Masjid-masjid Inggris Tampung Tunawisma saat Salju Ekstrem Melanda
A
A
A
MANCHESTER - Beberapa masjid di Inggris dan Irlandia membuka pintu bagi para tunawisma di saat badai salju ekstrem melanda. Para sukarelawan menyediakan makanan dan tempat berlindung di tempat ibadah tersebut.
Badai salju terparah yang membuat suhu di bawah nol derajat Celsius terjadi di bagian barat daya Inggris dan South Wales. Otoritas Inggris menyebutnya sebagai Badai Emma.
”Temperaturnya cukup parah, jadi kami berpikir, 'Mengapa kita tidak melakukan sesuatu untuk membantu?',” kata Rabnawaz Akbar, seorang Wali Masjid Makki di kota utara Manchester, kepada Al Jazeera.
Selama beberapa hari terakhir, beberapa sukarelawan berkemah di tempat ibadah tersebut. Mereka menyediakan makanan dan tempat berlindung bagi para tunawisma di sekitar Manchester.
Masjid itu juga menawarkan fasilitas shower bagi mereka yang mencari tempat tinggal. Dengan pertimbangan banyak warga etnis Asia Selatan di sekitar kota Manchester, para relawan menawarkan makanan khas Bangladesh dan Pakistan seperti nasi kari ayam.
Akbar mengatakan, tunawisma di Manchester telah berkembang. ”Langkah penghematan selama delapan tahun terakhir membuat layanan pendukung yang dibutuhkan masyarakat tidak ada lagi,” katanya, yang dilansir Minggu (4/3/2018).
”Hal ini menyebabkan orang tidur dengan kasar, solusinya bukan hanya tentang orang-orang yang memiliki atap di atas kepala mereka. Beberapa orang memiliki masalah kesehatan mental, mereka adalah korban kekerasan dalam rumah tangga, pecandu narkoba atau imigran tak berdokumen, mereka tidak memiliki jalan lain untuk mendapatkan dana publik,” papar Akbar.
Jamie termasuk di antara empat orang yang tidur di masjid pada Kamis malam. ”Saya pecandu, saya belum pernah berada di masjid sepanjang hidup saya," katanya.
”Saya berada dalam dua pikiran mengenai apakah akan mendapatkan beberapa heroin atau crack, sehingga saya bisa baik-baik saja untuk malam ini. Ketika saya memikirkan hal itu, seorang pria datang dari samping dan berkata, 'Anda tidak punya rumah, akankah Anda mau menginap di masjid?’,” katanya.
”Mereka membuat saya merasa sangat welcome, memberi saya sesuatu untuk dimakan, untuk diminum, sesuatu yang tidak dapat diberikan dewan (kota) untuk kita,” ujar Jamie.
Jamie mengatakan bahwa media sering menggambarkan masjid dengan cara yang negatif.
”Anda selalu mendapatkan stereotip (penggambaran) masjid. Tidak semua orang seperti itu, saya tidak didorong untuk menjadi radikal. Ini tentang ‘Apakah Anda lapar, Apakah Anda baik-baik saja?,” imbuh dia.
Masjid Agung Leeds, Masjid Oldham, Masjid Finsbury Park, Masjid Canterbury dan Masjid Clonskeagh di Dublin—yang merupakan bagian dari Islamic Cultural Centre of Ireland—juga membuka pintu bagi para tunawisma.
”Kami memiliki tim keamanan yang bertugas di malam hari, dan tim penjaga telah diberitahu untuk memastikan ada pemanasan yang cukup di gedung tersebut, terutama saat larut malam,” kata Summayah Kenna, kepala kesejahteraan masyarakat di Islamic Cultural Centre of Ireland, kepada Radio 98FM di Dublin.
Dalam sebuah laporan pada akhir Januari, Crisis, sebuah badan amal yang bekerja untuk mengakhiri tunawisma, menggambarkan meningkatnya jumlah orang yang hidup tanpa tempat berlindung sebagai ”malapetaka”.
Menurut pemerintah, sekitar 5.000 orang bisa ditemukan tidur di luar pada malam tertentu ketika musim gugur tahun lalu. Jumlah itu naik dua kali lipat dari tahun 2010.
