AS: Korut Restui Pembunuhan Kim Jong-nam
A
A
A
WASHINGTON - Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) menyatakan Korea Utara (Korut) menggunakan senjata kimia dalam membunuh Kim Jong-nam, saudara tiri Kim Jong-un. Penggunakan senjata kimia itu mendapat restu dari Pyongyang.
"AS mengutuk penggunaan senjata kimia untuk melakukan pembunuhan," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Heather Nauert, dalam akun Twitternya seperti dikutip dari CBS News, Rabu (7/3/2018).
Tidak jelas mengapa pengumuman tersebut baru dirilis, terutama karena dalam memo tersebut Nauret mentweet, dikatakan bahwa AS telah membuat keputusan itu pada 22 Februari 2018. Padahal sebelumnya, Presiden Trump mengatakan bahwa dia "optimis" Korut akan menyerahkan senjata nuklirnya.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa pihaknya memberlakukan sanksi berdasarkan Perjanjian tentang Kontrol dan Pelarangan Senjata Kimia dan Biologis dalam perang tahun 1991. Keputusan itu dilakukan oleh biro keamanan dan nonproliferasi departemen internasional tersebut. Keputusan ini berujung pada pembatasan terhadap bantuan luar negeri dan bantuan keuangan serta militer AS di mana Korut telah mendapatkan sanksi tersebut.
Kim Jong-nam meninggal tak lama setelah dia diserang pada 13 Februari 2017 oleh dua wanita di bandara internasional Kuala Lumpur. Pejabat Malaysia menemukan zat kimia VX di usapkan dari wajah dan mata Jong-nam.
Korut diyakini telah menyediakan peralatan dan teknologi pertahanan kimia ke Suriah dan Libya di masa lalu. Sebuah laporan yang akan datang oleh panel PBB yang memantau sanksi terhadap Korut mengatakan bahwa pada bulan Agustus 2016 negara Komunis itu memindahkan katup dan termometer khusus yang digunakan dalam program senjata kimia ke Suriah. Teknisi Korut terus beroperasi dengan senjata kimia dan fasilitas rudal di negara Timur Tengah yang dilanda perang tersebut, menurut rincian laporan yang diperoleh The Associated Press.
AS dan negara-negara Barat lainnya menuduh Suriah menggunakan senjata kimia terhadap daerah-daerah yang dikuasai pejuang di negara tersebut, yang disangkal oleh pemerintah Damaskus.
Korut membantah telah bekerja sama dengan Suriah mengenai senjata kimia. Dalam sebuah pernyataan yang diedarkan oleh misi diplomatiknya di PBB di New York, kementerian luar negeri Korut mengatakan bahwa tidak memiliki satu catatan untuk mengembangkan, memproduksi dan menimbun senjata kimia.
"AS mengutuk penggunaan senjata kimia untuk melakukan pembunuhan," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Heather Nauert, dalam akun Twitternya seperti dikutip dari CBS News, Rabu (7/3/2018).
Tidak jelas mengapa pengumuman tersebut baru dirilis, terutama karena dalam memo tersebut Nauret mentweet, dikatakan bahwa AS telah membuat keputusan itu pada 22 Februari 2018. Padahal sebelumnya, Presiden Trump mengatakan bahwa dia "optimis" Korut akan menyerahkan senjata nuklirnya.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa pihaknya memberlakukan sanksi berdasarkan Perjanjian tentang Kontrol dan Pelarangan Senjata Kimia dan Biologis dalam perang tahun 1991. Keputusan itu dilakukan oleh biro keamanan dan nonproliferasi departemen internasional tersebut. Keputusan ini berujung pada pembatasan terhadap bantuan luar negeri dan bantuan keuangan serta militer AS di mana Korut telah mendapatkan sanksi tersebut.
Kim Jong-nam meninggal tak lama setelah dia diserang pada 13 Februari 2017 oleh dua wanita di bandara internasional Kuala Lumpur. Pejabat Malaysia menemukan zat kimia VX di usapkan dari wajah dan mata Jong-nam.
Korut diyakini telah menyediakan peralatan dan teknologi pertahanan kimia ke Suriah dan Libya di masa lalu. Sebuah laporan yang akan datang oleh panel PBB yang memantau sanksi terhadap Korut mengatakan bahwa pada bulan Agustus 2016 negara Komunis itu memindahkan katup dan termometer khusus yang digunakan dalam program senjata kimia ke Suriah. Teknisi Korut terus beroperasi dengan senjata kimia dan fasilitas rudal di negara Timur Tengah yang dilanda perang tersebut, menurut rincian laporan yang diperoleh The Associated Press.
AS dan negara-negara Barat lainnya menuduh Suriah menggunakan senjata kimia terhadap daerah-daerah yang dikuasai pejuang di negara tersebut, yang disangkal oleh pemerintah Damaskus.
Korut membantah telah bekerja sama dengan Suriah mengenai senjata kimia. Dalam sebuah pernyataan yang diedarkan oleh misi diplomatiknya di PBB di New York, kementerian luar negeri Korut mengatakan bahwa tidak memiliki satu catatan untuk mengembangkan, memproduksi dan menimbun senjata kimia.
(ian)