Venezuela Percepat Pemilu, Maduro Siap Pertahankan Jabatan
A
A
A
CARACAS - Majelis Konstituante Venezuela mengatakan negara itu akan mengadakan pemilihan presiden pada akhir April. Keputusan mempercepat pemilu ini sesuai harapan Presiden Nicholas Maduro untuk meraih kemenangan atas oposisi yang terbelah dan memenangkan masa jabatan kedua kalinya.
Maduro, yang merupakan suksesor dari Hugo Chavez, mengatakan bahwa dia siap untuk mencalonkan diri jika dia menerima nominasi dari partainya.
"Saya adalah seorang pekerja, seorang yang rendah hati," katanya kepada wartawan sebelum naik ke panggung dalam sebuah demonstrasi di Caracas.
"Jika Partai Sosialis Bersatu Venezuela percaya bahwa saya harus menjadi kandidat presiden saya siap melayani Anda," imbuhnya seperti dikutip dari AFP, Rabu (24/1/2018).
Ini adalah pernyataan terbaru dari Maduro, yang mengambil alih kekuasaan pada bulan April 2013 setelah Chavez meninggal dunia karena kanker, yang mengumumkan pencalonannya secara langsung. Meski belum secara formal dinominasikan oleh partainya, tapi nampaknya sudah ada kepastian.
Pejabat tinggi partai Diosdado Cabello mengkonfirmasi kepada Majelis Konstituante bahwa Maduro akan menjadi kandidat tunggal partai tersebut.
"Kami tidak akan memiliki masalah, kami hanya memiliki satu kandidat untuk melanjutkan revolusi," katanya, saat delegasi meneriakkan "Nicolas, Nicolas."
Wakil Presiden Tareck El Aissami mengatakan pada sebuah pesta akhir tahun lalu bahwa Maduro mengincar masa jabatan kedua.
Sebelumnya pemilu Venezuela dijadwalkan akan dilakukan pada akhir tahun. Namun para analis memperkirakan Maduro akan mencoba memajukan pemilu untuk mendapatkan keuntungan dari lawan-lawannya saat mereka bangkit dar serangkaian kekalahan baru-baru ini.
"Ini benar-benar logis bagi pemerintah untuk memajukan pemilihan, pertama karena menghadapi tahun yang sangat rumit secara ekonomi, dan kedua, mereka berusaha menangkap oposisi pada saat terjadi banyak gangguan," kata analis Benigno Alarcon.
Maduro sendiri bukan seorang pemimpin yang populis. Tingkat ketidaksukaan kepadanya telah meningkat menjadi 70 persen seiring tergelincirnya negara itu ke dalam krisis ekonomi yang parah akibat korupsi dan jatuhnya harga minyak mentah.
Sayangnya, kelompok oposisi yang tergabung dalam Democratic Union Roundtable (MUD) terbagi dan tidak bisa memanfaatkan hal itu.
Sebaliknya, oposisi telah mengalami serangkaian kekalahan dalam pemilihan regional dan kota. Mereka menuding pemerintah telah melakukan kecurangan secara besar-besaran, namun di sisi lain mereka juga menyaksikan kelompok Sosialis telah mengkonsolidasikan kekuasaan mereka.
"Hari ini, besok, di masa lalu, satu-satunya kebenaran besar adalah bahwa pemerintah dan kepemimpinannya dibenci oleh mayoritas besar orang Venezuela," kata mantan kandidat presiden Henrique Capriles di Twitter.
Cabello mengatakan bahwa Dewan Pemilihan Nasional (CNE) - yang dituduh oleh pihak oposisi untuk mengabdi pada pemerintah - akan menentukan tanggal pasti pemilihan, yang dia katakan akan dihelat sebelum 30 April.
Cabello mengatakan keputusan untuk mempercepat pemilu itu adalah tanggapan terhadap Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) karena menjatuhkan sanksi kepada Venezuela, yang menurutnya memiliki tujuan tunggal untuk mengupayakan perubahan pemerintahan.
"Jika dunia ingin menerapkan sanksi, kami akan menerapkan pemilihan," kata Cabello kepada Majelis Konstituante, yang dibuat tahun lalu untuk merebut kekuasaan badan legislatif yang didominasi oposisi.
"Kekuatan kekaisaran telah melepaskan sebuah kampanye sistematis dan penuh kebencian terhadap Venezuela," katanya.
Pekan lalu, UE memasukkan daftar hitam tujuh pejabat senior Venezuela mengenai pelanggaran hak asasi manusia, termasuk menteri dalam negeri, kepala intelijen, jaksa agung, kepala CNE dan Cabello sendiri.
