Media Korut Ledek Trump soal Tombol Nuklir: Gejala Orang Gila
A
A
A
PYONGYANG - Media yang dikelola pemerintah Korea Utara (Korut) meledek Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menyombongkan tombol nuklir merah dan besar yang sejatinya tidak berwujud seperti itu. Media Pyongyang itu menganggap retorika tersebut sebagai “gejala orang gila”.
Dalam laporan editorialnya, surat kabar Rodong Sinmun mencantumkan tweet Presiden Trump yang berbunyi; ”Saya juga memiliki Tombol Nuklir, tapi ini jauh lebih besar dan lebih kuat daripada dia (milik Kim Jong-un), dan Tombol saya bekerja!”
“Tweet tersebut sebagai gejala orang gila,” tulis Rodong Sinmun, Selasa (16/1/2018).
“Gejala pada Trump di tahun baru ini mencerminkan keadaan mental seorang pecundang yang putus asa yang gagal untuk memeriksa kemajuan tentara dan rakyat DPRK yang kuat,” lanjut editorial yang menggunakan akronim untuk nama resmi Korea Utara, Democratic People's Republic of Korea.
”Dia membuat gertakan hanya untuk didiagnosis sebagai psikopat,” sambung editorial tersebut dengan diksi hinaan.
Komentar keras seperti itu sudah biasa bagi media Korea Utara. Tapi, Trump juga kerap meladeni dengan melontarkan hinaan balik, seperti pernah menyebut pemimpin Korut Kim Jong-un sebagai “little rocket man”.
Retorika tombol nuklir sebenarnya bermula dari pidato Tahun Baru Kim Jong-un. Pemimpin Korut itu awalnya mengatakan, tombol nuklir selalu ada di mejanya dan seluruh wilayah AS berada dalam jangkauan senjatanya.
“Ini adalah kenyataan, bukan ancaman,” kata Kim saat itu.
Ancaman Kim itulah yang memicu balasan dari Trump, meski dianggap berlebihan. Alasannya, metafora tombol nuklir yang disebut Trump “besar” itu sebenarnya tidak pernah ada.
Kode perintah serangan nuklir Presiden AS yang dikenal sebagai “Nuclear Football” berwujud tas kerja yang di dalamnya berisi tombol-tombol perintah yang terhubung dengan eksekutor serangan nuklir Pentagon. Tas kerja itu dibawa para perwira Pentagon yang selalu mengikuti Trump kemana pun dia pergi.
Dalam laporan editorialnya, surat kabar Rodong Sinmun mencantumkan tweet Presiden Trump yang berbunyi; ”Saya juga memiliki Tombol Nuklir, tapi ini jauh lebih besar dan lebih kuat daripada dia (milik Kim Jong-un), dan Tombol saya bekerja!”
“Tweet tersebut sebagai gejala orang gila,” tulis Rodong Sinmun, Selasa (16/1/2018).
“Gejala pada Trump di tahun baru ini mencerminkan keadaan mental seorang pecundang yang putus asa yang gagal untuk memeriksa kemajuan tentara dan rakyat DPRK yang kuat,” lanjut editorial yang menggunakan akronim untuk nama resmi Korea Utara, Democratic People's Republic of Korea.
”Dia membuat gertakan hanya untuk didiagnosis sebagai psikopat,” sambung editorial tersebut dengan diksi hinaan.
Komentar keras seperti itu sudah biasa bagi media Korea Utara. Tapi, Trump juga kerap meladeni dengan melontarkan hinaan balik, seperti pernah menyebut pemimpin Korut Kim Jong-un sebagai “little rocket man”.
Retorika tombol nuklir sebenarnya bermula dari pidato Tahun Baru Kim Jong-un. Pemimpin Korut itu awalnya mengatakan, tombol nuklir selalu ada di mejanya dan seluruh wilayah AS berada dalam jangkauan senjatanya.
“Ini adalah kenyataan, bukan ancaman,” kata Kim saat itu.
Ancaman Kim itulah yang memicu balasan dari Trump, meski dianggap berlebihan. Alasannya, metafora tombol nuklir yang disebut Trump “besar” itu sebenarnya tidak pernah ada.
Kode perintah serangan nuklir Presiden AS yang dikenal sebagai “Nuclear Football” berwujud tas kerja yang di dalamnya berisi tombol-tombol perintah yang terhubung dengan eksekutor serangan nuklir Pentagon. Tas kerja itu dibawa para perwira Pentagon yang selalu mengikuti Trump kemana pun dia pergi.
(mas)