Pilu Gadis Rohingya: Lari dari Myanmar, Dijadikan Budak Seks di Bangladesh
A
A
A
COXS BAZAR - Seorang gadis Rohingya berusia 15 tahun mengalami nasib tragis saat melarikan diri dari kekerasan di Myanmar ke Bangladesh. Setibanya di lokasi pengungsian, gadis itu justru jadi korban perdagangan manusia untuk budak seks.
Khartoun—nama disamarkan—mengaku dikurung selama hampir tiga minggu dan kemudian dijual ke seorang pria Bangldesh sebagai objek pelampiasan nafsu. Pria “pembeli” itu memperkosa dan melecehkannya selama 12 hari.
Korban mengatakan kepada Al Jazeera bahwa dia didekati dua wanita saat tiba di pengungsian di Cox’s Bazar, Bangladesh. Dua wanita itu mengklaim akan membantunya mencarikan suami.
Khartoun sendirian, karena keluarganya termasuk ibu, ayah dan saudara perempuannya dibunuh oleh peluru yang ditembakkan militer Myanmar di negara bagian Rakhine. Tindakan keras militer itu terjadi saat operasi sebagai respons atas serangan militan yang menewaskan 12 polisi Agustus lalu.
”Mereka mengatakan kepada saya jika saya pergi bersama mereka, mereka akan merawat saya dan membantu saya menemukan suami,” kata Khartoun kepada Al Jazeera, yang dikutip Senin (4/12/2017).
Alih-alih dirawat dan dicarikan suami, gadis itu ternyata dikurung dan dijual ke pria Bangladesh.
”Dia (pria Bangladesh) berkata 'Saya akan mencekik Anda, saya akan menusuk Anda, saya akan membunuh Anda. Apakah Anda ingin dibunuh dengan cara militer membunuh orang di Myanmar? Saya tidak akan membiarkan Anda pergi',” kata Khartoun mengingat ancaman pria yang memperbudak dirinya.
Lepas dari pria tersebut, Khartoun kemudian kembali ke wanita yang menjualnya dan sekarang tinggal di kamp pengungsian Kutupalong.
Olivia Headon, Petugas Informasi Darurat dari Organisasi Internasional untuk Migrasi, mengatakan kepada Al Jazeera, bahwa situasi pengungsi suram dan memerlukan perhatian segera.
”Ada perekrut di Cox's Bazar, Bangladesh, sebelum masuknya ini kami tahu bahwa mereka mendapatkan lebih banyak bisnis,” katanya kepada Al Jazeera. ”Dan kita tahu bahwa jaringan kriminal baru telah dimulai.”
Sebuah lembaga bantuan lokal di wilayah tersebut juga mengatakan bahwa anak-anak perempuan yang berusia 13 tahun diculik kelompok sindikat perdagangan manusia di tengah lonjakan jumlah pengungsi Rohingya yang mencapai lebih dari 600.000 jiwa.
Khartoun—nama disamarkan—mengaku dikurung selama hampir tiga minggu dan kemudian dijual ke seorang pria Bangldesh sebagai objek pelampiasan nafsu. Pria “pembeli” itu memperkosa dan melecehkannya selama 12 hari.
Korban mengatakan kepada Al Jazeera bahwa dia didekati dua wanita saat tiba di pengungsian di Cox’s Bazar, Bangladesh. Dua wanita itu mengklaim akan membantunya mencarikan suami.
Khartoun sendirian, karena keluarganya termasuk ibu, ayah dan saudara perempuannya dibunuh oleh peluru yang ditembakkan militer Myanmar di negara bagian Rakhine. Tindakan keras militer itu terjadi saat operasi sebagai respons atas serangan militan yang menewaskan 12 polisi Agustus lalu.
”Mereka mengatakan kepada saya jika saya pergi bersama mereka, mereka akan merawat saya dan membantu saya menemukan suami,” kata Khartoun kepada Al Jazeera, yang dikutip Senin (4/12/2017).
Alih-alih dirawat dan dicarikan suami, gadis itu ternyata dikurung dan dijual ke pria Bangladesh.
”Dia (pria Bangladesh) berkata 'Saya akan mencekik Anda, saya akan menusuk Anda, saya akan membunuh Anda. Apakah Anda ingin dibunuh dengan cara militer membunuh orang di Myanmar? Saya tidak akan membiarkan Anda pergi',” kata Khartoun mengingat ancaman pria yang memperbudak dirinya.
Lepas dari pria tersebut, Khartoun kemudian kembali ke wanita yang menjualnya dan sekarang tinggal di kamp pengungsian Kutupalong.
Olivia Headon, Petugas Informasi Darurat dari Organisasi Internasional untuk Migrasi, mengatakan kepada Al Jazeera, bahwa situasi pengungsi suram dan memerlukan perhatian segera.
”Ada perekrut di Cox's Bazar, Bangladesh, sebelum masuknya ini kami tahu bahwa mereka mendapatkan lebih banyak bisnis,” katanya kepada Al Jazeera. ”Dan kita tahu bahwa jaringan kriminal baru telah dimulai.”
Sebuah lembaga bantuan lokal di wilayah tersebut juga mengatakan bahwa anak-anak perempuan yang berusia 13 tahun diculik kelompok sindikat perdagangan manusia di tengah lonjakan jumlah pengungsi Rohingya yang mencapai lebih dari 600.000 jiwa.
(mas)