Korsel Tegaskan Tidak Akan Ringankan Sanksi Korut
A
A
A
SEOUL - Korea Selatan (Korsel) menyatakan bahwa sanksi terhadap Korea Utara (Korut) tidak akan berkurang karena pertemuan tingkat tinggi di Pyongyang. Hal itu ditegaskan Presiden Korsel, Moon Jae-in.
Dalam pertemuan pertama dari jenisnya, pejabat Korsel yang bertemu dengan pemimpin Korut Kim Jong-un pada hari Senin mengatakan bahwa dia menyatakan kesediaannya untuk denuklirisasi semenanjung Korea jika keamanan negaranya terjamin.
Kepala delegasi Korsel,Chung Eui-yong mengatakan bahwa bulan depan Korut dan Korsel akan mengadakan pertemuan pertama antara para pemimpin mereka sejak 2007 di desa perbatasan Panmunjom.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyambut baik tawaran dialog Korut. Ia mengatakan Korut tampaknya sangat "tulus" dalam kesediaannya untuk menghentikan uji coba nuklir jika mengadakan perundingan denuklirisasi dengan AS.
"Melihat dari berita atau Twitter, saya yakin Presiden Trump menilai positif tentang hasil kunjungan ke Korea Utara oleh pejabat Korea Selatan," kata Moon pada pertemuan makan siang dengan pemimpin partai politik.
"Namun, karena ini baru permulaan, saya yakin kita belum berada dalam situasi dimana kita bisa optimis," imbuhnya seperti dilansir dari Reuters, Rabu (7/3/2018).
Moon menambahkan dia tidak memiliki rencana untuk meringankan sanksi terhadap Korut hanya untuk kepentingan sebuah pertemuan puncak dengan Pyongyang.
"Presiden mengatakan hanya karena pembicaraan sudah dimulai tidak berarti sanksi-sanksi akan mereda atau terangkat. Tidak akan ada 'hadiah' untuk Utara," kata Shin Yong-hyun dari partai oposisi Bareun Mirae mengatakan pada sebuah jumpa pers setelah makan siang.
Dalam keterangan yang dirilis oleh pihak istana kepresidenan Korsel, Moon mengatakan bahwa tujuan Korsel adalah denuklirisasi Korut.
"Kita tidak bisa memiliki hal-hal seperti pencegahan proliferasi nuklir atau moratorium sebagai tujuan akhir," tegas Moon.
Dalam pertemuan pertama dari jenisnya, pejabat Korsel yang bertemu dengan pemimpin Korut Kim Jong-un pada hari Senin mengatakan bahwa dia menyatakan kesediaannya untuk denuklirisasi semenanjung Korea jika keamanan negaranya terjamin.
Kepala delegasi Korsel,Chung Eui-yong mengatakan bahwa bulan depan Korut dan Korsel akan mengadakan pertemuan pertama antara para pemimpin mereka sejak 2007 di desa perbatasan Panmunjom.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyambut baik tawaran dialog Korut. Ia mengatakan Korut tampaknya sangat "tulus" dalam kesediaannya untuk menghentikan uji coba nuklir jika mengadakan perundingan denuklirisasi dengan AS.
"Melihat dari berita atau Twitter, saya yakin Presiden Trump menilai positif tentang hasil kunjungan ke Korea Utara oleh pejabat Korea Selatan," kata Moon pada pertemuan makan siang dengan pemimpin partai politik.
"Namun, karena ini baru permulaan, saya yakin kita belum berada dalam situasi dimana kita bisa optimis," imbuhnya seperti dilansir dari Reuters, Rabu (7/3/2018).
Moon menambahkan dia tidak memiliki rencana untuk meringankan sanksi terhadap Korut hanya untuk kepentingan sebuah pertemuan puncak dengan Pyongyang.
"Presiden mengatakan hanya karena pembicaraan sudah dimulai tidak berarti sanksi-sanksi akan mereda atau terangkat. Tidak akan ada 'hadiah' untuk Utara," kata Shin Yong-hyun dari partai oposisi Bareun Mirae mengatakan pada sebuah jumpa pers setelah makan siang.
Dalam keterangan yang dirilis oleh pihak istana kepresidenan Korsel, Moon mengatakan bahwa tujuan Korsel adalah denuklirisasi Korut.
"Kita tidak bisa memiliki hal-hal seperti pencegahan proliferasi nuklir atau moratorium sebagai tujuan akhir," tegas Moon.
(ian)