AS Pindahkan Kedubes ke Yerusalem Bulan Mei, Hamas: Agresi Baru
A
A
A
YERUSALEM - Kelompok bersenjata Palestina Hamas angkat suara terkait pengumuman Amerika Serikat (AS) yang menyatakan akan memindahkan kedutaan besarnya ke Yerusalem bulan Mei mendatang. Hamas menyebut rencana tersebut sebagai agresi baru dan provokasi.
"Memindahkan kedutaan AS ke Yerusalem merupakan pelanggaran terhadap hukum internasional dan bertentangan dengan konvensi internasional," kata Juru Bicara Hamas Abdul-Latif al-Qanou dalam sebuah pernyataan.
"Ini tidak akan melegalkan pendudukan Zionis atas tanah kita atau mengubah realitas dan identitas Yerusalem," imbuhnya seperti dikutip dari RT, Minggu (25/2/2018).
Kedubes tersebut akan dibuka pada bulan Mei, yang bertepatan dengan ulang tahun ke-70 Nakba ('malapetaka'), sebutan warga Palestina untuk eksodus massal orang-orang Arab dari rumah mereka sebelum negara Israel diumumkan pada tahun 1948.
Qanou mengatakan bahwa Hamas melihat ini sebagai kelalaian yang ditakuti warga Palestina dan agresi baru atas hak dan tempat suci Palestina.
"Ini adalah provokasi yang jelas dari perasaan negara-negara Islam dan Arab," tambahnya.
Sentimen tersebut juga digemakan juru bicara pemerintah Palestina Yousef al-Mahmoud. Ia mengatakan bahwa hal itu merupakan pelanggaran yang jelas dan eksplisit terhadap resolusi PBB dan semua undang-undang kemanusiaan dan internasional.
Departemen Luar Negeri AS mengumumkan langkah tersebut pada hari Jumat, menjelaskan pembukaan tersebut bertepatan dengan ulang tahun Israel yang ke 70. Pengumuman tersebut menyusul keputusan Presiden Trump pada akhir bulan Desember untuk memutuskan tradisi AS dengan janji memindahkan kedutaan dari lokasi saat ini di Tel Aviv ke Yerusalem.
Baca Juga: AS Pindahkan Kedubesnya di Israel ke Yerusalem 14 Mei
Israel mencaplok Jerusalem Timur pada tahun 1967 dan Palestina menganggapnya sebagai Ibu Kota negara masa depannya.
Kedubes AS di Yerusalem akan berlokasi di sebuah gedung di Arnona, di mana AS saat ini memiliki Konsulat. Dikatakan pada akhir tahun 2019, AS bermaksud untuk membuka kedutaan baru di dalam kompleks Arnona dan kemudian akan mencari tempat kedutaan permanen.
"Memindahkan kedutaan AS ke Yerusalem merupakan pelanggaran terhadap hukum internasional dan bertentangan dengan konvensi internasional," kata Juru Bicara Hamas Abdul-Latif al-Qanou dalam sebuah pernyataan.
"Ini tidak akan melegalkan pendudukan Zionis atas tanah kita atau mengubah realitas dan identitas Yerusalem," imbuhnya seperti dikutip dari RT, Minggu (25/2/2018).
Kedubes tersebut akan dibuka pada bulan Mei, yang bertepatan dengan ulang tahun ke-70 Nakba ('malapetaka'), sebutan warga Palestina untuk eksodus massal orang-orang Arab dari rumah mereka sebelum negara Israel diumumkan pada tahun 1948.
Qanou mengatakan bahwa Hamas melihat ini sebagai kelalaian yang ditakuti warga Palestina dan agresi baru atas hak dan tempat suci Palestina.
"Ini adalah provokasi yang jelas dari perasaan negara-negara Islam dan Arab," tambahnya.
Sentimen tersebut juga digemakan juru bicara pemerintah Palestina Yousef al-Mahmoud. Ia mengatakan bahwa hal itu merupakan pelanggaran yang jelas dan eksplisit terhadap resolusi PBB dan semua undang-undang kemanusiaan dan internasional.
Departemen Luar Negeri AS mengumumkan langkah tersebut pada hari Jumat, menjelaskan pembukaan tersebut bertepatan dengan ulang tahun Israel yang ke 70. Pengumuman tersebut menyusul keputusan Presiden Trump pada akhir bulan Desember untuk memutuskan tradisi AS dengan janji memindahkan kedutaan dari lokasi saat ini di Tel Aviv ke Yerusalem.
Baca Juga: AS Pindahkan Kedubesnya di Israel ke Yerusalem 14 Mei
Israel mencaplok Jerusalem Timur pada tahun 1967 dan Palestina menganggapnya sebagai Ibu Kota negara masa depannya.
Kedubes AS di Yerusalem akan berlokasi di sebuah gedung di Arnona, di mana AS saat ini memiliki Konsulat. Dikatakan pada akhir tahun 2019, AS bermaksud untuk membuka kedutaan baru di dalam kompleks Arnona dan kemudian akan mencari tempat kedutaan permanen.
(ian)