AS: China Bangun 7 Pangkalan Militer Baru di Laut China Selatan
A
A
A
WASHINGTON - Beijing telah memperluas kehadiran militernya di Laut CHina Selatan dengan membangun tujuh pangkalan militer baru. Hal itu dipaparkan Kepala Komando Pasifik Amerika Serikat (AS) Laksamana Harry Harris kepada Kongres di Washington.
”Pulau-pulau reklamasi China yang dibangun di Laut China Selatan pada tahun lalu, dengan hanggar pesawat terbang, barak militer dan landasan pacu yang diperluas sampai pada titik di mana China memiliki tujuh basis operasional di jalur pelayaran internasional yang sibuk,” kata Harris.
Fasilitas tersebut, ujar Harris, meliputi hanggar jet tempur, barak, rumah radar, senjata peledak dan landasan pacu 10.000 kaki.
Laksamana yang telah digadang-gadang oleh Gedung Putih untuk menjadi duta besar AS berikutnya di Australia itu menjelaskan bahwa militer China dengan cepat “mengejar” AS di hampir setiap wilayah.
“China mencoba untuk menegaskan kedaulatan de facto atas fitur maritim yang disengketakan dengan militerisasi lebih jauh di basis buatannya,” ujar Harris, seperti dikutip Sputnik, Jumat (16/2/2018).
Kawasan sengketa yang menghasilkan triliunan dolar setiap tahunnya dari lalu lintas kapal dunia itu sebagian besar diklaim China. Namun, Brunei, Vietnam, Taiwan, Malaysia dan Filipina juga memiliki klaim yang saling tumpang tindih.
“Pendekatan China terhadap pulau-pulau militer di Laut China Selatan telah terkoordinasi, metodis dan strategis,” kata Harris. ”Beijing menggunakan kekuatan militer dan ekonominya untuk mengikis tatanan internasional yang bebas dan terbuka,” imbuh dia.
Baca Juga: China Manuverkan Jet Tempur Su-35, AS Ingin Kerahkan Kapal Induk
Militer AS dalam minggu ini akan mengerahkan kapal induk USS Carl Vinson lengkap dengan kelompok tempurnya di kawasan sengketa di Laut China Selatan. Langkah AS untuk menegaskan pengaruhnya di kawasan regional ini diumumkan setelah China mengerahkan skuadron jet tempur Su-35 buatan Rusia ke kawasan tersebut beberapa hari lalu.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov sebelumnya memperingatkan bahwa kehadiran militer AS yang meningkat di wilayah tersebut dapat menyebabkan bentrokan.
”Penumpukan pesawat militer dan angkatan laut AS di wilayah ini dapat dengan jelas, jika tidak sengaja, memprovokasi dimensi militer dari perselisihan teritorial ini,” kata Lavrov pada 11 Februari 2018 lalu.
”Saya pikir ini adalah permainan yang sangat berisiko. Amerika Serikat sudah mencari tidak hanya di Korea Utara, meskipun ini membenarkan kehadiran militernya oleh isu Korea Utara, tapi juga (dilakukan) di Laut China Selatan, di mana China mengadakan perundingan dengan asosiasi negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) untuk penyelesaian masalah teritorial yang disengketakan,” ujar Lavrov.
”Pulau-pulau reklamasi China yang dibangun di Laut China Selatan pada tahun lalu, dengan hanggar pesawat terbang, barak militer dan landasan pacu yang diperluas sampai pada titik di mana China memiliki tujuh basis operasional di jalur pelayaran internasional yang sibuk,” kata Harris.
Fasilitas tersebut, ujar Harris, meliputi hanggar jet tempur, barak, rumah radar, senjata peledak dan landasan pacu 10.000 kaki.
Laksamana yang telah digadang-gadang oleh Gedung Putih untuk menjadi duta besar AS berikutnya di Australia itu menjelaskan bahwa militer China dengan cepat “mengejar” AS di hampir setiap wilayah.
“China mencoba untuk menegaskan kedaulatan de facto atas fitur maritim yang disengketakan dengan militerisasi lebih jauh di basis buatannya,” ujar Harris, seperti dikutip Sputnik, Jumat (16/2/2018).
Kawasan sengketa yang menghasilkan triliunan dolar setiap tahunnya dari lalu lintas kapal dunia itu sebagian besar diklaim China. Namun, Brunei, Vietnam, Taiwan, Malaysia dan Filipina juga memiliki klaim yang saling tumpang tindih.
“Pendekatan China terhadap pulau-pulau militer di Laut China Selatan telah terkoordinasi, metodis dan strategis,” kata Harris. ”Beijing menggunakan kekuatan militer dan ekonominya untuk mengikis tatanan internasional yang bebas dan terbuka,” imbuh dia.
Baca Juga: China Manuverkan Jet Tempur Su-35, AS Ingin Kerahkan Kapal Induk
Militer AS dalam minggu ini akan mengerahkan kapal induk USS Carl Vinson lengkap dengan kelompok tempurnya di kawasan sengketa di Laut China Selatan. Langkah AS untuk menegaskan pengaruhnya di kawasan regional ini diumumkan setelah China mengerahkan skuadron jet tempur Su-35 buatan Rusia ke kawasan tersebut beberapa hari lalu.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov sebelumnya memperingatkan bahwa kehadiran militer AS yang meningkat di wilayah tersebut dapat menyebabkan bentrokan.
”Penumpukan pesawat militer dan angkatan laut AS di wilayah ini dapat dengan jelas, jika tidak sengaja, memprovokasi dimensi militer dari perselisihan teritorial ini,” kata Lavrov pada 11 Februari 2018 lalu.
”Saya pikir ini adalah permainan yang sangat berisiko. Amerika Serikat sudah mencari tidak hanya di Korea Utara, meskipun ini membenarkan kehadiran militernya oleh isu Korea Utara, tapi juga (dilakukan) di Laut China Selatan, di mana China mengadakan perundingan dengan asosiasi negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) untuk penyelesaian masalah teritorial yang disengketakan,” ujar Lavrov.
(mas)