Crisis menyatakan, jumlah orang yang tidur secara kasar atau tanpa tempat berlindung saat ini sekitar 8.000 orang dan akan meningkat menjadi 15.000 orang pada 2026. ”Jika tidak ada yang berubah,” kata badan amal itu mengacu pada kebijakan pemerintah.
Badai salju terparah yang membuat suhu di bawah nol derajat Celsius terjadi di bagian barat daya Inggris dan South Wales. Otoritas Inggris menyebutnya sebagai Badai Emma.
”Temperaturnya cukup parah, jadi kami berpikir, 'Mengapa kita tidak melakukan sesuatu untuk membantu?',” kata Rabnawaz Akbar, seorang Wali Masjid Makki di kota utara Manchester, kepada Al Jazeera.
Selama beberapa hari terakhir, beberapa sukarelawan berkemah di tempat ibadah tersebut. Mereka menyediakan makanan dan tempat berlindung bagi para tunawisma di sekitar Manchester.
Masjid itu juga menawarkan fasilitas shower bagi mereka yang mencari tempat tinggal. Dengan pertimbangan banyak warga etnis Asia Selatan di sekitar kota Manchester, para relawan menawarkan makanan khas Bangladesh dan Pakistan seperti nasi kari ayam.
Akbar mengatakan, tunawisma di Manchester telah berkembang. ”Langkah penghematan selama delapan tahun terakhir membuat layanan pendukung yang dibutuhkan masyarakat tidak ada lagi,” katanya, yang dilansir Minggu (4/3/2018).
”Hal ini menyebabkan orang tidur dengan kasar, solusinya bukan hanya tentang orang-orang yang memiliki atap di atas kepala mereka. Beberapa orang memiliki masalah kesehatan mental, mereka adalah korban kekerasan dalam rumah tangga, pecandu narkoba atau imigran tak berdokumen, mereka tidak memiliki jalan lain untuk mendapatkan dana publik,” papar Akbar.
Jamie termasuk di antara empat orang yang tidur di masjid pada Kamis malam. ”Saya pecandu, saya belum pernah berada di masjid sepanjang hidup saya," katanya.
”Saya berada dalam dua pikiran mengenai apakah akan mendapatkan beberapa heroin atau crack, sehingga saya bisa baik-baik saja untuk malam ini. Ketika saya memikirkan hal itu, seorang pria datang dari samping dan berkata, 'Anda tidak punya rumah, akankah Anda mau menginap di masjid?’,” katanya.
”Mereka membuat saya merasa sangat welcome, memberi saya sesuatu untuk dimakan, untuk diminum, sesuatu yang tidak dapat diberikan dewan (kota) untuk kita,” ujar Jamie.
Jamie mengatakan bahwa media sering menggambarkan masjid dengan cara yang negatif.
”Anda selalu mendapatkan stereotip (penggambaran) masjid. Tidak semua orang seperti itu, saya tidak didorong untuk menjadi radikal. Ini tentang ‘Apakah Anda lapar, Apakah Anda baik-baik saja?,” imbuh dia.
Masjid Agung Leeds, Masjid Oldham, Masjid Finsbury Park, Masjid Canterbury dan Masjid Clonskeagh di Dublin—yang merupakan bagian dari Islamic Cultural Centre of Ireland—juga membuka pintu bagi para tunawisma.
”Kami memiliki tim keamanan yang bertugas di malam hari, dan tim penjaga telah diberitahu untuk memastikan ada pemanasan yang cukup di gedung tersebut, terutama saat larut malam,” kata Summayah Kenna, kepala kesejahteraan masyarakat di Islamic Cultural Centre of Ireland, kepada Radio 98FM di Dublin.
Dalam sebuah laporan pada akhir Januari, Crisis, sebuah badan amal yang bekerja untuk mengakhiri tunawisma, menggambarkan meningkatnya jumlah orang yang hidup tanpa tempat berlindung sebagai ”malapetaka”.
Menurut pemerintah, sekitar 5.000 orang bisa ditemukan tidur di luar pada malam tertentu ketika musim gugur tahun lalu. Jumlah itu naik dua kali lipat dari tahun 2010.
Crisis menyatakan, jumlah orang yang tidur secara kasar atau tanpa tempat berlindung saat ini sekitar 8.000 orang dan akan meningkat menjadi 15.000 orang pada 2026. ”Jika tidak ada yang berubah,” kata badan amal itu mengacu pada kebijakan pemerintah.
(mas)