UNICEF: Boko Haram Paksa 135 Bocah Jadi Bomber
A
A
A
NEW YORK - Badan perlindungan anak-anak PBB, UNICEF, memperingatkan adanya gelombang yang mengkhawatirkan dalam jumlah anak-anak yang digunakan dalam zona konflik. Anak-anak telah menjadi target di garis depan, digunakan sebagai perisai manusia, terbunuh, cacat dan direkrut untuk jadi prajurit.
UNICEF mengatakan, di Nigeria utara dan Kamerun, kelompok Boko Haram telah memaksa setidaknya 135 anak-anak untuk bertindak sebagai pelaku bom bunuh diri pada tahun 2017. Jumlah ini hampir lima kali lipat dari pada tahun lalu.
"Anak-anak menjadi sasaran dan terkena serangan serta kekerasan brutal di rumah, sekolah dan tempat mereka bermain," kata Direktur Program Darurat UNICEF, Manuel Fontaine.
"Dalam konflik di seluruh dunia, anak-anak telah menjadi sasaran garis depan, digunakan sebagai perisai manusia, terbunuh, cacat dan direkrut untuk bertarung. Pemerkosaan, perkawinan paksa, penculikan dan perbudakan telah menjadi taktik baku dalam konflik dari Irak, Suriah dan Yaman, ke Nigeria, Sudan Selatan dan Myanmar," sambung Fontaine dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Anadolu, Jumat (29/12/2017).
"Di Somalia, 1.740 kasus perekrutan anak dilaporkan terjadi dalam 10 bulan pertama tahun 2017," tambahnya.
Menurut UNICEF, kekerasan telah memaksa 850 ribu anak-anak untuk meninggalkan rumah, sementara lebih dari 200 pusat kesehatan dan 400 sekolah diserang di wilayah Kasai di Republik Demokratik Kongo pada tahun 2017.
Badan PBB ini memperkirakan bahwa 350 ribu anak-anak menderita malnutrisi akut di wilayah yang diperangi.
Di Sudan Selatan, lebih dari 19.000 anak telah direkrut menjadi anggota angkatan bersenjata dan kelompok bersenjata. Lebih dari 2.300 anak-anak terbunuh atau terluka sejak konflik tersebut pertama kali meletus pada Desember 2013.
"Di Yaman, hampir 1.000 hari pertempuran menewaskan setidaknya 5.000 anak-anak yang meninggal atau terluka, menurut data yang diverifikasi, dengan jumlah sebenarnya diperkirakan akan jauh lebih tinggi. Lebih dari 11 juta anak membutuhkan bantuan kemanusiaan. Dari 1,8 juta anak-anak yang menderita kekurangan gizi, 385.000 orang menderita gizi buruk dan berisiko meninggal jika tidak segera ditangani," ungkapnya.
Pernyataan tersebut selanjutnya mengatakan bahwa di Afghanistan, hampir 700 anak terbunuh dalam 9 bulan pertama tahun ini.
"Di Republik Afrika Tengah, setelah berbulan-bulan melakukan pertempuran baru, peningkatan dramatis dalam kekerasan melihat anak-anak dibunuh, diperkosa, diculik dan direkrut oleh kelompok bersenjata," tukasnya.
UNICEF mengatakan, di Nigeria utara dan Kamerun, kelompok Boko Haram telah memaksa setidaknya 135 anak-anak untuk bertindak sebagai pelaku bom bunuh diri pada tahun 2017. Jumlah ini hampir lima kali lipat dari pada tahun lalu.
"Anak-anak menjadi sasaran dan terkena serangan serta kekerasan brutal di rumah, sekolah dan tempat mereka bermain," kata Direktur Program Darurat UNICEF, Manuel Fontaine.
"Dalam konflik di seluruh dunia, anak-anak telah menjadi sasaran garis depan, digunakan sebagai perisai manusia, terbunuh, cacat dan direkrut untuk bertarung. Pemerkosaan, perkawinan paksa, penculikan dan perbudakan telah menjadi taktik baku dalam konflik dari Irak, Suriah dan Yaman, ke Nigeria, Sudan Selatan dan Myanmar," sambung Fontaine dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Anadolu, Jumat (29/12/2017).
"Di Somalia, 1.740 kasus perekrutan anak dilaporkan terjadi dalam 10 bulan pertama tahun 2017," tambahnya.
Menurut UNICEF, kekerasan telah memaksa 850 ribu anak-anak untuk meninggalkan rumah, sementara lebih dari 200 pusat kesehatan dan 400 sekolah diserang di wilayah Kasai di Republik Demokratik Kongo pada tahun 2017.
Badan PBB ini memperkirakan bahwa 350 ribu anak-anak menderita malnutrisi akut di wilayah yang diperangi.
Di Sudan Selatan, lebih dari 19.000 anak telah direkrut menjadi anggota angkatan bersenjata dan kelompok bersenjata. Lebih dari 2.300 anak-anak terbunuh atau terluka sejak konflik tersebut pertama kali meletus pada Desember 2013.
"Di Yaman, hampir 1.000 hari pertempuran menewaskan setidaknya 5.000 anak-anak yang meninggal atau terluka, menurut data yang diverifikasi, dengan jumlah sebenarnya diperkirakan akan jauh lebih tinggi. Lebih dari 11 juta anak membutuhkan bantuan kemanusiaan. Dari 1,8 juta anak-anak yang menderita kekurangan gizi, 385.000 orang menderita gizi buruk dan berisiko meninggal jika tidak segera ditangani," ungkapnya.
Pernyataan tersebut selanjutnya mengatakan bahwa di Afghanistan, hampir 700 anak terbunuh dalam 9 bulan pertama tahun ini.
"Di Republik Afrika Tengah, setelah berbulan-bulan melakukan pertempuran baru, peningkatan dramatis dalam kekerasan melihat anak-anak dibunuh, diperkosa, diculik dan direkrut oleh kelompok bersenjata," tukasnya.
(ian)