Kisah Pria 102 Tahun Bunuh Diri Ketimbang Lari dari Nuklir Fukushima
A
A
A
FUKUSHIMA - Fumio Okubo, 102, pria di Fukushima, Jepang, memilih bunuh diri ketika disuruh melarikan diri dari bencana nuklir yang melanda kampungnya saat tsunami tahun 2011.
Pengadilan Jepang memerintahkan operator reaktor nuklir Fukushima, Tokyo Electric Power Company (TEPCO), membayar kompensasi sebesar 15,2 juta yen kepada keluarga Okubo. Perusahaan pengelola nuklir itu dianggap bertanggung jawab atas kematian pria berumur lebih dari seabad tersebut.
Gempa dan tsunami Jepang tahun 2011 telah memicu kebocoran beberapa reaktor nuklir TEPCO. Bencana nuklir itu dianggap yang terburuk di dunia sejak bencana nuklir Chernobyl.
Ribuan orang disuruh meninggalkan rumah mereka pada April 2011, sebulan setelah tsunami menghancurkan pabrik nuklir Fukushima. Okubo yang tinggal di sebuah desa yang berjarak 40 km dari pabrik tersebut, termasuk di antara mereka yang disuruh pergi.
Setelah menerima perintah mengevakuasi diri, dia justru memilih bunuh diri. ”Saya tidak ingin mengungsi,” katanya kepada keluarganya beberapa saat setelah diberitahu untuk pergi.
”Saya hidup agak lama,” kata Okubo seperti ditirukan cucunya Mieko.
”Bagi kakek, perintah evakuasi sama dengan diberitahu untuk 'mati',” ujar Mieko, seperti dikutip IB Times, Rabu (21/2/2018).
Pengadilan Distrik Fukushima pada hari Selasa (20/2/2018) menyimpulkan bahwa bunuh diri Okubo terkait dengan “tekanan kuat” saat memikirkan untuk meninggalkan rumahnya.
Menurut pengacara keluarga, pria tua itu tidak pernah tinggal di luar desanya, Iitate, dan khawatir bahwa dia akan menjadi beban bagi keluarganya.
”Penting bahwa pengadilan mengakui orang tertua di desa yang akan tinggal di akhir hayatnya di tanah airnya terkena tragedi yang mengerikan,” kata pihak pengacara kepada pengadilan.
“(Okubo) menderita sakit yang tak tertahankan karena dia sangat mungkin meninggal tanpa bisa kembali ke rumah,” kata hakim Hideki Kanazawa yang memerintahkan TEPCO membayar kompensasi.
Pada tahun 2015, TEPCO juga diperintahkan untuk membayar kompensasi setelah seorang hakim memutuskan beberapa kasus bunuh diri yang terkait langsung dengan bencana nuklir tahun 2011.
Pengadilan Jepang memerintahkan operator reaktor nuklir Fukushima, Tokyo Electric Power Company (TEPCO), membayar kompensasi sebesar 15,2 juta yen kepada keluarga Okubo. Perusahaan pengelola nuklir itu dianggap bertanggung jawab atas kematian pria berumur lebih dari seabad tersebut.
Gempa dan tsunami Jepang tahun 2011 telah memicu kebocoran beberapa reaktor nuklir TEPCO. Bencana nuklir itu dianggap yang terburuk di dunia sejak bencana nuklir Chernobyl.
Ribuan orang disuruh meninggalkan rumah mereka pada April 2011, sebulan setelah tsunami menghancurkan pabrik nuklir Fukushima. Okubo yang tinggal di sebuah desa yang berjarak 40 km dari pabrik tersebut, termasuk di antara mereka yang disuruh pergi.
Setelah menerima perintah mengevakuasi diri, dia justru memilih bunuh diri. ”Saya tidak ingin mengungsi,” katanya kepada keluarganya beberapa saat setelah diberitahu untuk pergi.
”Saya hidup agak lama,” kata Okubo seperti ditirukan cucunya Mieko.
”Bagi kakek, perintah evakuasi sama dengan diberitahu untuk 'mati',” ujar Mieko, seperti dikutip IB Times, Rabu (21/2/2018).
Pengadilan Distrik Fukushima pada hari Selasa (20/2/2018) menyimpulkan bahwa bunuh diri Okubo terkait dengan “tekanan kuat” saat memikirkan untuk meninggalkan rumahnya.
Menurut pengacara keluarga, pria tua itu tidak pernah tinggal di luar desanya, Iitate, dan khawatir bahwa dia akan menjadi beban bagi keluarganya.
”Penting bahwa pengadilan mengakui orang tertua di desa yang akan tinggal di akhir hayatnya di tanah airnya terkena tragedi yang mengerikan,” kata pihak pengacara kepada pengadilan.
“(Okubo) menderita sakit yang tak tertahankan karena dia sangat mungkin meninggal tanpa bisa kembali ke rumah,” kata hakim Hideki Kanazawa yang memerintahkan TEPCO membayar kompensasi.
Pada tahun 2015, TEPCO juga diperintahkan untuk membayar kompensasi setelah seorang hakim memutuskan beberapa kasus bunuh diri yang terkait langsung dengan bencana nuklir tahun 2011.
(mas)