Rezim Suriah Kalap di Ghouta, 150 Orang Lebih Terbunuh
A
A
A
GHOUTA - Pasukan rezim Suriah melancarkan serangan kalap ke wilayah Ghouta Timur sejak Senin hingga Selasa (20/2/2018). Lebih dari 150 orang terbunuh dalam serangan udara di wilayah yang dikuasai kubu pemberontak tersebut.
Menurut pemantau krisis Suriah, pemboman besar-besaran ini dianggap sebagai serangan terberat dari pasukan loyalis Presiden Bashar al-Assad dalam tiga tahun terakhir.
Serangan itu sebagai upaya rezim Assad untuk mengakhiri pemberontakan yang sudah berlangsung selama tujuh tahun.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris mengatakan, lebih dari 150 orang tewas dalam serangan udara, serangan roket dan tembakan di daerah dekat Damaskus. Sebanyak 20 anak-anak menjadi bagian dari orang-orang yang terbunuh.
Direktur Observatorium Suriah untuk Kepala Hak Asasi Manusia Rami Abdel Rahman mengatakan korban tewas sipil akibat pemboman di daerah kantong pemberontak di luar Damaskus pada hari Senin adalah yang terberat sejak awal 2015.
Kelompok White Helmets (Helm Putih), sekelompok pekerja SAR sukarela lokal di Suriah telah berbagi video di akun Twitter mereka tentang seorang pria yang menyelamatkan bayi dari reruntuhan bangunan akibat pemboman udara.
PBB mendesak penghentian pemboman berat di Suriah tak lama setelah serangan di Ghouta Timur. ”Sangat penting untuk mengakhiri penderitaan manusia yang tidak masuk akal ini. Penargetan seperti itu terhadap infrastruktur dan warga sipil yang tidak berdosa harus dihentikan sekarang,” kata Panos Moumtzis, Koordinator Kemanusiaan Regional PBB untuk Krisis Suriah, dalam sebuah pernyataan.
Sejak 2012, Ghouta timur menjadi kantong oposisi atau pemberontak terakhir di sekitar Damaskus. Rezim Assad telah mengirim pasukan bala bantuan untuk merebut kembali kota tersebut.
Moumtzis mengatakan bahwa situasi kemanusiaan di daerah kantong pemberontak tersebut sudah tidak terkendali.
”Eskalasi kekerasan baru-baru ini telah membentuk situasi kemanusiaan yang sudah genting bagi 393.000 penduduk Ghouta Timur, banyak di antaranya mengungsi,” katanya, seperti dikutip AFP.
Pemerintah maupun militer rezim Suriah belum berkomentar atas serangan besar-besaran di Ghouta Timur. Seruan gencatan senjata dari PBB juga belum ditanggapi pihak Damaskus.
Menurut pemantau krisis Suriah, pemboman besar-besaran ini dianggap sebagai serangan terberat dari pasukan loyalis Presiden Bashar al-Assad dalam tiga tahun terakhir.
Serangan itu sebagai upaya rezim Assad untuk mengakhiri pemberontakan yang sudah berlangsung selama tujuh tahun.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris mengatakan, lebih dari 150 orang tewas dalam serangan udara, serangan roket dan tembakan di daerah dekat Damaskus. Sebanyak 20 anak-anak menjadi bagian dari orang-orang yang terbunuh.
Direktur Observatorium Suriah untuk Kepala Hak Asasi Manusia Rami Abdel Rahman mengatakan korban tewas sipil akibat pemboman di daerah kantong pemberontak di luar Damaskus pada hari Senin adalah yang terberat sejak awal 2015.
Kelompok White Helmets (Helm Putih), sekelompok pekerja SAR sukarela lokal di Suriah telah berbagi video di akun Twitter mereka tentang seorang pria yang menyelamatkan bayi dari reruntuhan bangunan akibat pemboman udara.
PBB mendesak penghentian pemboman berat di Suriah tak lama setelah serangan di Ghouta Timur. ”Sangat penting untuk mengakhiri penderitaan manusia yang tidak masuk akal ini. Penargetan seperti itu terhadap infrastruktur dan warga sipil yang tidak berdosa harus dihentikan sekarang,” kata Panos Moumtzis, Koordinator Kemanusiaan Regional PBB untuk Krisis Suriah, dalam sebuah pernyataan.
Sejak 2012, Ghouta timur menjadi kantong oposisi atau pemberontak terakhir di sekitar Damaskus. Rezim Assad telah mengirim pasukan bala bantuan untuk merebut kembali kota tersebut.
Moumtzis mengatakan bahwa situasi kemanusiaan di daerah kantong pemberontak tersebut sudah tidak terkendali.
”Eskalasi kekerasan baru-baru ini telah membentuk situasi kemanusiaan yang sudah genting bagi 393.000 penduduk Ghouta Timur, banyak di antaranya mengungsi,” katanya, seperti dikutip AFP.
Pemerintah maupun militer rezim Suriah belum berkomentar atas serangan besar-besaran di Ghouta Timur. Seruan gencatan senjata dari PBB juga belum ditanggapi pihak Damaskus.
(mas)