AS Ingin Terus Kencangkan Tekanan kepada Korea Utara
A
A
A
HONOLULU - Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel) akan terus mengkencangkan tekanan terhadap Pyongyang sehingga negara pertapa tersebut menghentikan program nuklirnya. Hal itu ditegaskan kepala Pentagon Jim Mattis.
"Sebagai dua negara pecinta perdamaian, Republik Korea dan Amerika menyambut baik perundingan Olimpiade antara Korea Selatan dan Korea Utara sementara pada saat yang sama tetap teguh dengan mengkampanyekan tekanan ekonomi internasional untuk memperjuangkan kembali semenanjung Korea," kata Mattis di Honolulu seperti dikutip dari AFP, Sabtu (27/1/2018).
Menteri Pertahanan AS itu berbicara pada awal pertemuan dengan rekannya dari Korsel Song Young-moo di markas besar Komando Pasifik AS, atau PACOM, di Hawaii.
"Diplomasi harus mempertimbangkan alasan retorika Kim yang sembrono dan provokasi yang berbahaya," kata Mattis, memperingatkan bahwa perundingan Olimpiade Musim Dingin dan perihal hubungan antar-Korea yang menyertai mereka tidak menyelesaikan masalah menyeluruh.
"Rejim Kim adalah ancaman bagi seluruh dunia. Tanggapan kami terhadap ancaman ini tetap dipimpin oleh diplomasi, didukung dengan pilihan militer yang tersedia untuk memastikan bahwa para diplomat kita dipahami untuk berbicara dari posisi yang kuat," imbuhnya.
Pyongyang telah sepakat untuk mengirim atlet dan delegasi pendukung ke Seoul untuk Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang bulan depan. Kedua negara juga sepakat untuk membentuk tim hoki es wanita bersatu.
Langkah tersebut berlanjut setelah berbulan-bulan permohonan dari Seoul untuk ambil bagian dalam "Olimpiade perdamaian", yang mendorong perbaikan langka dan cepat di atmosfer di semenanjung tersebut.
Namun Korut juga sedang mempersiapkan pawai militer besar-besaran di Pyongyang pada 8 Februari, sehari sebelum upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin.
Baca Juga: Korut Bakal Gelar Demonstrasi Militer Jelang Pembukaan Olimpiade
Korut telah lama mengatakan bahwa mereka terbuka untuk perundingan tanpa prasyarat, namun AS mengatakan bahwa hal tersebut harus terlebih dahulu melakukan langkah konkret menuju denuklirisasi, walaupun pemerintahan Presiden Donald Trump kadang-kadang mengirim pesan yang beragam dan bertentangan mengenai masalah tersebut.
"Sebagai dua negara pecinta perdamaian, Republik Korea dan Amerika menyambut baik perundingan Olimpiade antara Korea Selatan dan Korea Utara sementara pada saat yang sama tetap teguh dengan mengkampanyekan tekanan ekonomi internasional untuk memperjuangkan kembali semenanjung Korea," kata Mattis di Honolulu seperti dikutip dari AFP, Sabtu (27/1/2018).
Menteri Pertahanan AS itu berbicara pada awal pertemuan dengan rekannya dari Korsel Song Young-moo di markas besar Komando Pasifik AS, atau PACOM, di Hawaii.
"Diplomasi harus mempertimbangkan alasan retorika Kim yang sembrono dan provokasi yang berbahaya," kata Mattis, memperingatkan bahwa perundingan Olimpiade Musim Dingin dan perihal hubungan antar-Korea yang menyertai mereka tidak menyelesaikan masalah menyeluruh.
"Rejim Kim adalah ancaman bagi seluruh dunia. Tanggapan kami terhadap ancaman ini tetap dipimpin oleh diplomasi, didukung dengan pilihan militer yang tersedia untuk memastikan bahwa para diplomat kita dipahami untuk berbicara dari posisi yang kuat," imbuhnya.
Pyongyang telah sepakat untuk mengirim atlet dan delegasi pendukung ke Seoul untuk Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang bulan depan. Kedua negara juga sepakat untuk membentuk tim hoki es wanita bersatu.
Langkah tersebut berlanjut setelah berbulan-bulan permohonan dari Seoul untuk ambil bagian dalam "Olimpiade perdamaian", yang mendorong perbaikan langka dan cepat di atmosfer di semenanjung tersebut.
Namun Korut juga sedang mempersiapkan pawai militer besar-besaran di Pyongyang pada 8 Februari, sehari sebelum upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin.
Baca Juga: Korut Bakal Gelar Demonstrasi Militer Jelang Pembukaan Olimpiade
Korut telah lama mengatakan bahwa mereka terbuka untuk perundingan tanpa prasyarat, namun AS mengatakan bahwa hal tersebut harus terlebih dahulu melakukan langkah konkret menuju denuklirisasi, walaupun pemerintahan Presiden Donald Trump kadang-kadang mengirim pesan yang beragam dan bertentangan mengenai masalah tersebut.
(ian)