Kabel Rahasia Inggris: Sedikitnya 10 Ribu Orang Tewas di Tiananmen

Minggu, 24 Desember 2017 - 00:24 WIB
Kabel Rahasia Inggris: Sedikitnya 10 Ribu Orang Tewas di Tiananmen
Kabel Rahasia Inggris: Sedikitnya 10 Ribu Orang Tewas di Tiananmen
A A A
LONDON - Sebuah dokumen rahasia menunjukkan jumlah korban tewas dalam pembantaian di lapangan Tiananmen jauh lebih tinggi dari yang dilaporkan. Sejumlah siswa diklaim ditusuk bayonet dan korban yang hangus terbakar disemprot ke saluran pembuangan.

"Jumlah korban tewas dari pembantaian di Lapangan Tiananmen pada 1989 itu setidaknya 10.000 orang tewas oleh sebuah unit tentara China yang pasukannya disamakan dengan kaum 'primitif'," bunyi sebuah kabel diplomatik rahasia Inggris seperti dikutip dari Independent, Sabtu (23/12/2017).

Dokumen yang baru dideklasifikasi, ditulis kurang lebih 24 jam setelah pembantaian tersebut, memberi korban tewas jauh lebih tinggi daripada perkiraan yang paling umum digunakan, yang mencatat angka hanya sekitar 3.000 orang terbunuh.

Dokumen ini juga memberikan rincian mengerikan tentang pembantaian tersebut. Siswa perempuan ditusuk dengan bayonet saat mereka memohon untuk dibiarkan hidup. Jenazah manusia disemprot ke saluran pembuangan dan seorang ibu ditembak saat ia mencoba menolong putrinya yang berusia tiga tahun yang tengah terluka.

Ditulis pada 5 Juni 1989 oleh Sir Alan Donald, duta besar Inggris untuk China, kabel rahasia ini sampai sekarang telah dideklasifikasi dan ditempatkan di Arsip Nasional Inggris di Kew, di mana ditemukan di situs berita HK01.

Duta Besar tersebut mengatakan tentang pembantaian yang terjadi pada malam tanggal 3-4 Juni didasarkan pada informasi dari seorang sumber yang telah berbicara dengan seorang "teman baik" di Dewan Negara China, yang secara efektif merupakan kabinet yang berkuasa.

"Anggota Dewan Negara telah terbukti dan berhati-hati memisahkan fakta dari spekulasi dan rumor," kata Sir Alan.

Dalam detail yang terperinci, Sir Alan mengatakan kepada London bahwa "kekejaman" terhadap ribuan pemrotes pro-demokrasi di dan di sekitar Lapangan Tiananmen, Beijing, telah dikoordinasi oleh pasukan 27 Angkatan Darat Provinsi Shanxi, yang pasukannya dia sebutnya 60 persen buta huruf dan primitif.

Sir Alan mengatakan bahwa gelombang pasukan sebelumnya tidak bersenjata untuk membubarkan para pemrotes, yang kebanyakan adalah pelajar.

"Pasukan 27 APC Angkatan Darat (tentara lapis baja) menembaki kerumunan orang sebelum berlari menghampiri mereka. APC bergerak diantara tentara dan warga sipil dengan kecepatan 65kph," tulis Sir Alan.

"Para siswa mengerti bahwa mereka diberi waktu satu jam untuk pergi dari lapangan, tapi setelah lima menit APC menyerang. Mahasiswa menggandengkan tangan tapi terjatuh. APC kemudian melindas tubuh mereka berkali-kali untuk membuat, quote unquote "pie", dan tetap dikumpulkan oleh bulldozer. Sisa demonstran diinsinerasi dan kemudian disiram ke saluran pembuangan," Sir Alan menambahkan.

Kabel Sir Alan menyatakan bahwa represi kekerasan terhadap demonstrasi Lapangan Tiananmen terjadi setelah beberapa anggota Dewan Negara China menganggap gerakan masyarakan sipil sudah dekat.

