Russefeiring, Tradisi Kelulusan Sekolah yang Gila di Norwegia

Senin, 27 November 2017 - 00:08 WIB
Russefeiring, Tradisi...
Russefeiring, Tradisi Kelulusan Sekolah yang Gila di Norwegia
A A A
OSLO - Perayaan kelulusan sekolah di setiap negara berbeda. Di Indonesia perayaan kelulusan sekolah diwarnai dengan aksi corat coret pakaian sekolah, konvoi kendaraan bermotor, hingga tawuran. Sedangkan remaja Australia mempunyai tradisi perayaan kelulusan sekolah dengan membuat kerusuhan di Gold Coast, pergi ke resor-resor di Bali dan Eropa.

Salah satu negara di Eropa yaitu Norwegia juga mempunyai tradisi perayaan kelulusan sekolah. Mereka menyebutnya dengan istilah 'Russefeiring' atau Russ. Mereka merayakan kelulusan sekolah dengan pesta minum selama tiga minggu dan tantangan yang tidak tahu malu di bulan April sebelum ujian akhir mereka.

Tantangan itu termasuk melakukan hubungan seks di depan masyarakat umum, menceburkan diri ke air yang membeku dan mencium petugas polisi. Sementara bagi siswa yang bernyali besar, masuk ke rumah guru dan tidur tanpa sepengetahuan si pemilik rumah.

Tantangan yang lebih ringan lainnya termasuk sarapan di tengah-tengah putaran jalan, diikat bersama seorang teman selama satu hari penuh hingga tidak mencuci seragam tradisional Russ selama sebulan penuh.

"Apa yang kami lakukan pada dasarnya adalah mengenakan pakaian yang seluruhnya merah, menyewa bus (atau mobil van atau mobil), memotret mereka dan berpesta di sana sekitar tiga minggu," katanya seperti dikutip dari Daily Mail, Minggu (26/11/2017).

"Kami juga melakukan banyak hal bodoh di depan umum, untuk mendapatkan sesuatu yang disebut 'russeknuter'. Ada lebih dari 100 'russeknuter' yang berbeda dan mereka bisa jadi apa saja dari mencium petugas polisi, minum 24 bir dalam waktu 24 jam agar tetap terjaga selama 72 jam untuk makan burger keju dalam 1 gigitan. Dengan kata lain, sedikit hal bodoh," sambungnya.

"Hal yang mewah tentang tradisi kelulusan kita adalah bahwa hal itu terjadi sebelum kita benar-benar selesai dengan sekolah, jadi sekitar seminggu setelah perayaan usai, kita semua mengalami ujian," tukasnya.

Perayaan tradisional ini dimulai pada pertengahan April, selama semester akhir musim semi siswa terakhir, dan acara tersebut sering direncanakan berbulan-bulan sebelumnya.

Siswa biasanya berani tidur di pohon, mengkonsumsi berbagai minuman beralkohol dalam periode waktu yang ketat dan menghabiskan seluruh hari sekolah merangkak dengan tangan dan lutut.

Tantangan lainnya termasuk berhubungan seks di tempat umum seperti di hutan, atau mencoba tidur dengan 17 orang antara tanggal 1 dan 17 Mei.

Menempatkan tanda 'untuk dijual' pada mobil polisi, melakukan berjalan telanjang melalui kota dan secara acak meminta kepada orang lain untuk meminjamkan kondom.

Para remaja laki-laki dan perempuan muda mengenakan pakaian seluruhnya berwarna merah, biru, hitam atau hijau tergantung pada bidang studi utama mereka.

Kebanyakan siswa memakai warna merah karena itu mewakili kurikulum umum, namun mereka yang belajar bisnis memakai pakaian biru, perdagangan pakaian hitam, dan orang-orang yang belajar tentang pertanian memakai pakaian hijau.

Perayaan ini diterima secara luas sebagai ritus peralihan. Para siswa semua berkeliling dengan kendaraan pesta seperti bus dan van, yang sering dilukis, dan dipenuhi dengan alkohol.

Siswa juga saling bertukar kartu - dan semakin banyak yang mereka dapatkan semakin baik. Kartu itu terlihat seperti kartu nama, memiliki foto siswa dan berisi kutipan yang isinya menyakitkan hati, bersifat cabul, atau lucu. Kartu-kartu ini juga dibagikan kepada anak-anak di jalanan.

Kejenakaan berbahan bakar alkohol mulai berakhir pada 17 Mei. Para pelajar berbaris dalam parade nasional - mengenakan overall dan topi mereka, yang menampilkan julukan yang dipilih oleh rekan-rekan mereka yang tertulis di dalamnya.

Foto dan video kegiatan ini sering diposkan di media sosial selama perayaan dan menunjukkan bahwa kaum muda sangat menikmati pesta pora mereka.

Seorang perempuan yang menyelesaikan studinya pada tahun 2016 merujuk pada tugas pesta tiga minggu itu sebagai sebuah 'tradisi kelulusan yang gila' sambil menjelaskan alasan tantangannya.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0380 seconds (0.1#10.140)