Gedung Putih: Trump-Macron Bahas Korea Utara dan Iran
A
A
A
WASHINGTON - Gedung Putih mengatakan bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah melakukan pembicaraan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada akhir pekan lalu. Dalam kesempatan itu, Trump memberi informasi kepada Macron mengenai perkembangan di Semenanjung Korea dan keduanya membahas demonstrasi di Iran.
Gedung Putih mengatakan bahwa percakapan tersebut dimaksudkan untuk menggarisbawahi sikap teguh AS, Korea Selatan (Korsel) dan internasional untuk mencapai denuklirisasi Korea Utara (Korut).
"Presiden juga sepakat bahwa demonstrasi yang meluas di Iran merupakan pertanda kegagalan rezim Iran untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya, dengan hanya mengalihkan kekayaan negara tersebut untuk mendanai terorisme dan militansi di luar negeri," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.
Situasi di Semenanjung Korea memasuki babak baru setelah rezim Pyongyang bersedia melakukan pembicaraan dengan Seoul. Pembicaraan ini adalah yang pertama sejak dua tahun terakhir. Perundingan yang dijadwalkan berlangsung pada hari Selasa akan fokus pada partisipasi Pyongyang di Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang mendatang.
Sementara itu di Iran gelombang unjuk rasa anti pemerintah sempat menjadi perhatian AS. Negara adidaya itu pun menyerukan diadakannya pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB untuk membahas masalah tersebut. AS beranggapan pertemuan itu sebagai bentuk dukungan bagi para demonstran.
Namun apa yang terjadi diluar dugaan. Upaya pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk mendapatkan respons internasional terkait tindakan keras Iran terhadap demonstran anti pemerintah menjadi bumerang. Anggota Dewan Keamanan PBB malah beramai-ramai memberikan ceramah kepada Duta Besar (Dubes) AS untuk PBB mengenai tujuan lembaga itu. Mereka juga menegaskan kembali dukungan terhadap perjanjian nuklir Iran yang dianggap sebagai kesepakatan buruk oleh Trump dan diancam akan dibatalkan.
Gedung Putih mengatakan bahwa percakapan tersebut dimaksudkan untuk menggarisbawahi sikap teguh AS, Korea Selatan (Korsel) dan internasional untuk mencapai denuklirisasi Korea Utara (Korut).
"Presiden juga sepakat bahwa demonstrasi yang meluas di Iran merupakan pertanda kegagalan rezim Iran untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya, dengan hanya mengalihkan kekayaan negara tersebut untuk mendanai terorisme dan militansi di luar negeri," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.
Situasi di Semenanjung Korea memasuki babak baru setelah rezim Pyongyang bersedia melakukan pembicaraan dengan Seoul. Pembicaraan ini adalah yang pertama sejak dua tahun terakhir. Perundingan yang dijadwalkan berlangsung pada hari Selasa akan fokus pada partisipasi Pyongyang di Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang mendatang.
Sementara itu di Iran gelombang unjuk rasa anti pemerintah sempat menjadi perhatian AS. Negara adidaya itu pun menyerukan diadakannya pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB untuk membahas masalah tersebut. AS beranggapan pertemuan itu sebagai bentuk dukungan bagi para demonstran.
Namun apa yang terjadi diluar dugaan. Upaya pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk mendapatkan respons internasional terkait tindakan keras Iran terhadap demonstran anti pemerintah menjadi bumerang. Anggota Dewan Keamanan PBB malah beramai-ramai memberikan ceramah kepada Duta Besar (Dubes) AS untuk PBB mengenai tujuan lembaga itu. Mereka juga menegaskan kembali dukungan terhadap perjanjian nuklir Iran yang dianggap sebagai kesepakatan buruk oleh Trump dan diancam akan dibatalkan.
(ian)