Sir Alan melaporkan sebagai spekulasi bahwa pemerintah Komunis Deng Xiaoping memilih pasukan 27 Angkatan Darat untuk melakukan operasi karena pasukan tersebut paling andal dan patuh.

Ia melaporkan bahwa dari apa yang telah dia katakan, adalah fakta bahwa pasukan 27 Angkatan Darat telah menggunakan peluru dum-dum dan penembak jitu yang menembak banyak warga sipil di balkon, penyapu jalan dll untuk latihan sasaran.

"Pasukan 27 Angkatan Darat diperintahkan untuk tidak mengampuni siapa pun. Murid-murid perempuan yang memohon untuk diampuni ditusuk bayonet. Seorang gadis berusia tiga tahun terluka, tapi ibunya ditembak saat membantunya, sama seperti enam orang lainnya," tulis Sir Alan.

Kabel tersebut juga menuduh bahwa pembantaian tersebut berlanjut bahkan setelah gelombang pembunuhan pertama.

"1.000 orang yang selamat diberitahu bahwa mereka dapat melarikan diri namun kemudian dihantam oleh MG (senapan mesin) yang dipersiapkan secara khusus. Ambulans Angkatan Darat yang berusaha memberikan bantuan ditembaki, seperti ambulans rumah sakit Sino-Jepang. Dengan kru medis tewas, pengemudi yang terluka berusaha menyerang penyerang namun hancur berkeping-keping dengan senjata anti-tank," tulis Sia Alan.

Dalam insiden lain, kata kabel itu, tentara bahkan menembak salah satu perwira mereka sendiri.

"Perwira pasukan 27 ditembak mati oleh pasukan sendiri, nampaknya karena dia bimbang. Pasukan menjelaskan bahwa mereka akan ditembak jika mereka tidak menembak petugas tersebut," lapor Sir Alan.

Kalimat terakhir dari kabel Sir Alan berbunyi: "Perkiraan minimum 10.000 warga sipil tewas."

Perkiraan ini jauh di atas angka yang dikeluarkan oleh pemerintah China. Beijing menyebut 200 hingga 300 orang tewas.

Tidak pernah ada angka yang tak terbantahkan untuk korban tewas, namun pada awal pagi tanggal 4 Juni, Palang Merah China memperkirakan bahwa 2.700 orang telah terbunuh.

Angka ini masih jauh di bawah gambaran yang disebutkan oleh Sir Alan, namun sebagian besar laporan pembantaian sekarang dilakukan dengan nomor Palang Merah atau sesuatu yang dekat dengannya.

Pada tahun 2014, bagaimanapun, dilaporkan bahwa sebuah berkas rahasia yang dikeluarkan oleh pemerintah AS mengutip sumber militer China mengatakan bahwa penilaian internal rezim komunis tersebut adalah 10.454 orang telah terbunuh - sebuah angka yang sesuai dengan perkiraan awal Sir Alan.

Pemerintah China selalu menyebut respon terhadap demonstrasi di Lapangan Tiananmen sebagai pembelaan yang sah terhadap sebuah kerusuhan kontra-revolusioner atau pemberontakan.

Pada malam 3-4 Juni, United Press International melaporkan bahwa sebuah pernyataan berulang kali disiarkan di televisi China, dengan mengatakan: "Malam ini sebuah pemberontakan kontra-revolusioner yang serius terjadi. Preman dengan geram menyerang pasukan Tentara Pembebasan Rakyat, merebut senjata, mendirikan barikade, memukul tentara dan perwira dalam upaya untuk menggulingkan pemerintah Republik Rakyat Cina."

"Selama berhari-hari, Tentara Pembebasan Rakyat telah melakukan pengekangan dan sekarang harus dengan tegas melawan pemberontakan tersebut."

"Semua orang yang menolak untuk mendengarkan alasan harus bertanggung jawab penuh atas tindakan dan konsekuensinya."
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6128 seconds (0.1#10.140)