Emir Qatar: Blokade oleh Arab Saudi Cs Sia-sia
A
A
A
MUNICH - Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, mengatakan blokade yang dilakukan Arab Saudi dan negara-negara Arab lain terhadap Doha adalah pekerjaan sia-sia. Dia memperingatkan bahwa krisis antar-negara Teluk telah merongrong keamanan dan prospek ekonomi di kawasan tersebut.
Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain dan Mesir memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar pada 5 Juni 2017 dan memberlakukan embargo darat, laut dan udara. Qatar dimusuhi atas tuduhan mendukung terorisme. Namun, Doha telah berulang kali membantah tuduhan tersebut.
”Ini adalah krisis yang sia-sia, diproduksi oleh tetangga kami,” Sheikh Tamim dalam sebuah konferensi keamanan yang diadakan di Jerman pada hari Jumat.
”Dengan meredakan dampak tindakan ilegal dan agresif yang diberlakukan pada rakyat kami, Qatar telah mempertahankan kedaulatannya,” ujarnya.
”Para aktor agresif tersebut ingin menggunakan negara-negara yang lebih kecil sebagai pion dalam permainan kekuasaan dan konflik sektarian mereka,” sambung Sheikh Tamim, yang dilansir Al Jazeera, Sabtu (17/2/2018).
Terlepas dari tindakan permusuhan dari negara-negara tetangga, Qatar telah mengembangkan jalur perdagangan internasional baru dan mempercepat keragaman ekonomi.
Pada 22 Juni 2017, kuartet Arab tersebut mengeluarkan 13 butir daftar tuntutan, termasuk penutupan jaringan media Qatar Al Jazeera, membatasi hubungan dengan Iran dan mengusir tentara Turki yang ditempatkan di negara tersebut sebagai prasyarat untuk mencabut blokade.
Qatar menolak semua tuntutan tersebut dan mencela kuartet Arab sebagai upaya untuk melanggar kedaulatan Doha.
”Sangat penting bagi kepentingan rakyat Timur Tengah untuk menjamin kedaulatan negara seperti Qatar,” imbuh Sheikh Tamim dalam pidatonya di Konferensi Keamanan Munich.
Dia menegaskan bahwa Doha bertekad mempertahankan kedaulatan dan mengambil keputusan independen yang memastikan pengembangan pembangunan termasuk menjamin kebebasan media untuk berbicara.”Negara-negara pemblokir menuntut agar kami menyerah,” katanya.
Sheikh Tamim menyerukan penyelesaian keamanan komprehensif di Timur Tengah, dengan mengatakan bahwa wilayah tersebut harus diselamatkan dari ambang bencana.
”Saya percaya inilah saatnya keamanan regional yang lebih luas di Timur Tengah agar semua negara di kawasan ini melupakan masa lalu dan menyetujui prinsip-prinsip keamanan dasar dan peraturan pemerintahan,” katanya.
Menurutnya, model pemerintahan masa depan untuk kawasan tersebut harus berbasis pada Uni Eropa.
Sebelumnya pada hari Jumat, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan sebuah kekacauan di Timur Tengah.
”Timur Tengah (memiliki) sejumlah patahan yang berbeda yang saling silang dan saling berhubungan,” kata Guterres dalam pidatonya pada konferensi tersebut, yang menunjukkan adanya ketegangan antara Israel dan Palestina, Sunni dan Syiah dan krisis Teluk.
Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain dan Mesir memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar pada 5 Juni 2017 dan memberlakukan embargo darat, laut dan udara. Qatar dimusuhi atas tuduhan mendukung terorisme. Namun, Doha telah berulang kali membantah tuduhan tersebut.
”Ini adalah krisis yang sia-sia, diproduksi oleh tetangga kami,” Sheikh Tamim dalam sebuah konferensi keamanan yang diadakan di Jerman pada hari Jumat.
”Dengan meredakan dampak tindakan ilegal dan agresif yang diberlakukan pada rakyat kami, Qatar telah mempertahankan kedaulatannya,” ujarnya.
”Para aktor agresif tersebut ingin menggunakan negara-negara yang lebih kecil sebagai pion dalam permainan kekuasaan dan konflik sektarian mereka,” sambung Sheikh Tamim, yang dilansir Al Jazeera, Sabtu (17/2/2018).
Terlepas dari tindakan permusuhan dari negara-negara tetangga, Qatar telah mengembangkan jalur perdagangan internasional baru dan mempercepat keragaman ekonomi.
Pada 22 Juni 2017, kuartet Arab tersebut mengeluarkan 13 butir daftar tuntutan, termasuk penutupan jaringan media Qatar Al Jazeera, membatasi hubungan dengan Iran dan mengusir tentara Turki yang ditempatkan di negara tersebut sebagai prasyarat untuk mencabut blokade.
Qatar menolak semua tuntutan tersebut dan mencela kuartet Arab sebagai upaya untuk melanggar kedaulatan Doha.
”Sangat penting bagi kepentingan rakyat Timur Tengah untuk menjamin kedaulatan negara seperti Qatar,” imbuh Sheikh Tamim dalam pidatonya di Konferensi Keamanan Munich.
Dia menegaskan bahwa Doha bertekad mempertahankan kedaulatan dan mengambil keputusan independen yang memastikan pengembangan pembangunan termasuk menjamin kebebasan media untuk berbicara.”Negara-negara pemblokir menuntut agar kami menyerah,” katanya.
Sheikh Tamim menyerukan penyelesaian keamanan komprehensif di Timur Tengah, dengan mengatakan bahwa wilayah tersebut harus diselamatkan dari ambang bencana.
”Saya percaya inilah saatnya keamanan regional yang lebih luas di Timur Tengah agar semua negara di kawasan ini melupakan masa lalu dan menyetujui prinsip-prinsip keamanan dasar dan peraturan pemerintahan,” katanya.
Menurutnya, model pemerintahan masa depan untuk kawasan tersebut harus berbasis pada Uni Eropa.
Sebelumnya pada hari Jumat, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan sebuah kekacauan di Timur Tengah.
”Timur Tengah (memiliki) sejumlah patahan yang berbeda yang saling silang dan saling berhubungan,” kata Guterres dalam pidatonya pada konferensi tersebut, yang menunjukkan adanya ketegangan antara Israel dan Palestina, Sunni dan Syiah dan krisis Teluk.
(mas)