Korut Tak Sudi Negosiasikan Senjata Nuklirnya dengan AS
A
A
A
JENEWA - Pemerintah Korea Utara (Korut) mengesampingkan ajakan negosiasi program senjata nuklirnya dengan Washington. Alasan utamanya, Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan masih terus melakukan latihan perang gabungan yang melibatkan aset nuklir dan kapal induk.
Pyongyang bertekad untuk tetap mempertahankan senjata nuklir sebagai penghalang ancaman nuklir dari Washington.
Dalam sebuah wawancara dengan Reuters, Duta Besar Korea Utara untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Jenewa, Han Tae Song, menolak sanksi baru yang diputuskan oleh administrasi Donald Trump, dan kemungkinan Korut dimasukkan ke daftar negara sponsor terorisme.
Korea Selatan dan AS pada hari Jumat sepakat untuk terus berupaya mengakhiri krisis nuklir Korea Utara secara damai. Namun seorang utusan AS mengatakan bahwa sulit untuk menebak maksud Korea Utara karena tidak ada kontak atau sinyal dengan negara tertutup itu.
“Selama ada kebijakan bermusuhan yang terus-menerus melawan negara saya oleh AS dan selama ada latihan perang terus di depan pintu kami, maka tidak akan ada negosiasi,” tegas Han.
”Ada latihan militer lanjutan yang menggunakan aset nuklir dan juga kapal induk, serta (pesawat) pembom strategis dan kemudian melakukan latihan militer semacam melawan negara saya,” kata diplomat Pyongyang tersebut yang dilansir Sabtu (18/11/2017).
Baca Juga: Aktivitas Rudal Korut Pasif, AS Kesulitan Tebak Maksud Rezim Kim Jong-un
Han merupakan Duta Besar untuk Konferensi Perlucutan Senjata PBB dari pihak Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK), di mana DPRK dan AS mencapai kesepakatan nuklir tahun 1994 yang kemudian hancur berantakan.
Han mengaku tidak memiliki informasi kapan Korea Utara akan menguji rudal balistik lagi, setelah yang terakhir dilakukan dua bulan lalu.
”DPRK, negara saya, akan terus membangun kemampuan pertahanan dirinya sendiri, pivot yang merupakan kekuatan nuklir dan kemampuan untuk serangan kemenangan selama pasukan AS dan pasukan musuh mempertahankan ancaman nuklir dan pemerasan,” kata Han
”Negara kami merencanakan penyelesaian akhir dari kekuatan nuklir,” imbuh dia.
Pyongyang bertekad untuk tetap mempertahankan senjata nuklir sebagai penghalang ancaman nuklir dari Washington.
Dalam sebuah wawancara dengan Reuters, Duta Besar Korea Utara untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Jenewa, Han Tae Song, menolak sanksi baru yang diputuskan oleh administrasi Donald Trump, dan kemungkinan Korut dimasukkan ke daftar negara sponsor terorisme.
Korea Selatan dan AS pada hari Jumat sepakat untuk terus berupaya mengakhiri krisis nuklir Korea Utara secara damai. Namun seorang utusan AS mengatakan bahwa sulit untuk menebak maksud Korea Utara karena tidak ada kontak atau sinyal dengan negara tertutup itu.
“Selama ada kebijakan bermusuhan yang terus-menerus melawan negara saya oleh AS dan selama ada latihan perang terus di depan pintu kami, maka tidak akan ada negosiasi,” tegas Han.
”Ada latihan militer lanjutan yang menggunakan aset nuklir dan juga kapal induk, serta (pesawat) pembom strategis dan kemudian melakukan latihan militer semacam melawan negara saya,” kata diplomat Pyongyang tersebut yang dilansir Sabtu (18/11/2017).
Baca Juga: Aktivitas Rudal Korut Pasif, AS Kesulitan Tebak Maksud Rezim Kim Jong-un
Han merupakan Duta Besar untuk Konferensi Perlucutan Senjata PBB dari pihak Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK), di mana DPRK dan AS mencapai kesepakatan nuklir tahun 1994 yang kemudian hancur berantakan.
Han mengaku tidak memiliki informasi kapan Korea Utara akan menguji rudal balistik lagi, setelah yang terakhir dilakukan dua bulan lalu.
”DPRK, negara saya, akan terus membangun kemampuan pertahanan dirinya sendiri, pivot yang merupakan kekuatan nuklir dan kemampuan untuk serangan kemenangan selama pasukan AS dan pasukan musuh mempertahankan ancaman nuklir dan pemerasan,” kata Han
”Negara kami merencanakan penyelesaian akhir dari kekuatan nuklir,” imbuh dia.
(mas)