China: AS Hanya Pikiran Konfrontasi dan Konflik
A
A
A
BEIJING - Pemerintah China mengecam keras strategi pertahanan baru Amerika Serikat (AS) yang diumumkan beberapa waktu lalu, yang dinilai oleh China sebagai pola pikir perang dingin. Menurut Beijing strategi baru ini dapat menimbulkan konflik dan konfrontasi.
"Jika beberapa orang melihat dunia melalui perang dingin dan pola pikir permainan zero-sum (ingin menang sendiri), mereka ditakdirkan untuk hanya melihat konflik dan konfrontasi," kata Kedutaan Besar China di AS.
"Dengan pola pikir seperti itu, perdamaian dan pembangunan global adalah cita-cita yang tak terjangkau. China mencari kemitraan global, bukan dominasi global," sambungnya dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Sputnik pada Minggu (21/1).
Sebelumnya diwartakan, pemerintah AS merilis strategi keamanan baru bernama "Kompetisi Strategis Antar Negara" sebagai perhatian utamanya daripada serangan jihad. Ini menandai titik kritis setelah hampir dua dekade ketika AS fokus untuk melawan terorisme setelah serangan 11 September.
China, Rusia, Korea Utara (Korut) dan Iran semuanya disebut-sebut sebagai kekuatan yang mengancam tatanan internasional. Strategi tersebut menandakan kembalinya mentalitas gaya Perang Dingin dalam kebijakan luar negeri AS yang akan fokus pada melawan kekuatan besar yang menjadi pesaingnya.
Menteri Pertahanan AS, James Mattis, menjelaskan alasan di balik strategi pertahanan nasional setebal 11 halaman itu dalam sebuah pidato.
"Kami akan terus menuntut kampanye melawan teroris yang kita hadapi saat ini, tapi persaingan dengan kekuatan besar - bukan terorisme - sekarang menjadi fokus utama keamanan nasional AS. Bagi mereka yang akan mengancam eksperimen Amerika dalam demokrasi: mereka harus tahu apakah Anda menantang kita, ini akan menjadi hari terpanjang dan terburuk Anda," ucap Mattis.
"Jika beberapa orang melihat dunia melalui perang dingin dan pola pikir permainan zero-sum (ingin menang sendiri), mereka ditakdirkan untuk hanya melihat konflik dan konfrontasi," kata Kedutaan Besar China di AS.
"Dengan pola pikir seperti itu, perdamaian dan pembangunan global adalah cita-cita yang tak terjangkau. China mencari kemitraan global, bukan dominasi global," sambungnya dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Sputnik pada Minggu (21/1).
Sebelumnya diwartakan, pemerintah AS merilis strategi keamanan baru bernama "Kompetisi Strategis Antar Negara" sebagai perhatian utamanya daripada serangan jihad. Ini menandai titik kritis setelah hampir dua dekade ketika AS fokus untuk melawan terorisme setelah serangan 11 September.
China, Rusia, Korea Utara (Korut) dan Iran semuanya disebut-sebut sebagai kekuatan yang mengancam tatanan internasional. Strategi tersebut menandakan kembalinya mentalitas gaya Perang Dingin dalam kebijakan luar negeri AS yang akan fokus pada melawan kekuatan besar yang menjadi pesaingnya.
Menteri Pertahanan AS, James Mattis, menjelaskan alasan di balik strategi pertahanan nasional setebal 11 halaman itu dalam sebuah pidato.
"Kami akan terus menuntut kampanye melawan teroris yang kita hadapi saat ini, tapi persaingan dengan kekuatan besar - bukan terorisme - sekarang menjadi fokus utama keamanan nasional AS. Bagi mereka yang akan mengancam eksperimen Amerika dalam demokrasi: mereka harus tahu apakah Anda menantang kita, ini akan menjadi hari terpanjang dan terburuk Anda," ucap Mattis.
(esn)