjadi sasaran serangan pasukan pemerintah Suriah selama lebih dari satu bulan.
"Tiga rudal dari sebuah serangan udara menghantam sekolah, di mana lantai bawah tanah digunakan sebagai tempat penampungan," kata Rami Abdel Rahman, yang mengepalai kelompok monitor yang berbasis di Inggris itu.
"Petugas penyelamat masih mencari orang-orang yang selamat," katanya seperti dikutip dari Al-Arabiya, Selasa (20/3/2018).
SOHR mengatakan serangan pada Senin malam itu diduga dilakukan oleh Rusia. Hal itu berdasarkan pola terbang, amunisi yang digunakan, dan pesawat terbang yang digunakan.
Moskow mengatakan pihaknya membantu pemerintah Suriah "menghabisi" para pejuang di Ghouta tetapi membantah melakukan serangan udara terhadap warga sipil.
Sejak 18 Februari, pasukan Suriah dan milisi sekutunya telah melakukan serangan ganas dan serangan udara untuk mengusir pejuang dari Ghouta, sebelah timur Damaskus.
Mereka telah menguasai lebih dari 80 persen bekas wilayah oposisi dan telah memecah wilayah yang tersisa menjadi tiga bagian, masing-masing dikuasai oleh kelompok pejuang yang terpisah.
Arbin yang merupakan salah satu wilayah kantong dikuasai oleh faksi Islam Faylaq al-Rahman.
Pasukan Suriah telah melakukan serangan balik terhadap mereka dalam beberapa hari ini, membuka "koridor" bagi warga sipil yang ketakutan untuk melarikan diri ke wilayah yang dikuasai pemerintah.
Penduduk lain memilih untuk melarikan diri lebih dalam ke daerah pejuang yang menyusut.
Pasukan Bantuan Helm Putih, yang bekerja untuk mengeluarkan orang-orang keluar dari puing setelah serangan udara, mengatakan timnya di Arbin telah memberikan tanggapan atas serangan terhadap "ruang bawah tanah" di sana.
(ian)