AS juga mengumumkan serangkaian sanksi terhadap Venezuela karena Maduro memiliki kekuatan konsolidasi di tengah tindakan keras terhadap lawan-lawannya.
Maduro, yang merupakan suksesor dari Hugo Chavez, mengatakan bahwa dia siap untuk mencalonkan diri jika dia menerima nominasi dari partainya.
"Saya adalah seorang pekerja, seorang yang rendah hati," katanya kepada wartawan sebelum naik ke panggung dalam sebuah demonstrasi di Caracas.
"Jika Partai Sosialis Bersatu Venezuela percaya bahwa saya harus menjadi kandidat presiden saya siap melayani Anda," imbuhnya seperti dikutip dari AFP, Rabu (24/1/2018).
Ini adalah pernyataan terbaru dari Maduro, yang mengambil alih kekuasaan pada bulan April 2013 setelah Chavez meninggal dunia karena kanker, yang mengumumkan pencalonannya secara langsung. Meski belum secara formal dinominasikan oleh partainya, tapi nampaknya sudah ada kepastian.
Pejabat tinggi partai Diosdado Cabello mengkonfirmasi kepada Majelis Konstituante bahwa Maduro akan menjadi kandidat tunggal partai tersebut.
"Kami tidak akan memiliki masalah, kami hanya memiliki satu kandidat untuk melanjutkan revolusi," katanya, saat delegasi meneriakkan "Nicolas, Nicolas."
Wakil Presiden Tareck El Aissami mengatakan pada sebuah pesta akhir tahun lalu bahwa Maduro mengincar masa jabatan kedua.
Sebelumnya pemilu Venezuela dijadwalkan akan dilakukan pada akhir tahun. Namun para analis memperkirakan Maduro akan mencoba memajukan pemilu untuk mendapatkan keuntungan dari lawan-lawannya saat mereka bangkit dar serangkaian kekalahan baru-baru ini.
"Ini benar-benar logis bagi pemerintah untuk memajukan pemilihan, pertama karena menghadapi tahun yang sangat rumit secara ekonomi, dan kedua, mereka berusaha menangkap oposisi pada saat terjadi banyak gangguan," kata analis Benigno Alarcon.
Maduro sendiri bukan seorang pemimpin yang populis. Tingkat ketidaksukaan kepadanya telah meningkat menjadi 70 persen seiring tergelincirnya negara itu ke dalam krisis ekonomi yang parah akibat korupsi dan jatuhnya harga minyak mentah.
Sayangnya, kelompok oposisi yang tergabung dalam Democratic Union Roundtable (MUD) terbagi dan tidak bisa memanfaatkan hal itu.
Sebaliknya, oposisi telah mengalami serangkaian kekalahan dalam pemilihan regional dan kota. Mereka menuding pemerintah telah melakukan kecurangan secara besar-besaran, namun di sisi lain mereka juga menyaksikan kelompok Sosialis telah mengkonsolidasikan kekuasaan mereka.
"Hari ini, besok, di masa lalu, satu-satunya kebenaran besar adalah bahwa pemerintah dan kepemimpinannya dibenci oleh mayoritas besar orang Venezuela," kata mantan kandidat presiden Henrique Capriles di Twitter.
Cabello mengatakan bahwa Dewan Pemilihan Nasional (CNE) - yang dituduh oleh pihak oposisi untuk mengabdi pada pemerintah - akan menentukan tanggal pasti pemilihan, yang dia katakan akan dihelat sebelum 30 April.
Cabello mengatakan keputusan untuk mempercepat pemilu itu adalah tanggapan terhadap Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) karena menjatuhkan sanksi kepada Venezuela, yang menurutnya memiliki tujuan tunggal untuk mengupayakan perubahan pemerintahan.
"Jika dunia ingin menerapkan sanksi, kami akan menerapkan pemilihan," kata Cabello kepada Majelis Konstituante, yang dibuat tahun lalu untuk merebut kekuasaan badan legislatif yang didominasi oposisi.
"Kekuatan kekaisaran telah melepaskan sebuah kampanye sistematis dan penuh kebencian terhadap Venezuela," katanya.
Pekan lalu, UE memasukkan daftar hitam tujuh pejabat senior Venezuela mengenai pelanggaran hak asasi manusia, termasuk menteri dalam negeri, kepala intelijen, jaksa agung, kepala CNE dan Cabello sendiri.
AS juga mengumumkan serangkaian sanksi terhadap Venezuela karena Maduro memiliki kekuatan konsolidasi di tengah tindakan keras terhadap lawan-lawannya.
(ian)