Garap Hiburan, Arab Saudi Kucurkan Rp874,9 Triliun
A
A
A
RIYADH - Pemerintah Arab Saudi akan menanamkan investasi sebesar USD64 miliar (Rp874,9 triliun) di sektor hiburan untuk mewujudkan Visi 2030.
Dana sebesar itu digelontorkan di antaranya untuk membangun kompleks hiburan, operasi, dan menggelar berbagai macam acara. Kebijakan itu diambil Pemerintah Arab Saudi untuk membantu menopang ekonomi negara.
Salah satu proyek hiburan ambisius yang sedang digarap berupa kompleks hiburan seluas 334 kilometer persegi yang bertempat di kawasan dekat Riyadh. Kompleks yang mempunyai luasnya lima kali lipat Kota Riyadh itu didesain untuk mewadahi berbagai atraksi budaya, olahraga, musik, taman safari, dan sebagainya. Penggarapan konstruksi bangunan kompleks itu dimulai awal tahun ini dan diharapkan selesai pada 2022.
Arab Saudi juga sedang membangun rumah opera pertama yang mengambil tempat di Riyadh. Gedung ini bertempat di kompleks hiburan yang lebih luas dari Las Vegas dan diproyeksikan sebagai pusat hura-hura.
“Kami berharap kota hiburan itu tidak hanya akan menarik pengunjung, tapi juga mencapai kehidupan yang harmoni dan sehat serta menyediakan lebih banyak hiburan, keceriaan, dan kebahagiaan bagi mereka yang tinggal di ibu kota,” ungkap Pemerintah Arab Saudi, dikutip BBC.
Visi 2030 yang diarahkan menopang masa depan ekonomi sebagai solusi mengubah pendapatan dari sektor minyak memang berimplikasi pada liberalisasi negara tersebut. Arab Saudi pun membuka berbagai kegiatan yang sebelumnya dilarang seperti hiburan musik. Lembaga Hiburan Publik Arab Saudi menyatakan pada tahun ini saja sedikitnya akan diadakan sekitar 5.000 event, termasuk konser musik band Maroon 5 dan Cirque du Soleil.
Pada Desember 2017 Pemerintah Arab Saudi mencabut larangan bioskop. Selain itu, untuk pertama kali kaum perempuan juga diperbolehkan menonton pertandingan sepak bola dan berkendara tanpa ditemani mahram. Pangeran Mohammed Bin Salman berambisi mengubah Arab Saudi menjadi negara Islam yang moderat dan terbuka.
“Kami ingin negara ini terbuka bagi semua agama, tradisi, dan masyarakat,” tandas Pangeran Mohammed selama konferensi ekonomi di Riyadh pada akhir Oktober 2017. Sebanyak 70% penduduk Arab Saudi yang berusia di bawah 30 tahun menginginkan kehidupan bertoleransi. Dia juga berjanji memberantas ekstremis.
Pangeran Mohammed meyakini, walaupun ambisius, Visi 2030 akan dapat dicapai. Visi itu mengungkapkan tujuan jangka panjang, ekspektasi, dan mencerminkan kekuatan dan kapabilitas Arab Saudi. “Kami juga yakin Allah Yang Mahabesar tidak hanya menganugerahi negeri kami dengan hasil minyak bumi,” ujar dia di vision2030.gov.sa.
Kepala Lembaga Hiburan Publik Arab Saudi Ahmed bin Aqeel al-Khatib meyakini langkah mendorong sektor hiburan tepat untuk mewujudkan Visi 2030. Dia menuturkan, pada zaman dulu investor sering berpaling dan memilih menanamkan modal di luar Arab Saudi sebelum mengemas dan menjualnya di Arab Saudi. “Insya Allah, kita semua akan segera menyaksikan perubahan nyata di Arab Saudi,” terang Ahmed.
Untuk menunjang sektor hiburan dan pariwisata, Pemerintah Arab Saudi juga menanamkan modal sebesar USD22 miliar (Rp300,7 triliun) dalam sistem transportasi metro enam rel di Riyadh.
Proyek itu menjadi proyek transportasi terbesar di dunia. Konstruksinya dimulai pada 2014 dan direncanakan selesai pada 2019.
Presiden Lembaga Pengembangan Arriyadh (ADA) Ibrahim bin Mohammed al Sultan mengatakan, proyek transportasi publik itu akan meningkatkan kualitas hidup dan ekonomi di Riyadh. Jim Krane dari Universitas Cambridge menilai langkah Arab Saudi sudah tepat sebab Riyadh merupakan kota global seperti Brussels.
“Pemerintah Arab Saudi sudah sejak lama memandang Riyadh sebagai kandidat ibu kota negara-negara Teluk. Atas hal itu, tidak heran jika Arab Saudi memodernisasi fasilitas di kota tersebut,” ujar Krane. “Arab Saudi juga menyimpan banyak uang tunai. Investasi di bidang apa sich yang lebih baik dibanding infrastruktur?” lanjutnya.
