Pencarian Korban Badai Kai-Tak di Filipina Timur Dilakukan
A
A
A
MANILA - Tim penyelamat menggunakan alat berat untuk menggali lumpur di wilayah pegunungan Filipina timur untuk mencapai lebih dari 30 orang yang hilang akibat Topan Tropis Kai-Tak.
Badai Kai-Tak memicu tanah longsor di wilayah yang diterjang topan tropis tersebut. Topan tersebut kemarinmasih terus bergerak setelah mengakibatkan lebih dari 30 orang meninggal dunia. Sebagian besar korban tewas berada di Provinsi Biliran, yang mengalami paling banyak tanah longsor dan ribuan rumah terkubur.
Tim penyelamat yang mencari korban selamat pun mengaku tidak optimistis. “Ada asumsi kalau korban yang hilang tersebut telah meninggal dunia,” ujar pejabat manajemen risiko bencana provinsi Biliran, Sofronio Dacillo.
Provinsi Biliran yang berpenghuni 140.000 jiwa itu mengalami kerusakan parah akibat badai tersebut. Banyak jalanan, jembatan, dan jaringan listrik yang hancur. Petugas menyatakan pasokan listrik diperkirakan tidak akan pulih dalam waktu lama. “Itu seperti hujan selama dua bulan yang jatuh pada satu hari di Biliran. Itulah kenapa banyak jembatan yang hancur,” ungkap juru bicara Presiden Rodrigo Duterte, Harry Roque. Dia menambahkan Duterte kemarin berkunjung ke Biliran untuk memantau kerusakan dan upaya penyelamatan.
Sebenarnya, Topan Kai Tak tidak begitu kuat. Tapi, pergerakannya sangat melambat di kepulauan tengah yang mengakibatkan hujan dalam waktu yang lama sehingga menyebabkan banjir. “Dari semua badai yang melintasi Biliran, badai ini (Kai Tak) merupakan paling parah,” ujar Gubernur Provinsi Baliran Gerardo Espina.
Sementara itu, ribuan warga Filipina yang sedang mudik Hari Natal terdampar di pelabuhan akibat badai Kai-Tak. Badai Kai-Tak menerjang bagian timur Filipina pada Sabtu (16/12/2017). Setelah menyebabkan longsor dan menumbangkan pepohonan, badai tersebut terus bergerak ke pedalaman. Namun, menurut Badan Klimatologi setempat, kekuatan badai tersebut terus melemah dari 110 kilometer per jam menjadi 90 kilometer per jam.
Pemerintah lokal memperingatkan warga agar waspada dan berhati-hati. Sebab, dengan disertai angin kencang dan hujan deras, sebagian kawasan di Kabupaten Matnog, Provinsi Sorsogan kemungkinan akan mengalami banjir dan longsor. Sekitar empat tahun yang lalu, Kabupaten Matnog luluh lantak diterjang badai besar Haiyan.
Sebanyak 15 ribu lebih warga lokal terdampar di pulau itu karena layanan perjalanan laut dihentikan. “Saya sudah terdampar selama tiga hari. Saya ingin pulang ke rumah untuk merayakan Hari Natal bersama keluarga. Saat ini, saya tidur di dalam bus. Kami kehabisan uang,” ujar warga Eliaquin Pilapil, dikutip News 24.
Sama seperti Hari Raya Idul Fitri di Indonesia, warga Filipina juga memiliki budaya mudik selama liburan panjang seperti Hari Natal. Namun, kali ini, perjalanan mudik mereka terhambat badai Kai-Tak. Filipina merupakan salah satu negara yang paling rawan terkena badai. Di setiap tahun rata-rata tercatat sekitar 20 badai besar.
Sejauh ini, sebanyak 87.000 orang meninggalkan rumah mereka setelah badai Kai-Tak menerjang Pulau Samar dan Leyte. Aliran listrik ke 39 kota di dua kawasan tersebut terputus. Jalan raya dan jembatan juga mengalami kerusakan. Di Kota Tacloban, Leyte, terjadi banjir setinggi 1,5 meter sehingga daerah itu kehilangan air bersih.
“Badai Kai-Tak bergerak sangat lambat sehingga hujan deras terus mengguyur ke kota ini selama empat hari berturut-turut. Akibatnya, banjir terjadi di mana-mana,” kata Kepala Kantor Pengurangan Risiko Bencana Kota Tacloban, Idlebrando Bernadas. Menurut Bernadas, sekitar 82% wilayah Kota Tacloban tergenang air banjir.
Banyak petani lokal yang sedang berjuang bangkit dari keterpurukan Haiyan tersiksa karena badai Kai-Tak merusak ladang pertanian dan perkebunan. Petani Remedios Serato, 78, mengaku masih mengidap phobia dari Haiyan yang menghancurkan perkebunan kelapa. Kebun selada dan terong pun kini habis diterjang Kai-Tak.
Sekitar 77.000 warga Samar dan Leyte kini berada di pusat penampungan pengungsi. Beberapa rumah warga ada yang tergenang air dan ada yang tertimbun tanah longsor. Wakil Walikota Tacloban Sambo Yaokasin mengatakan musibah ini memabangunkan ingatan warga mengenai mengerikannya keganasan terjangan badai Haiyan.
