Macron Umumkan Rencana 'Aksi Militer' di Libya
A
A
A
PARIS - Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumumkan bahwa Uni Eropa dan Uni Afrika akan meluncurkan aksi militer dan menjaga ketertiban yang konkret. Hal ini dilakukan untuk menyelamatkan migran Afrika yang diperbudak di Libya.
Pengumuman ini disampaikan saat Uni Eropa menjanjikan Marshall Plan untuk Afrika sebesar 44 miliar Euro pada pertemuan kedua lembaga itu.
Meski mengumumkan aksi militer, Macron menyatakan ia tidak menyarankan untuk mengirim pasukan asing ke Libya.
"Ini bukan tentang mendeklarasikan perang, Libya adalah negara dalam transisi politik namun ada tindakan polisi yang diperkuat yang perlu dilakukan untuk membongkar jaringan tersebut," kata Macron.
Ia juga meminta sanksi individu, keuangan dan fisik terhadap jaringan perdagangan manusia yang menurutnya memiliki hubungan dekat dengan kelompok teror di daerah tersebut.
"Rencananya bisa sampai 15.000 orang diterbangkan keluar dari Libya. Pemerintah Libya pada Rabu malam sepakat untuk mengizinkan migran dievakuasi," kata Macron seperti disitat dari Telegraph, Kamis (30/11/2017).
Berdasarkan rencana tersebut, negara-negara sumber harus datang ke sebuah pusat penahanan di Tripoli dan mengambil kembali warganya. Migran tanpa dokumentasi akan ditahan sampai kasus mereka teratasi.
"Operasi evakuasi darurat ini akan berlangsung dalam beberapa hari atau minggu mendatang," kata Macron.
Kegiatan lelang budak yang terlarang ini menyeruak setelah sebuah laporan CNN baru-baru ini. Permasalahan ini pun didorong sebagai agenda dalam pertemuan puncak 83 kepala negara dari Uni Eropa dan Afrika yang berkumpul di Abidjan, Pantai Gading, selama dua hari.
Rekaman CNN menunjukkan bahwa para pemuda dari Niger dan negara-negara sub-Sahar lainnya dijual ke pembeli dengan harga sekitar USD300 di lokasi yang tidak diungkapkan di Libya.
Pengumuman ini disampaikan saat Uni Eropa menjanjikan Marshall Plan untuk Afrika sebesar 44 miliar Euro pada pertemuan kedua lembaga itu.
Meski mengumumkan aksi militer, Macron menyatakan ia tidak menyarankan untuk mengirim pasukan asing ke Libya.
"Ini bukan tentang mendeklarasikan perang, Libya adalah negara dalam transisi politik namun ada tindakan polisi yang diperkuat yang perlu dilakukan untuk membongkar jaringan tersebut," kata Macron.
Ia juga meminta sanksi individu, keuangan dan fisik terhadap jaringan perdagangan manusia yang menurutnya memiliki hubungan dekat dengan kelompok teror di daerah tersebut.
"Rencananya bisa sampai 15.000 orang diterbangkan keluar dari Libya. Pemerintah Libya pada Rabu malam sepakat untuk mengizinkan migran dievakuasi," kata Macron seperti disitat dari Telegraph, Kamis (30/11/2017).
Berdasarkan rencana tersebut, negara-negara sumber harus datang ke sebuah pusat penahanan di Tripoli dan mengambil kembali warganya. Migran tanpa dokumentasi akan ditahan sampai kasus mereka teratasi.
"Operasi evakuasi darurat ini akan berlangsung dalam beberapa hari atau minggu mendatang," kata Macron.
Kegiatan lelang budak yang terlarang ini menyeruak setelah sebuah laporan CNN baru-baru ini. Permasalahan ini pun didorong sebagai agenda dalam pertemuan puncak 83 kepala negara dari Uni Eropa dan Afrika yang berkumpul di Abidjan, Pantai Gading, selama dua hari.
Rekaman CNN menunjukkan bahwa para pemuda dari Niger dan negara-negara sub-Sahar lainnya dijual ke pembeli dengan harga sekitar USD300 di lokasi yang tidak diungkapkan di Libya.
(ian)