Taiwan Kecam Latihan Militer China

Rabu, 27 Desember 2017 - 11:23 WIB
Taiwan Kecam Latihan Militer China
Taiwan Kecam Latihan Militer China
A A A
TAIPEI - Kementerian Pertahanan (Kemhan) Taiwan mengecam berbagai latihan militer yang digelar Pemerintah China. Sepanjang tahun lalu, Angkatan Udara China melaksanakan 16 kali latihan perang di dekat Taiwan. China memang mempertimbangkan Taiwan sebagai teritorial Beijing. Taiwan dianggap Beijing sebagai provinsi yang membelot.

Ketegangan China dan Taiwan meningkat semenjak Tsai Ing Wen terpilih sebagai presiden pada pemilu tahun lalu. Padahal, Tsai menegaskan Taipei ingin menjalin perdamaian dengan China, tetapi dia ingin mempertahankan keamanan dan ideologi Taiwan. Dalam laporan Kemhan Taiwan menyebutkan, sejumlah pesawat China menggelar latihan di dekat Taiwan pada akhir Oktober tahun lalu.

Kapal induk China juga kerap terlibat dalam latihan perang tersebut, termasuk pesawat pengebom dan jet tempur canggih. Dari 16 kali latihan perang, 15 kali di antaranya digelar di dekat Taiwan, termasuk terbang melalui Kanal Bashi yang memisahkan Taiwan dan Filipina dan di dekat Pulau Miyako, Jepang, di utara Taiwan.

“Latihan perang China yang sering itu menciptakan ancaman keamanan di Selat Taiwan,” kata Menteri Pertahanan Taiwan Feng Shih Kuan.

Laporan itu menyatakan tentang pertarungan David dan Goliath antara dua kekuatan tersebut.

Militer Taiwan membutuhkan strategi untuk menangkal dan menghadapi pertumbuhan militer China yang sangat pesat. Sebagai perbandingan, jumlah pasukan China mencapai 2 juta, sedangkan tentara Taiwan hanya 210.000.

“Taiwan tidak bisa dibandingkan anggaran pertahanan China dan perkembangan militernya,” ungkap Feng.

Namun, Taiwan terus mengkaji dan menggambarkan rencana untuk mengembangkan perang asimetri untuk menangkal militer China. Kemhan Taiwan mengungkapkan, China merupakan ancaman keamanan terbesar bagi Taiwan.

“Kekuatan militer China terus tumbuh dengan cepat,” ungkap Kemhan Taiwan, dilansir Reuters .

Taiwan mengungkapkan, terjadi reformasi militer, operasi kombinasi, pengembangan senjata, produksi peralatan tempur massal, pembangunan pangkalan militer di luar negeri, dan latihan militer yang dilakukan China.

“Misil China juga bisa menjangkau seluruh wilayah Taiwan. China juga terus meningkatkan kemampuan misil antikapal jarak jauh untuk membangun kemampuan melawan pasukan asing,” demikian keterangan militer Taiwan.

Ketegangan Taiwan-China dimulai pada awal bulan ini, ketika diplomat senior China mengancam bahwa Beijing akan menginvasi Taiwan jika kapal perang AS berlabuh di sana. Taiwan kini juga mendapatkan pasokan peralatan tempur buatan AS.

Taipei juga mendesak Washington untuk menjual lebih banyak peralatan tempur canggih. AS memang terikat hukum untuk menyediakan bantuan militer kepada Taiwan untuk membela diri. Untuk memperkuat kemampuan perang siber, Taiwan juga membentuk pusat komando siber tahun ini. Mereka merekrut sekitar 1.000 orang.

China juga merestrukturisasi pusat komando misil dan senjata. Para pejabat di Beijing tidak senang terhadap Presiden Taiwan Tsai Ing-wen karena tidak menerima asas “satu-China,” yang akan mengikat kedua pihak di bawah satu bendera, sebagai salah satu syarat untuk mengadakan pembicaraan.

China mencurigai Presiden Tsai yang memimpin Partai Progresif Demokratik yang condong mendorong kemerdekaan. “Mereka (China) akan berusaha menguji tekad pemerintah Taiwan untuk membela dirinya,” kata Shane Lee, ilmuwan politik di Universitas Kristen Chang Jung di Taiwan, dilansir VOA . “Mereka yakin bahwa ancaman yang terusmenerus akan benar-benar memaksa Taiwan tunduk pada klaim China,” jelasnya.

Sebelumnya, Taiwan memperingatkan tentang ancaman China yang terus meningkat, setelah armada kapal induk Liaoning bergerak dari Pasifik ke Laut China Selatan pada Desember tahun lalu. Kapal induk Liaoning melewati wilayah perairan Taiwan setelah menggelar latihan perang di Pasifik barat yang berdekatan dengan perairan Jepang.

Liaoning bergerak melintasi Kepulauan Dongsha di Laut China Selatan yang juga diklaim Beijing. Kapal induk yang didampingi lima kapal perang lainnya akan melaksanakan latihan perang di Laut China Selatan untuk pertama kalinya. Latihan kapal perang itu sebagai bentuk unjuk kekuatan, setelah memburuknya hubungan Beijing dengan Taiwan dan AS.

Beijing marah besar setelah kabar percakapan via telepon antara Presiden Taiwan Tsai dengan Presiden terpilih AS Donald Trump. Konvoi pamer kekuatan Liaoning merupakan pengejawantahan terhadap sikap militer China yang menyatakan kesiapan perang pada November lalu.

“Sebagai kekuatan militer, kita selalu siap menghadapi perang. Kita disiapkan untuk berperang kapan pun,” kata Li Dongyou, komisaris politik untuk Liaoning. Li mengungkapkan, teknologi Liaoning masih tertinggal dibandingkan dengan kapal induk milik AS. (Andika Hendra)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5608 seconds (0.1#10.140)