Para pengungsi membutuhkan air bersih dan selimut. Badan Klimatologi memperkirakan hujan deras masih akan mengguyur wilayah Filipina Timur dalam beberapa jam ke depan dan akan berkurang pada awal pekan ini. Pemerintah Filipina terus memantau situasi di lapangan dan membantu warga sampai kondisi kembali normal. (Shamil/Andika)
Badai Kai-Tak memicu tanah longsor di wilayah yang diterjang topan tropis tersebut. Topan tersebut kemarinmasih terus bergerak setelah mengakibatkan lebih dari 30 orang meninggal dunia. Sebagian besar korban tewas berada di Provinsi Biliran, yang mengalami paling banyak tanah longsor dan ribuan rumah terkubur.
Tim penyelamat yang mencari korban selamat pun mengaku tidak optimistis. “Ada asumsi kalau korban yang hilang tersebut telah meninggal dunia,” ujar pejabat manajemen risiko bencana provinsi Biliran, Sofronio Dacillo.
Provinsi Biliran yang berpenghuni 140.000 jiwa itu mengalami kerusakan parah akibat badai tersebut. Banyak jalanan, jembatan, dan jaringan listrik yang hancur. Petugas menyatakan pasokan listrik diperkirakan tidak akan pulih dalam waktu lama. “Itu seperti hujan selama dua bulan yang jatuh pada satu hari di Biliran. Itulah kenapa banyak jembatan yang hancur,” ungkap juru bicara Presiden Rodrigo Duterte, Harry Roque. Dia menambahkan Duterte kemarin berkunjung ke Biliran untuk memantau kerusakan dan upaya penyelamatan.
Sebenarnya, Topan Kai Tak tidak begitu kuat. Tapi, pergerakannya sangat melambat di kepulauan tengah yang mengakibatkan hujan dalam waktu yang lama sehingga menyebabkan banjir. “Dari semua badai yang melintasi Biliran, badai ini (Kai Tak) merupakan paling parah,” ujar Gubernur Provinsi Baliran Gerardo Espina.
Sementara itu, ribuan warga Filipina yang sedang mudik Hari Natal terdampar di pelabuhan akibat badai Kai-Tak. Badai Kai-Tak menerjang bagian timur Filipina pada Sabtu (16/12/2017). Setelah menyebabkan longsor dan menumbangkan pepohonan, badai tersebut terus bergerak ke pedalaman. Namun, menurut Badan Klimatologi setempat, kekuatan badai tersebut terus melemah dari 110 kilometer per jam menjadi 90 kilometer per jam.
Pemerintah lokal memperingatkan warga agar waspada dan berhati-hati. Sebab, dengan disertai angin kencang dan hujan deras, sebagian kawasan di Kabupaten Matnog, Provinsi Sorsogan kemungkinan akan mengalami banjir dan longsor. Sekitar empat tahun yang lalu, Kabupaten Matnog luluh lantak diterjang badai besar Haiyan.
Sebanyak 15 ribu lebih warga lokal terdampar di pulau itu karena layanan perjalanan laut dihentikan. “Saya sudah terdampar selama tiga hari. Saya ingin pulang ke rumah untuk merayakan Hari Natal bersama keluarga. Saat ini, saya tidur di dalam bus. Kami kehabisan uang,” ujar warga Eliaquin Pilapil, dikutip News 24.
Sama seperti Hari Raya Idul Fitri di Indonesia, warga Filipina juga memiliki budaya mudik selama liburan panjang seperti Hari Natal. Namun, kali ini, perjalanan mudik mereka terhambat badai Kai-Tak. Filipina merupakan salah satu negara yang paling rawan terkena badai. Di setiap tahun rata-rata tercatat sekitar 20 badai besar.
Sejauh ini, sebanyak 87.000 orang meninggalkan rumah mereka setelah badai Kai-Tak menerjang Pulau Samar dan Leyte. Aliran listrik ke 39 kota di dua kawasan tersebut terputus. Jalan raya dan jembatan juga mengalami kerusakan. Di Kota Tacloban, Leyte, terjadi banjir setinggi 1,5 meter sehingga daerah itu kehilangan air bersih.
“Badai Kai-Tak bergerak sangat lambat sehingga hujan deras terus mengguyur ke kota ini selama empat hari berturut-turut. Akibatnya, banjir terjadi di mana-mana,” kata Kepala Kantor Pengurangan Risiko Bencana Kota Tacloban, Idlebrando Bernadas. Menurut Bernadas, sekitar 82% wilayah Kota Tacloban tergenang air banjir.
Banyak petani lokal yang sedang berjuang bangkit dari keterpurukan Haiyan tersiksa karena badai Kai-Tak merusak ladang pertanian dan perkebunan. Petani Remedios Serato, 78, mengaku masih mengidap phobia dari Haiyan yang menghancurkan perkebunan kelapa. Kebun selada dan terong pun kini habis diterjang Kai-Tak.
Sekitar 77.000 warga Samar dan Leyte kini berada di pusat penampungan pengungsi. Beberapa rumah warga ada yang tergenang air dan ada yang tertimbun tanah longsor. Wakil Walikota Tacloban Sambo Yaokasin mengatakan musibah ini memabangunkan ingatan warga mengenai mengerikannya keganasan terjangan badai Haiyan.
Para pengungsi membutuhkan air bersih dan selimut. Badan Klimatologi memperkirakan hujan deras masih akan mengguyur wilayah Filipina Timur dalam beberapa jam ke depan dan akan berkurang pada awal pekan ini. Pemerintah Filipina terus memantau situasi di lapangan dan membantu warga sampai kondisi kembali normal. (Shamil/Andika)
(nfl)