Pengeluaran besar tersebut merupakan bagian dari program reformasi sosial dan ekonomi besutan Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman. Pria berusia 32 tahun itu ingin mendiversifikasi ekonomi dan mengurangi ketergantungan terhadap bisnis minyak salah satunya melalui bisnis pariwisata, budaya, dan hiburan. (Muh Shamil)
Dana sebesar itu digelontorkan di antaranya untuk membangun kompleks hiburan, operasi, dan menggelar berbagai macam acara. Kebijakan itu diambil Pemerintah Arab Saudi untuk membantu menopang ekonomi negara.
Salah satu proyek hiburan ambisius yang sedang digarap berupa kompleks hiburan seluas 334 kilometer persegi yang bertempat di kawasan dekat Riyadh. Kompleks yang mempunyai luasnya lima kali lipat Kota Riyadh itu didesain untuk mewadahi berbagai atraksi budaya, olahraga, musik, taman safari, dan sebagainya. Penggarapan konstruksi bangunan kompleks itu dimulai awal tahun ini dan diharapkan selesai pada 2022.
Arab Saudi juga sedang membangun rumah opera pertama yang mengambil tempat di Riyadh. Gedung ini bertempat di kompleks hiburan yang lebih luas dari Las Vegas dan diproyeksikan sebagai pusat hura-hura.
“Kami berharap kota hiburan itu tidak hanya akan menarik pengunjung, tapi juga mencapai kehidupan yang harmoni dan sehat serta menyediakan lebih banyak hiburan, keceriaan, dan kebahagiaan bagi mereka yang tinggal di ibu kota,” ungkap Pemerintah Arab Saudi, dikutip BBC.
Visi 2030 yang diarahkan menopang masa depan ekonomi sebagai solusi mengubah pendapatan dari sektor minyak memang berimplikasi pada liberalisasi negara tersebut. Arab Saudi pun membuka berbagai kegiatan yang sebelumnya dilarang seperti hiburan musik. Lembaga Hiburan Publik Arab Saudi menyatakan pada tahun ini saja sedikitnya akan diadakan sekitar 5.000 event, termasuk konser musik band Maroon 5 dan Cirque du Soleil.
Pada Desember 2017 Pemerintah Arab Saudi mencabut larangan bioskop. Selain itu, untuk pertama kali kaum perempuan juga diperbolehkan menonton pertandingan sepak bola dan berkendara tanpa ditemani mahram. Pangeran Mohammed Bin Salman berambisi mengubah Arab Saudi menjadi negara Islam yang moderat dan terbuka.
“Kami ingin negara ini terbuka bagi semua agama, tradisi, dan masyarakat,” tandas Pangeran Mohammed selama konferensi ekonomi di Riyadh pada akhir Oktober 2017. Sebanyak 70% penduduk Arab Saudi yang berusia di bawah 30 tahun menginginkan kehidupan bertoleransi. Dia juga berjanji memberantas ekstremis.
Pangeran Mohammed meyakini, walaupun ambisius, Visi 2030 akan dapat dicapai. Visi itu mengungkapkan tujuan jangka panjang, ekspektasi, dan mencerminkan kekuatan dan kapabilitas Arab Saudi. “Kami juga yakin Allah Yang Mahabesar tidak hanya menganugerahi negeri kami dengan hasil minyak bumi,” ujar dia di vision2030.gov.sa.
Kepala Lembaga Hiburan Publik Arab Saudi Ahmed bin Aqeel al-Khatib meyakini langkah mendorong sektor hiburan tepat untuk mewujudkan Visi 2030. Dia menuturkan, pada zaman dulu investor sering berpaling dan memilih menanamkan modal di luar Arab Saudi sebelum mengemas dan menjualnya di Arab Saudi. “Insya Allah, kita semua akan segera menyaksikan perubahan nyata di Arab Saudi,” terang Ahmed.
Untuk menunjang sektor hiburan dan pariwisata, Pemerintah Arab Saudi juga menanamkan modal sebesar USD22 miliar (Rp300,7 triliun) dalam sistem transportasi metro enam rel di Riyadh.
Proyek itu menjadi proyek transportasi terbesar di dunia. Konstruksinya dimulai pada 2014 dan direncanakan selesai pada 2019.
Presiden Lembaga Pengembangan Arriyadh (ADA) Ibrahim bin Mohammed al Sultan mengatakan, proyek transportasi publik itu akan meningkatkan kualitas hidup dan ekonomi di Riyadh. Jim Krane dari Universitas Cambridge menilai langkah Arab Saudi sudah tepat sebab Riyadh merupakan kota global seperti Brussels.
“Pemerintah Arab Saudi sudah sejak lama memandang Riyadh sebagai kandidat ibu kota negara-negara Teluk. Atas hal itu, tidak heran jika Arab Saudi memodernisasi fasilitas di kota tersebut,” ujar Krane. “Arab Saudi juga menyimpan banyak uang tunai. Investasi di bidang apa sich yang lebih baik dibanding infrastruktur?” lanjutnya.
Pengeluaran besar tersebut merupakan bagian dari program reformasi sosial dan ekonomi besutan Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman. Pria berusia 32 tahun itu ingin mendiversifikasi ekonomi dan mengurangi ketergantungan terhadap bisnis minyak salah satunya melalui bisnis pariwisata, budaya, dan hiburan. (Muh Shamil)
(nfl)