AS Pindahkan Kedubes ke Yerusalem 14 Mei, Palestina Marah
A
A
A
RAMALLAH - Rakyat Palestina menyampaikan kemarahannya atas keputusan pemerintah Amerika Serikat (AS) akan memindahkan kedutaan besar (kedubes)-nya di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem pada 14 Mei 2018.
Pejabat Palestina menyatakan, keputusan Washington telah memprovokasi kemarahan orang Arab, serta umat Muslim dan Kristen di seluruh dunia.
Palestina sudah lama mendambakan Yerusalem Timur—wilayah yang diduduki Israel pada tahun 1967 dan kemudian dianeksasi—sebagai ibu kota negara masa depan mereka. Namun, Israel mengklaim seluruh wilayah Yerusalem.
Juru runding utama Palestina, Saeb Erekat, mengecam langkah AS.”Itu menunjukkan tekad untuk melanggar hukum internasional, menghancurkan solusi dua negara dan memprovokasi perasaan rakyat Palestina dan juga semua orang Arab, Muslim dan Kristen di seluruh dunia,” katanya, seperti dikutip Reuters, Sabtu (24/2/2018).
Baca Juga: AS Pindahkan Kedubesnya di Israel ke Yerusalem 14 Mei
Presiden AS Donald Trump beberapa waktu lalu mengumumkan keputusan sepihak, di mana AS secara resmi mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Dalam pengumumannya kala itu, Trump juga memerintahkan pemindahan kedubes AS di Israel dari Tel Aviv ke kota suci Yerusalem.
”Ini adalah langkah yang tidak dapat diterima. Langkah sepihak tidak akan memberikan legitimasi kepada siapapun dan akan menjadi hambatan bagi upaya untuk menciptakan perdamaian di wilayah ini,” kata juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Nabil Abu Rdainah.
Abbas telah menolak upaya perdamaian Timur Tengah yang dipimpin AS, sejak Trump membuat pengumuman yang tidak bisa diterima rakyat Palestina.
Abu Rdainah mengatakan satu-satunya cara untuk mencapai perdamaian, keamanan dan stabilitas adalah proposal Abbas yang disampaikan dalam sebuah pidato di depan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York pada hari Selasa lalu. Proposal itu berisi seruan konferensi internasional untuk memulai proses perdamaian, termasuk “mekanisme multilateral” sebagai permulaannya.
Menurut Abu Rdaineh, Abbas masih berada di AS setelah menjalani pemeriksaan kesehatan di Baltimore pada hari Kamis. Namun, dia akan pulang pada hari Sabtu.
Di Gaza, seorang pejabat Hamas, Sami Abu Zuhri, mengatakan keputusan AS kali ini akan memicu perang. ”Memindahkan Kedutaan Besar AS ke Yerusalem adalah sebuah deklarasi perang melawan negara Arab dan Muslim, dan pemerintahan AS harus mempertimbangkan kembali rencana pemindahannya,” katanya.
Pejabat Palestina menyatakan, keputusan Washington telah memprovokasi kemarahan orang Arab, serta umat Muslim dan Kristen di seluruh dunia.
Palestina sudah lama mendambakan Yerusalem Timur—wilayah yang diduduki Israel pada tahun 1967 dan kemudian dianeksasi—sebagai ibu kota negara masa depan mereka. Namun, Israel mengklaim seluruh wilayah Yerusalem.
Juru runding utama Palestina, Saeb Erekat, mengecam langkah AS.”Itu menunjukkan tekad untuk melanggar hukum internasional, menghancurkan solusi dua negara dan memprovokasi perasaan rakyat Palestina dan juga semua orang Arab, Muslim dan Kristen di seluruh dunia,” katanya, seperti dikutip Reuters, Sabtu (24/2/2018).
Baca Juga: AS Pindahkan Kedubesnya di Israel ke Yerusalem 14 Mei
Presiden AS Donald Trump beberapa waktu lalu mengumumkan keputusan sepihak, di mana AS secara resmi mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Dalam pengumumannya kala itu, Trump juga memerintahkan pemindahan kedubes AS di Israel dari Tel Aviv ke kota suci Yerusalem.
”Ini adalah langkah yang tidak dapat diterima. Langkah sepihak tidak akan memberikan legitimasi kepada siapapun dan akan menjadi hambatan bagi upaya untuk menciptakan perdamaian di wilayah ini,” kata juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Nabil Abu Rdainah.
Abbas telah menolak upaya perdamaian Timur Tengah yang dipimpin AS, sejak Trump membuat pengumuman yang tidak bisa diterima rakyat Palestina.
Abu Rdainah mengatakan satu-satunya cara untuk mencapai perdamaian, keamanan dan stabilitas adalah proposal Abbas yang disampaikan dalam sebuah pidato di depan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York pada hari Selasa lalu. Proposal itu berisi seruan konferensi internasional untuk memulai proses perdamaian, termasuk “mekanisme multilateral” sebagai permulaannya.
Menurut Abu Rdaineh, Abbas masih berada di AS setelah menjalani pemeriksaan kesehatan di Baltimore pada hari Kamis. Namun, dia akan pulang pada hari Sabtu.
Di Gaza, seorang pejabat Hamas, Sami Abu Zuhri, mengatakan keputusan AS kali ini akan memicu perang. ”Memindahkan Kedutaan Besar AS ke Yerusalem adalah sebuah deklarasi perang melawan negara Arab dan Muslim, dan pemerintahan AS harus mempertimbangkan kembali rencana pemindahannya,” katanya.
(mas)